Menjadi tetangga selama bertahun-tahun mau tak mau membuat keduanya tumbuh dengan saling memperhatikan satu sama lain.Saling berteman. Juga saling bermusuhan.
Bagi Mita, Gio tidak lebih dari sekedar bocah petakilan banyak tingkah yang suka sekali marah-marah.
Sementara bagi Gio, Mita adalah gadis berhati dingin yang terlalu realistis dan tidak asyik.
Mita tidak suka Tamiya. Gio tidak suka boneka. Mita suka membaca. Gio sukanya bermain bola. Gio tidak suka kalau Mita mulai bersikap sok berkuasa. Mita juga tidak suka kalau Gio bertingkah seenaknya.
Cukup menakjubkan dua orang dengan kepribadian dan latar belakang yang berbeda ini awet menjalin pertemanan. Walau banyak hujan badai menghadang, nyatanya pertemanan itu terus terjalin hingga mereka dewasa.
Saling memusuhi. Kendati disatu sisi juga saling mencari.
Kalau Gio tidak datang ke rumahnya untuk mengajak bermain bersama, maka Mita dengan kesadaran penuh akan memboyong istana bonekanya dan menghampiri rumah Gio untuk bermain bersama di sana.
Mereka berdua tumbuh dengan saling memperhatikan. Sampai ketika SMA, ada satu gadis manis datang menjadi teman baru Mita. Namanya Ilisha Sanna.
Bertolak belakang dengan Mita yang cenderung cerewet, gadis manis bernama Sanna ini bersifat lembut dan kalem sekali. Tutur katanya baik, tidak pernah mencak-mencak, penyabar, terlebih mudah sekali berempati. Pokoknya berbanding dengan Mita.
Yah, Gio pikir tidak apa-apa menambah satu orang baru di antara lingkaran pertemanannya dengan Mita. Lagipula kepribadian Sanna juga cenderung menyenangkan. Tidak ada ruginya.
Mereka bertiga kerap menghabiskan waktu istirahat makan bersama. Sanna juga sering mentraktir. Royal sekali dengan sesama teman. Bagi Gio yang suka gratisan, punya teman baru seperti Sanna yang tidak pernah perhitungan adalah sebuah keberuntungan.
Meski sesekali Mita menegur Sanna kalau telah membuatnya dan Gio keenakan. Sanna pribadi tidak masalah dengan itu. Sanna senang. Jadi tidak apa kalau sekali-sekali mentraktir makan.
Dari teman makan di kantin, pertemanan itu beranjak hingga keluar sekolah. Gio yang ketika itu lebih aktif dalam klub basket jadi tak punya banyak waktu bermain dengan Mita. Karena itu Mita sering kali mengajak Sanna.
Barangkali karena sesama perempuan. Mita dan Sanna jadi teman yang saling pengertian. Ketika kembali berkumpul bertiga, ada beberapa obrolan dari Mita dan Sanna yang tak Gio paham, jadinya ia hanya mendengarkan saja.
Lambat laun, pertemanan Mita dan Sanna makin mengerat. Ada satu titik dimana Gio akhirnya merasa kalau Mita tak lagi membutuhkannya. Mita sudah punya teman baru bernama Sanna. Jadi, kalau tak ada Gio tak apa. Kalau Gio tak bisa, Mita masih punya Sanna.
Gio pernah sedih. Ini memalukan memang. Kendati kesedihan itu tak berlangsung lama karena bagaimanapun bentuknya, Gio dan Mita sudah punya ikatan pertemanan semenjak lama. Bahkan sebelum ada Sanna.
Ada satu buku dimana Gio pernah membaca satu kalimat yang bilang kalau.. pertemanan itu akan tetap bertahan lama kalau tetap dijaga.
Dan Gio ikut ambil andil untuk menjaga juga.
Tidak melulu harus mengandalkan Mita yang datang menghampirinya. Gio tersadar kalau dirinya sesekali juga harus bergerak duluan seperti hari ini.
"Mau langsung pulang, Ta?"
"Hm. Mau nugas."
Gio mengangguk. Ia bergumam sejenak kemudian melirik Mita yang berjalan disampingnya. "Temenin nggak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Sanna
Ficção Adolescente"Tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Dan kita juga nggak tau apa yang terjadi setelah tiga tahun. Mungkin kita udah nggak bisa kesini setiap hari lagi. Memandang langit malam kaya gini lagi. Dan berkumpul tanpa harus janjian jauh-jauh hari lagi ka...