bunda

560 71 28
                                    

"mas, masih lama pulangnya?" Tanya jeongin khawatir, terdengar suara dari sana yang agak khawatir ["kenapa sayang, ada apa? Astaga mas kira kamu udah tidur, mas harus lembur sayang"]

"Iya mas, adek tau kok. Gak lupa lagi" jeongin menghela nafas, ia pandangi sekitar halaman depan rumah mereka.

["Terus adek kenapa? Ada apa sayang, mau sesuatu? yaudah deh mas langsung pulang aja deh"]

"Eum" ia ragu mau bilang, mengusap perut agak belendungnya karena hasil perbuatan si hwang.

["Adek?"] Suaminya kembali memanggil ["ada apa, perut adek sakit? Mau lahiran ya sayang?"]

"Ih engga, ini baru masuk 9 bulan ya mas. Nanti itu palingan"

["Dek, maaf ya sayang. Ini mas lembur supaya kerjaan selanjutnya free supaya bisa temenin adek lahiran nanti, bantu adek jagain bayi, bantu ade-"] hyunjin terus mengoceh, merasa bersalah, ribut, sampai jeongin agak pusing dengan mulut ember suaminya ini.

"Mas, jangan berlebihan. Itu, aku cuman mau bilang, e-eum-"

["Apa sayang, bilang sama mas!"]

"Riki belum pulang, dia kemana mas. Adek khawatir banget!" Nada jeongin naik, keningnya bahkan mengkerut sangking paniknya karena Riki belum pulang.

Hyunjin diam disana, melirik jam "dia belum pulang sama sekali?"

Jeongin tak jawab, menggigit bibirnya sendiri ["jangan dimarah, mas. Riki pasti masih belum mau serumah sama aku. Pahamin ya mas"]

"Ga bisa gitu, udah lama. Udah mau setahun dek anak itu belum terima kamu!!"

"Mas-" sambungan langsung terputus, jeongin berdecak sebal dan balik menelpon suaminya, namun tak dijawab sama sekali.

Ia terduduk disofa ruang tamu, kesal. Tapi juga khawatir karena putra nya, ralat. Putra tirinya tak pulang pulang.

Jeongin memang menikah dengan seorang duda anak satu, Hwang hyunjin. Cinta mereka dalam kok, mereka juga kenal karena jeongin yang melamar kerja diperusahaan milik hyunjin, jeongin ini pintar dan bekerja dengan baik, tak heran ia menarik perhatian sang bos hingga akhirnya hyunjin sungguhan jatuh cinta dan mengajaknya menikah.

Jeongin pun awalnya tak tau menahu soal perasaan hyunjin, ia menerima ajakan hyunjin setiap kala pun karena hyunjin bilang sebagai bentuk apresiasi nya pada karyawan, ia yang polos mangut saja. Sama sekali jeongin tak ada niatan untuk merebut semua harta hyunjin.

Ya, yang seperti putranya kira. Riki selalu menatap jeongin benci, mengira jeongin merebut ayahnya dari ibunya, hanya semata mata karena harta.

Padahal aslinya, hyunjin dan istri lamanya sudah bercerai memang karena masalah yang jeongin sendiri tak tau apa, intinya pun hak asuh Riki jatuh ketangan hyunjin.

Huft, sudah setahun. Dan Riki masih selalu sama, membencinya. Terlebih dengan fakta jeongin yang mengandung adik untuknya.

Tiba tiba terdengar suara ribut diluar, jeongin jelas langsung bangun, berjalan agak bertatih karena berat perut. Ia langsung saja membuka pintu, betapa terkejutnya ia melihat Riki ada dihadapannya.

"Riki?"

"Diam, Lo diam anjing!" Tubuh kecilnya langsung disenggol saat bocah itu bergerak masuk, jelas jeongin langsung mengaduh karena perbedaan tubuh mereka. Apalagi jeongin sedang mengandung.

Hyunjin dibelakang mereka berlari, ia memang sedang adu mulut dengan putranya tadi. Melihat Riki yang memperlakukan jeongin seperti itu jelas membuatnya panik bukan main. Langsung membantu istrinya "astaga sayang, Riki! Gak ada otak kamu, gila!"

( why? )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang