Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalau dipikir pikir, ngapain sih Riki diam disini hampir 5 jam? Cuman ngemut batang permen yang udah habis dari tadi dia sampai. Terdengar jorok, hm tapi namanya juga gak ada kerjaan.
Hari udah malam, pukul 7 tepat, untuk bergerak rasanya kakinya berat.
Luar biasa berat.
"Riki, nah kan ketemu! Papa, om Chan, om abin, bang hee!! Apa kata hoon, Riki tuh pasti disini!!" Suara sunghoon, sontak yang dipanggil jelas hampiri sunghoon yang berteriak. Pun sunghoon mendekati Riki yang menoleh malas "gila lu, semua nyari lu anying! Nyusahin!"
Dikeplak kepala Riki sama sunghoon, yang dikeplak mendengus aja sambil usap kepalanya.
"Riki, astaga Lo kemana aja!!" Ini heeseung, disusul Chan, Minho, dan changbin sambil megang senter.
"Gapapa, dari tadi gue disini bang, gausah khawatir" suara beratnya akhirnya keluar, menatap yang lain "Iki gapapa, ayo pulang, om om! Bang hoon, ayo main PS!" Bagaimana tak terkendala sama sekali, bocah itu langsung melangkah pergi.
Yang ditinggal menghela nafas, changbin mengarahkan senter ke tanah "bola basket nya ketinggalan"
"Riki—" Chan ingin memanggil, tapi heeseung tahan "gausah bang, biarin aja" ia ambil bola basket milik Riki sambil menatap nisan didepannya "maaf bang"
Changbin ikut hela nafas dan jongkok disebelah heeseung, Chan arahkan senter ke mereka sedangkan Minho menghampiri sunghoon "ikut Riki sana, temenin dia. Papa sama yang lain disini dulu"
Sunghoon menurut, lalu Minho jongkok disebelah Chan.
Hening, tak ada suara dari mereka berempat. Sebelum heeseung mainkan bola basket milik Riki "dia juara, lagi"
changbin merangkul heeseung, Minho dan Chan diam saja, mencabut beberapa rumput liar di dua tanah makam yang gabung jadi satu. semua tau orang yang bakal Riki beri tahu ketika berhasil adalah orang tua nya.
Hyunjin dan jeongin, sayangnya kedua jiwa hati Riki itu sudah berpulang lebih dulu, tinggalkan anak semata wayang dalam gelap gulitanya dunia. Lantas, kemana Riki akan membawa jalan terang hidupnya sekarang?
