Kini Arga dan Zana melesat menyusuri jalan di siang hari ibukota menggunakan motor Vario yang lagi-lagi Arga pinjam dengan penjaga rumahnya. Sebenarnya kali ini masih dalam konteks ketidaksengajaan. Sebab mobil kesayangan Arga masuk bengkel dan pemuda itu tidak ingin menggunakan mobil lain, jadi dia lebih memilih untuk kembali meminjam sepeda motor milik kang Ujang.
Arga bahkan tidak menyangka dia berakhir membonceng Zana dengan motor itu. Ini semua diluar prediksi Arga. Termasuk membonceng Zana dengan wajah lebamnya.
Karena awalnya Arga tidak berniat untuk membawa Zana keluar hari ini, dia pikir Zana hanya akan memberikan hoodienya dan mereka akan banyak berbincang di kantin. Tapi karena situasi yang kurang kondusif tadi Arga pun merubah rencananya dan mengajak sang puan untuk keluar dari area kampus.
Arga hanya ingin mencoba menghibur dan mengajak Zana melupakan segala hal yang baru saja terjadi tadi. Setidaknya untuk menunda kesedihannya.
"Arga, kita mau kemana?" tanya Zana di belakang Arga.
"Kak Zana maunya kemana?" Arga bertanya balik membuat gadis yang duduk di belakangnya terlihat berpikir.
"Eum, makan siang?"
"Oke, dimana?"
"Terserah"
Jawaban dari Zana membuat Arga terkekeh. Tanpa banyak bertanya pemuda itu pun melajukan motor pinjaman nya ke suatu tempat. Arga tidak bertanya lagi kemana sebenarnya tujuan yang Zana inginkan karena berdasarkan pembelajaran yang di ajarkan oleh Shavero, si guru cinta, jika seorang gadis menjawab 'terserah' saat makan itu berarti dia menyuruh untuk lawan jenisnya mencari sendiri makanan sesuai dengan budget yang di bawa.
Sebenarnya hal ini adalah hal lucu, karena biarpun Zana meminta ingin makan di menara Burj Khalifa pun Arga bisa menyanggupinya mengingat uang jajan yang ia terima setiap hari hampir 2 digit. Maklum, anak bungsu.
"Lo mau bawa gue kemana, sih?" tanya Zana saat mereka belum kunjung sampai di tempat tujuan.
"Makan lah kak, katanya mau makan siang" jawab Arga sambil tersenyum.
"Tapi kok masuk gang."
"Tempat makannya di sini, kakak pasti suka."
Zana lalu terdiam. Dia menjadi penasaran dengan tempat makan yang Arga maksudkan. Memang tempat makan seperti apa hingga Arga begitu percaya diri Zana akan menyukainya?.
"Sudah sampai."
Arga memarkirkan motornya di sebuah tempat makan yang bertuliskan 'SEBLAK BANDUNG PRASMANAN'. Mata Zana berbinar, gadis itu berpikir bagaimana bisa Arga tau dia sangat teramat menyukai makanan berkuah pedas itu.
"Kok lo tau gue suka seblak?" tanya Zana dengan senyum mengembang.
"Nebak aja" bohong Arga. Sebenarnya Arga sudah lama tau karena sering melihat story yang gadis itu bagikan. Sebagai pengikut setia sosial media Zana, Arga sering memperhatikan jika gadis itu sering memakan makanan yang bernama seblak. Bahkan di catatan Instagram dia berkali-kali menunjukkan jika dia sangat mencintai seblak.
Arga sejujurnya tidak terlalu mengetahui apalagi pernah merasakan makanan yang bernama seblak itu. Tapi karena Zana sangat menyukainya pemuda itu rela mencari tau.
"Ayo, mumpung masih gak ada orang, kayaknya baru buka" ajak Arga yang mendapat anggukan antusias dari Zana.
Mereka pun berjalan masuk ke dalam tempat makan sederhana itu. Tempat makanya sebenarnya hanya sebuah pondok kecil yang berdiri di teras rumah yang kemungkinan besar merupakan pemiliknya. Di depannya sudah tersedia berbagai macam topping serta nampan untuk para pelanggan mengambil topping yang mereka sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERONDONG?
Teen FictionZanandya Almehra adalah mahasiswi biasa yang mengikuti studi di kampus Adiyasa, fakultas Akuntansi. Pedihnya pengkhianatan dan trauma masalalu membuat gadis yang di sapa Zana itu menahan dirinya untuk memulai hubungan baru. Zana selalu ber alibi jik...