Riki melangkah lewati koridor kelas yang sepi, ia terlambat pulang karena menjalani hukuman akibat memecahkan kaca jendela kelas saat tengah bermain basket.
Padahal Riki sudah bilang tidak sengaja, tapi guru BK malah memarahinya dan bilang mengapa ia bermain basket di koridor kelas.
Iya juga sih, tapi kan— huh dasar, gatau aja dia uang ayahnya bisa beli sekolah ini langsung. Bakal Riki ganti deh nanti.
Culik uang dikit dari ATM ayahnya dulu sih. Kalau ayahnya tau juga Riki hukum juga.
Sekolah cuman ada beberapa siswa yang memang tinggal karena mengambil eskul. Riki tak tau eskul apa saja hari ini karena bocah itu hanya peduli dengan eskul basket.
Bruk.
"Aduh!"
Riki mendengus, baiklah karena sibuk dengan bolas basketnya ia tak sadar menabrak seorang gadis.
Ia menunduk, tubuhnya yang tinggi dan bongsor yang membuatnya tak merasakan apa apa, malah gadis itu yang terjatuh. Membungkuk sedikit "Lo kenapa?"
Gadis itu mendongak, balas tatapan Riki lalu tanpa diduga langsung bangun dan melewatinya.
Riki tercengang, wajahnya merona tanpa sadar dan melihat punggung sempit itu yang menjauh.
"Cantik, ih kaya bunda"
Bugh!
"Bangsat!!"
"Gue tunggu, Lo lama bangetttt hahhhhh!!" Lehernya dipeluk dengan lengan, Riki langsung memukul bahu hyunjin "ayahhhhh, brengsek. Kagett!! Ngapain masuk ke sekolah ?!!"
"Ya ayah nunggu anjir, ngapain lama hahhhhh?" Riki menggeleng, ikuti langkahnya walau matanya sedikit melirik kearah menghilangnya gadis tadi.
Riki dan hyunjin masuk kedalam mobil bersama, si ayah melihat putranya yang sedari tadi diam "ada apa, ada masalah?"
"Gak ada"
"Kok pulang telat, hm?"
Riki melihat ayahnya "mau beli burger, yah"
"Jangan lah, bunda masak dirumah. Mau kita dihantem pake kursi?" Melas hyunjin, Riki mengangguk "iya juga ya, kirain bunda ga masak hari ini"
"Udah ayah pujuk, jadi masak deh, hehe" soalnya beberapa hari lalu jeongin ga masak karena ngambek sama Riki dan hyunjin, iyalah nih bapak anak masak buat mie instan disaat jeongin udah capek capek masak, sakit hati lah si rubah.
Akhirnya hampir seminggu jeongin ga masak, ga ngomong sama mereka, ga kasih hyunjin jatah. Riki sih enak kadang jeongin masih perhatian sama dia, lah hyunjin beneran dianggap batu.
Tersiksa banget hidup hyunjin, burungnya apalagi.
Dan karena tadi malam jeongin udah dipujuk dengan cara ampuh yaitu dapat menguasai dompet hyunjin dan si hwang pun udah dikasih jatah sampe jam 2 pagi. Jadis ekarang, hyunjin berusaha gak dihukum lagi.
Mati dia, ga sanggup dianggap angin lalu sama istrinya. Dia kan budak cinta. Tanpa jeongin hidup hyunjin tidak bermakna, anjay.
Riki mendengus melihat ayahnya senyum senyum karena udah dimaafin bundanya, Riki nya yang malas "bunda kenapa maafin ayah sih"
"Heh, kamu yang ide masak mie instan yaaaaaaa!!" Ga adil banget hidup ini, Riki yang ngajak hyunjin yang disalahin.
Riki terkekeh, menjulurkan lidahnya mengejek. Dia nih suka banget liat ayahnya tersiksa, bundanya tuh ya pemaaf banget memang.
"Hm, ayah.. Iki mau tanya"
"Apa?" Hyunjin melirik nya, walau lanjut fokus melihat arah depan.
"Ayah percaya cinta pada pandangan pertama gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
( why? )
Short Story#oneshoot, hyunjeong-riki. Kisah pendek antara hyunjin dan jeongin.