disaster

432 65 13
                                    

PLAK!

"bajingan kamu!"

"SUDAH, SUDAH! HYUNJIN, SUDAH!" Jeongin menahan tubuh suaminya yang terus menghajar putranya, jeongin menangis keras. Langsung menangkup wajah suaminya yang memerah karena emosi "hyunjin, tenang. Ya, yah. Sayang, hiks udah— anak kamu!"

Hyunjin menatapnya, wajahnya penuh raut kecewa. Hyunjin memegang pergelangan tangan istrinya agar dilepas, lalu ia hapus air mata jeongin "aku minta maaf"UU

"Enggak, kita yang salah"

"Aku yang salah, jeongin. Aku gak bisa didik anak brengsek ini buat tumbuh baik, buat gak tolol!"

BUGH!

"HYUNJIN!! SUDAH!!!"

Jeongin memohon, langsung memeluk Riki agar tak dihajar ayahnya lagi. Putranya pun menangis lebih keras kali ini sambil memeluk jeongin takut dan kesakitan.

Hyunjin langsung lemas, ia rasa tak bisa berbuat apa apa. Emosinya memuncak, benar benar naik. Kali ini ia tak bisa berbuat apa apa, rasanya pedih.

Ia langsung pergi masuk ke dalam kamarnya, sebelum itu ia menunjuk Riki "urusan kita belum selesai, perkara ada bunda aja kamu bisa lepas, ayah habisin kamu, Hwang Riki" pintu ia banting kuat sampai dinding agar bergetar.

Jeongin memandang riki, tangkup wajah putranya "sayang, gapapa kan?"

"Bunda.."

Jeongin memandangnya, suara sengau Riki keluar, tangis meminta maaf "bunda, maafin aku. Aku minta maaf bunda, Iki minta maaf"

Jeongin langsung mendekap tubuh besar putranya, ia kecewa tapi bagaimana lagi, semua sudah terjadi, mereka juga tak bisa melakukan apa apa. Emosi pun percuma, tak dapat mengubah yang sudah terjadi bukan.

Sambil mendekap Riki, ia pandangi pria manis yang daritadi ada disana, tetap ditempatnya, menunduk dengan wajah merah dan bengis.

"H-hei, nak?" Tegur jeongin, bocah itu menoleh. Langsung hapus air matanya walau tubuhnya agak gemetar. Jeongin menggerakkan tangannya menyuruh mendekat.

Ia akhirnya berlutut samakan dirinya dengan jeongin yang duduk memeluk Riki. Jeongin mengusap surainya "sudah berapa bulan?"

"E-empat" ucapnya kecil. Jeongin mengangguk "siapa nama kamu, sayang?"

"S-seo sunoo"

Jeongin mengangguk dengan senyuman kecil "maaf ya"

Sunoo mengangguk, rubah manis ini kembali melihat Riki "berhenti nangisnya, ga malu sama sunoo? Udah malam, kamu anter dulu pacar kamu, bunda bakal ngomong sama ayah" ia kembali melihat sunoo "bunda bakal bilang ke ayah Riki, kamu tunggu ya. Apapun keadaannya, kami pasti tanggung jawab, Riki harus tanggung jawab"

"S-saya—" sunoo diam saat jeongin mengusap surainya, kembali melihat Riki "antar sunoo pulang, Ki"

••

Jeongin masuk kekamar, suaminya duduk di sofa yang ada dibalkon, asap mengepul membuat jeongin tau kalau hyunjin sedang merokok saat ini.

Ia segera hampiri suaminya, mengintip sedikit. Hyunjin melamun, tatapannya kosong. Serasa gagal melakukan apa apa, gagal mendidik Riki, gagal mengedukasi putranya yang telah menghamili orang diluar pernikahan.

Setetes gelombang air mata nampak jeongin lihat keluar dari mata tajam hyunjin.

"Sayang?"

Suaminya langsung menoleh, langsung matikan rokok dan membuangnya diasbak lalu ia tepuk pahanya sendiri, menyuruh jeongin duduk disana.

( why? )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang