Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Saat ini Arga dan Zana tengah berjalan santai di alun-alun kota sambil melihat banyak anak yang bermain sepeda listrik dan sepatu roda.
Zana memperhatikan laki-laki yang berjalan di sebelahnya. Semenjak kepulangan mereka dari acara makan siang tadi keduanya tak banyak berbicara lagi. Laki-laki yang lebih muda itu hanya asyik memperhatikan anak-anak di sekitarnya sambil tersenyum yang memperlihatkan gigi kelincinya.
Manis batin Zana. Arga benar-benar manis ketika menunjukkan senyumnya. Jauh berbeda dengan Arga yang diliputi emosi di kantin tadi. Pemuda itu terlihat seperti preman yang siap memukul siapa saja.
Wajah lebamnya terlihat sudah tidak sebengkak tadi, hanya menyisakan bekas kemerahan yang terlihat jelas karena kulit pemuda itu yang teramat putih seperti salju.
"Ih kakak ganteng, kok mukanya merah-merah? abis di gigit nyamuk Alaska, ya?" tanya seorang anak perempuan yang sengaja memberhentikan sepeda listriknya kala melihat wajah Arga.
Arga tertawa kecil lalu kemudian menunduk untuk mensejajarkan posisi tubuhnya dengan anak perempuan tersebut. Zana hanya diam sambil memperhatikan interaksi keduanya.
"Ini tanda keberanian, tau. Tadi kakak abis menyelamatkan seseorang." jawab Arga jenaka, Zana yang mendengar itu menahan tawanya.
Anak perempuan di depan Arga terlihat kebingungan. "Menyelamatkan seseorang? kakak ganteng superhero ya?" tanya anak tersebut itu lagi dengan wajah polos.
Arga berpura-pura berpikir sambil mengetuk dagunya, "Mungkin?" balasnya kemudian.
"Wah hebat, kakak ganteng dan superhero! aku jadi naksir sama kakak!"
Kali ini Arga total tertawa begitupun Zana. Pernyataan polos dari anak perempuan di depannya ini sangat teramat membuat perut keduanya tergelitik. Mereka berpikir darimana anak tersebut mengetahui kata-kata seperti itu.
"Kamu siapa namanya?" tanya Arga.
"Zivanya, kak."
"Zivanya umurnya berapa?"
"8 tahun."
"Wah Zivanya masih kecil, gak boleh naksir-naksir dulu, nanti aja kalau udah kuliah baru boleh naksir-naksir cowo."
"Kalau gitu kakak tunggu aku sampai kuliah aja, nanti kita pacaran kayak di film-film. Aku pengen banget punya pacar superhero kak!"
Lagi-lagi Arga tertawa lalu kemudian mengusap kepala anak perempuan yang ada di depannya, "Kakak gak janji tapi kalau Zivanya kuliah nanti harusnya ketemu cowo yang lebih ganteng dan lebih hebat dari kakak."
"Tapi kakak hebat banget, kakak jadi superhero."
"Iya, tapi kakak sudah jadi superheronya orang lain, Zivanya cari sendiri ya superhero khusus untuk Zivanya."
Pipi Zana bersemu saat mendengar ucapan dari Arga. "Apa maksud Arga superhero bagi orang lain? maksudnya gue?" ucap batin Zana.
Terlihat anak perempuan di depan mereka terdiam kemudian beralih menatap Zana. "Ini pacar kakak, ya? cantik banget. Pasti kakak ganteng superhero kakak cantik ini, kan?"
Kali ini Zana tidak dapat menyembunyikan semu kemerahan di wajahnya. Dia langsung membuang wajah ke samping. Entah mengapa hatinya menjadi berdebar, sebuah senyum terukir di wajahnya. Entah karena kata pujian cantik yang anak tersebut lontarkan atau karena anak tersebut mengira dia adalah pacar Arga.
"Zivanya masih kecil, gak ngerti apa itu pacaran. Tapi doain, ya?" Arga tertawa sendiri dengan ucapannya.
"DOAINNN???? DOAINNN YAAA KATANYAAA?" teriak batin Zana. Gadis itu mengigit bibir bawahnya. Bahkan dia tidak menyahuti pembicaraan antara Arga dan anak perempuan yang ada di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERONDONG?
Teen FictionZanandya Almehra adalah mahasiswi biasa yang mengikuti studi di kampus Adiyasa, fakultas Akuntansi. Pedihnya pengkhianatan dan trauma masalalu membuat gadis yang di sapa Zana itu menahan dirinya untuk memulai hubungan baru. Zana selalu ber alibi jik...