17. Kebenaran (2)

551 75 8
                                    

Sambil menunggu Jungkook selesai berbincang dengan Raja Jiwoong mengenai hal-hal penting yang berkaitan dengan kerajaan, Taehyung berjalan-jalan di dalam istana iblis. Ia ingin lebih melihat-lihat detail dari istana iblis.

Saat Taehyung merasa jika dirinya sudah tersesat, ia melihat seorang pria yang sedang memasang sebuah lukisan besar di dinding dan berencana untuk bertanya jalan padanya. Namun saat ia melihat bahwa lukisan itu akan jatuh, ia berlari dan menangkap salah satu sisinya.

Pria itu menoleh dan tersenyum pada Taehyung. "Terima kasih, tapi aku menggunakan sihir jadi tidak akan jatuh."

Taehyung mencoba melepaskan salah satu tangannya dan ternyata lukisan itu tetap di tempatnya. Tidak goyang ataupun hampir terjatuh seperti apa yang dibayangkan. Ia jadi tertawa canggung. "Ma-maaf, aku tidak tahu."

"Tidak perlu meminta maaf. Kau melakukannya karena ingin menolongku, kan?"

"Ah, ya, tuan."

"Terima kasih." Pria dengan rambut hitam panjang dan mata berwarna merah itu tersenyum lagi pada Taehyung. "Kalau begitu tolong bantu aku untuk memegangnya agar tidak miring."

"Baik, tuan."

Ada dua buah lukisan yang Taehyung bantu untuk memasangkannya di dinding. Setelah selesai, pria itu menawari Taehyung untuk ikut bersamanya. Katanya ingin mengucapkan terima kasih namun Taehyung menolak dengan baik tapi pria itu terus mencoba membujuk Taehyung.

"Kita hanya akan minum teh sebentar saja. Ini sebagai ucapan terima kasihku untukmu. Tolong jangan menolak, ya?"

Setelah berpikir beberapa saat karena sepertinya Jungkook juga masih lama akhirnya Taehyung mengangguk dan mengikuti ke mana pria itu membawanya.

"Ini adalah taman yang dibuat khusus untukku." Kata pria itu setelah masuk bersama Taehyung ke dalam ruangan yang berisi banyak sekali tumbuhan hijau. Ia jadi merasa seperti kembali melihat rumah kaca yang dibuatkannya dulu untuknya saat kecil. "Kemarilah."

Taehyung dengan patuh mengikuti pria itu. Tiba-tiba ia merasa gugup setelah duduk di tempat duduk yang ada di tengah ruangan. Ia berpikir sepertinya ia harus lebih menjaga sikap lagi setelah mendengar bahwa tempatnya berada sekarang adalah tempat khusus yang dibuat untuk pria yang berada di depannya itu. Lalu kenapa ia baru sadar bahwa pria yang mengajaknya minum teh itu memakai pakaian yang sangat bagus. Jangan-jangan pria di depannya-

"Kau kenapa? Apa tehnya tidak sesuai dengan lidahmu?"

"Ti-tidak tuan. Tehnya sangat enak."

"Syukurlah kalau kau menyukainya. Apakah ada yang ingin kau makan? Aku akan memanggilkan pelayan untuk membawakan beberapa cemilan."

"Sa-saya tidak terlalu pilih-pilih makanan, tuan."

Pria itu tertawa pelan melihat sikap Taehyung yang sepertinya sangat gugup. "Jangan gugup begitu. Nanti Jungkook dan Jiwoong akan memarahiku."

"Ma-maaf."

"Jangan meminta maaf. Kau hanya perlu memanggilku ibu seperti Jungkook memanggilku, ya, menantu?"

"Ma-maaf." Taehyung langsung berdiri dan membungkuk hormat. "Maafkan saya Yang Mulia Ratu. Sa-saya Kim Taehyung memberi salam pada Yang Mulia Ratu."

"Aku terima salammu, Taehyung. Duduklah dengan nyaman dan nikmati hidangannya."

Taehyung mengangguk kaku. Bagaimana bisa ia makan dan minum dengan nyaman di depan ratu dunia iblis? Ia merasa hampir saja melakukan kesalahan jika tidak mengira-ngira bahwa yang duduk di depannya adalah sang ratu.

"Te-terima kasih, Yang Mulia."

"Taehyung, awalnya aku tidak setuju jika Jungkook mempunyai hubungan dengan darah campuran. Tapi Jungkook dan Jiwoong sepertinya sangat menyukaimu terlepas dari fakta bahwa kau anak dari Leeha." Kata sang ratu yang membuat Taehyung terdiam di tempatnya. Namun kata-kata selanjutnya mau tidak mau membuat Taehyung mendongak dan menatapnya. "Setelah aku melihatmu dengan mataku sendiri sepertinya aku mengerti kenapa mereka bisa menyukaimu. Jadi, bisakah kau memanggilku ibu, menantu?"

Demon With Benefit || KookV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang