2. Ganteng

188 21 9
                                    

Happy Reading!!

.
.
.
.

Disanalah Zana dan Dara sekarang. Di kantin dengan gedung terbesar di universitas Adiyasa. Ya betul, kantin fakultas fisip. Keduanya terlihat sedang menyantap menu dessert berupa kue yang merupakan menu dessert hits di sana, sebab hanya ada di kantin milik fakultas fisip.

"Gimana hari ini, Na? Ada yang ganteng ga adek-adeknya?" tanya Dara dengan wajah jahil.

"Gak ada, biasa aja" jawab Zana tanpa mengalihkan atensinya dari sepotong rainbow cake yang ada di depannya.

"Gue perhatiin dari tadi lo cuman main hp mulu, Na. Coba liat sekeliling lo banyak berondong segar-segar, jangan cari om om layu mulu" ledek Zana.

"It's not wilting, it's maturing" jawab Zana sambil menatap Dara dengan tatap sinis.

Dara terkekeh, "Gimana kalau ada berondong cakep yang memikat hati lo? hati-hati loh, sekarang jamannya cinta karna karma" ujar Dara.

Dara memutar bola matanya jengah, "Udah gue bilang, Dar, gue ga suka berondong. Maksudnya dalam artian menjadi pasangan" ucap Zana dengan penekanan.

"Masih trauma?."

Pertanyaan dari Dara membuat Zana terdiam sambil menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Jangan bahas dia lagi, please" pinta Zana.

"Iya-iya sorry, kirain udah lupa" jawab Dara.

"Huft, kejadinnya aja baru 3 bulan yang lalu mana mungkin lupa".

"Dia masih neror lo?."

"Udah gue bilang jangan bahas."

"Iya-iya, sorry. Padahal dia sendiri yang mulai bahas."

Kemudian mereka berdua terdiam dan melanjutkan acara makan mereka. Dara tak kembali bersuara atau mencoba memecah keheningan sebab ia tahu jelas jika Zana kini sedang kesal karena beberapa pertanyaannya tadi. Bukan hal yang menyakiti hati Dara, hal itu sudah biasa terjadi karena Dara memang sangat sering menggoda sahabat cantiknya itu.

"Gue mau ke toilet bentar ya" pamit Zana.

Dara yang sedang melihat ponselnya hanya mengangguk dan melihat sekilas kemudian kembali fokus kepada layar ponsel pintarnya.

Zana pun berdiri dari duduknya kemudian berjalan menuju toilet yang ada di sana. Namun memang sial tak berbau, tanpa sengaja ia terpeleset karena tidak menyadari jika lantai sedang basah. Zana menutup matanya, bersiap untuk merasakan sakit karena akan segera terjatuh ke lantai, namun ia hanya merasakan sepasang tangan yang menahan tubuhnya untuk tidak langsung terjatuh.

Zana yang menyadari itu langsung membuka mata untuk melihat tangan siapa yang menyelamatkannya dari hal memalukan yang mungkin saja akan menjadi bahan tertawaan mahasiswa di sekitarnya. Apalagi saat ini kantin sedang ramai karena merupakan jam makan siang bagi mahasiswa baru.

Saat membuka mata pandangan Zana tertuju kepada mata bulat yang terlihat berbinar oleh seorang pemuda yang menurut Zana tampan.

"Ganteng" ucap Zana dengan intonasi rendah.

Sementara pemuda yang ada di depannya itu terlihat kebingungan dengan respon Zana dan sempat bertatapan selama beberapa detik hingga sang gadis melepaskan diri dari tangan yang menahannya tadi.

Zana merapikan baju serta rambutnya kemudian menatap pemuda yang lebih tinggi darinya itu dengan tatapan canggung, "Makasih" ucapnya dengan nada kecil.

"Kakak ga papa kan?."

BERONDONG?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang