Bab 01

357 24 2
                                    

Malam ini terasa dingin, sangat nyaman untuk bergelung dalam selimut. Pukul 02.24 dini hari, masih terlalu pagi untuk bangun, namun terlalu malam untuk terjaga.

Di sebuah bandara seorang pria menggeret kopernya keluar dari bandara, ia melihat sebuah berita di televisi yang menampilkan berita tentang artis hip-hop terkenal yang terlibat dalam kasus narkotika, ia menatap berita yang di siarkan dengan lekat, membuat nuansa melankolis di hati, bukan tanpa sebab ia begitu, pria itu, pria yang terlibat kasus narkotika itu adalah salah satu sahabatnya tujuh tahun lalu.

"Tuan muda sungho? " suara berat meyapa indra nya, pria itu, sungho, menoleh ke sumber suara dan melihat pria paruh baya dengan stelan pelayanan yang elegan membungkus tubuhnya.

"Mari tuan muda, mobil jemputan anda sudah tiba" Ucap pria itu dengan tenang dan sopan. Sungho berada di dalam mobil, ia melihat jalanan yang sepi dan tenang, ya ini memag masih terlalu pagi untuk beraktivitas.

Sungho sampai di rumahnya, ia merebahkan tubuhnya di ranjang, ia menatap seluruh sudut kamar itu tak banyak yang berubah, semua pernak-pernik kamarnya masih sama seperti lima tahun lalu.
Sungho mengambil kotak kecil yang berada di bawah ranjangnya, ia membuka kotak itu membuat kenangan lama memenuhi kepalanya, di dalam kotak itu ada lima surat dan beberapa foto polaroid.

Sungho mengambil satu foto polaroid yang menampilkan enam orang pria yang terlihat sangat bahagia, ia membalik polaroid itu dan ada sebuah tulisan di belakangnya, itu tulisan salah satu sahabatnya tujuh tahun lalu.

'lo nulis apa? '
'Ini supaya lo gak lupa sama kita'
Itu adalah foto terakhir yang mereka ambil sebelum sungho memutuskan untuk kuliah di luar negri.






Kriing kriing

Suara jam weker mengusik tidur sungho, ia bagun dan membasuh wajahnya, ia turun ke lantai satu dan menyalakan televisi, ia melipir ke dapur untuk mengambil sarapan yang sudah di masak oleh ARTnya, sungho membawa sarapannya ke depan televisi, ia terus mengganti saluran televisi sampai menemukan saluran yang menarik perhatiannya. Sungho menatap saluran televisi yang menampilkan berita terkini tentang seorang atlet renang.

'Seorang atlet renang kesayangan warga Korea Selatan Kim Leehan di temukan meninggal dunia di rumahnya pagi dini hari tadi, menurut kesaksian polisi mereka menemukan korban dalam kondisi gantung diri di kamarnya, ucap wartawan tersebut, lalu siaran televisi tersebut menampilkan gambar atlet tersebut yang membuat membuat jantung sungho seolah di tusuk ribuan jarum.

"Kim Leehan! " sungho berlari ke kamarnya meninggalkan sarapannya yang sudah ia makan setengah, sungho mengendarai mobilnya secepat kilat menuju rumah duka, dia terlihat acak-acakan dengan mata sembab akibat menangis, ia masukin rumah duka itu, sungho melihat orang-orang dengan wajah palsu, wajah yang pura-pura kehilangan, wajah yang pura-pura sedih, sungguh itu membuat sungho muak, sungho menghampiri wanita tua yang terlihat sangat menyedihkan.

"Nenek Kim" suara sungho bergetar tak kuasa menahan tangis, wanita tua itu melihat sungho dan dengan cepat menghapus bekas air matanya.

"Ya ampun nak sungho kau sudah kembali?"
"Ya aku baru saja kembali, bagaimana kabar nenek?" Bodoh! Sungho memaki dirinya sendiri dalam hati, semua orang juga tau nenek kim merasa sedih dan hancur, keluarga satu-satunya cucu semata wayang nya baru saja meninggal dunia.


Sungho berada di sana cukup lama, ia di sana untuk membantu nenek kim, karna nenek kim memang tidak punya kerabat yang bisa membantunya. Rumah duka itu mulai sepi, yang masih berada di sana hanya sungho, nenek kim, dan beberapa teman Leehan yang juga sesama atlet.

Sungho pergi dari rumah duka itu, ia tidak pulang ia harus ke suatu tempat lebih dahulu, sungho memarkirkan mobilnya di depan kantor polisi, ia berjalan masuk ke kantor polisi itu.

Our MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang