🌻 03 🌻

405 34 1
                                    

Gyuvin menarik napas panjang saat ia memperhatikan Ricky dari kejauhan. Mereka berada di lapangan sekolah, dan Ricky sedang berlari sendirian di lintasan. Meskipun wajah Ricky dipenuhi dengan ekspresi serius, Gyuvin selalu bisa melihat kemiripan yang mencolok dengan Rui.

"Rui, aku harap kau tidak marah," gumam Gyuvin pelan pada dirinya sendiri. Ia tahu usahanya mendekati Ricky mungkin tampak aneh atau bahkan mengganggu, tetapi ia merasa perlu untuk mencoba.

Hari pertama ia mencoba mendekati Ricky, Gyuvin mendekati lintasan lari dengan sebotol air dingin di tangan. Saat Ricky selesai berlari, Gyuvin mengulurkan botol itu dengan senyum lebar. "Hei, kau pasti haus setelah berlari sejauh itu. Ini untukmu."

Ricky berhenti dan menatap Gyuvin dengan tatapan kosong. Ia tidak mengambil botol itu dan hanya berjalan melewatinya tanpa berkata sepatah kata pun. Gyuvin merasakan perasaan frustrasi dan sakit hati, tetapi ia tidak berniat untuk menyerah begitu saja.

Hari berikutnya, Gyuvin mencoba taktik lain. Ia menunggu Ricky di kantin sekolah. Saat Ricky duduk sendirian di salah satu meja, Gyuvin mendekat dan duduk di depannya. "Kau suka bibimbap, kan? Aku ingat Rui juga sangat menyukainya," katanya dengan senyum kecil, sambil memberikan semangkuk bibimbap kepada Ricky.

Ricky menatap bibimbap itu dengan tatapan curiga sebelum menatap Gyuvin dengan tajam. "Aku tidak tahu siapa Rui itu, tapi aku bukan dia. Jangan menggangguku lagi," katanya dengan nada dingin sebelum bangkit dan pergi, "Satu lagi, aku sangat tidak suka dengan bibimbap." ucapnya terakhir sebelum meninggalkan Gyuvin sendirian.

Meskipun demikian, Gyuvin tidak berhenti. Ia terus memberikan perhatian kecil kepada Ricky, berharap suatu saat bisa menyentuh hatinya. Setiap kali Ricky selesai berlari, Gyuvin selalu ada dengan minuman dingin. Saat mereka di kantin, Gyuvin selalu duduk di dekat Ricky, meskipun Ricky sering kali mengabaikannya. Gyuvin juga sering memberikan bagian makanan yang Rui sukai kepada Ricky, berharap bisa membangun sedikit keakraban.

Seiring berjalannya waktu, Ricky mulai merasa terbiasa dengan perhatian yang Gyuvin berikan padanya. Awalnya, setiap kali Gyuvin mendekat, Ricky akan bersikap dingin dan mengabaikannya. Namun, tanpa disadarinya, perhatian itu mulai membuatnya merasa nyaman.

Suatu sore setelah latihan lari yang melelahkan, Ricky duduk di bangku di pinggir lapangan, menarik napas dalam-dalam. Ia menatap langit yang berangsur gelap saat Gyuvin datang dengan sebotol air dingin.

"Hei, kau pasti haus. Ini untukmu," kata Gyuvin dengan senyum ramah.

Ricky menatap botol itu sebentar sebelum akhirnya mengambilnya. "Terima kasih," gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Setelah beberapa tegukan, ia melihat Gyuvin yang duduk di sampingnya, melihat ke arah lintasan dengan tatapan penuh harapan.

Saat Gyuvin tidak melihatnya, Ricky diam-diam tersenyum. Ada kehangatan yang mulai merayapi hatinya setiap kali Gyuvin ada di dekatnya, meskipun ia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya.

"Kau tahu, Gyuvin," kata Ricky tiba-tiba, membuat Gyuvin terkejut. "Kenapa kau terus melakukan ini? Kenapa kau terus mendekatiku?"

Gyuvin menoleh dan menatap Ricky dengan tatapan serius. "Karena aku peduli padamu. Aku tahu mungkin ini terlihat aneh, tapi aku ingin menjadi temanmu. Aku ingin kau tahu bahwa kau tidak sendirian."

Ricky memalingkan wajahnya, mencoba menyembunyikan senyumnya yang mulai muncul lagi. "Hmph, kau aneh," katanya dengan nada datar. Namun, di dalam hatinya, ia merasa hangat.

Saat mereka berjalan ke kantin bersama, Gyuvin memperhatikan perubahan kecil dalam sikap Ricky. Meskipun Ricky masih sering bersikap dingin, ada momen-momen kecil di mana ia bisa melihat sisi lembutnya. Misalnya, ketika mereka duduk untuk makan siang, Gyuvin memberikan bagian ayam yang Rui sukai kepada Ricky.

[✓] SUNFLOWER SMILE 🌻 | GYUICKY ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang