🌻 01 🌻

971 54 0
                                    

Gyuvin duduk di tepi kolam renang kecil di halaman belakang rumahnya, matanya terfokus pada air yang tenang yang memantulkan cahaya senja. Di sisinya, sehelai foto usang menggambarkan dua anak laki-laki tersenyum cerah di bawah sinar matahari. Salah satunya adalah dia sendiri, Gyuvin, dengan senyum polos dan mata penuh keceriaan. Yang lainnya adalah sahabat masa kecilnya yang sangat ia sayangi, Shen Quanrui, yang ia panggil Rui.

"Dua minggu lalu, kita masih tertawa bersama di sini, Rui," gumam Gyuvin, suaranya lembut tersapu angin senja yang sejuk.

Gyuvin memandang foto itu dengan rasa nostalgia yang mendalam. "Kamu ingat hari kita menemukan goa kecil itu?" tanyanya, meski tahu bahwa hanya bayang-bayang kenangan yang menjawabnya.

 "Kamu ingat hari kita menemukan goa kecil itu?" tanyanya, meski tahu bahwa hanya bayang-bayang kenangan yang menjawabnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tentu saja aku ingat, bagaimana aku bisa melupakan hal itu?" suara Rui, terdengar jelas dalam ingatan Gyuvin. "Kamu dan ide-ide gila mu yang membuat petualangan kita begitu seru."

Gyuvin tersenyum tipis, merasakan kehangatan dalam ingatan mereka berdua. Mereka seringkali bersembunyi di goa itu, bercerita tentang mimpi dan rencana mereka untuk masa depan. Di situlah mereka berdua berjanji untuk selalu menjadi sahabat, tidak peduli apa yang terjadi.

Namun, senyum Gyuvin meredup ketika bayangan kenyataan datang menghampirinya. Hari ketika segalanya berubah, saat pengumuman kelulusan masuk SMA mengguncang kedamaian mereka. "Aku merindukanmu, Rui," bisiknya pelan, menutup mata untuk menahan air mata yang menetes di pipinya.

Tiba-tiba, suara ibunya memanggil dari jendela dapur. "Gyuvin, makan malam sudah hampir siap!"

Gyuvin mengangguk perlahan, menatap langit yang semakin meredup di ufuk barat. Dia meletakkan foto itu dengan lembut di pangkuannya sebelum bangkit perlahan. "Aku datang," jawabnya, suaranya dipenuhi dengan rasa kehilangan yang tak terucapkan.

•••

Five Day Before...

Gyuvin berdiri di lorong rumah sakit yang sunyi, langkahnya terdengar gemetar di lantai yang dingin. Di depannya, pintu kamar Rui tertutup rapat, memisahkan mereka hanya oleh selembar pintu putih yang tak berdaya. Setiap napas yang diambilnya terasa berat, memenuhi ruang dengan keheningan yang menyakitkan.

Dia ingat saat-saat indah mereka bersama, masa kecil yang penuh tawa dan mimpi. Sekarang, semuanya terasa seperti kenangan yang menguap di udara. Gyuvin melangkah maju dengan hati yang remuk, tangan kanannya mengepal erat di saku celananya. Ketika pintu terbuka perlahan, dia masuk ke dalam dan melihat Rui terbaring di atas tempat tidur rumah sakit, wajahnya pucat dan tenang, tak lagi dipenuhi oleh senyum yang biasanya memenuhi hari-hari mereka.

"Rui..." desis Gyuvin, suaranya hampir tercekik oleh kepedihan. Dia duduk di samping tempat tidur, tangisnya pecah tanpa ampun. Air matanya jatuh ke tangan Rui yang terbaring tak berdaya, mencatat setiap detail pucat di wajah yang dulu penuh kehidupan.

[✓] SUNFLOWER SMILE 🌻 | GYUICKY ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang