2. Konser Mendadak

25 6 9
                                    

Jangan lupa vote guys!

Selamat membaca 🙌🏻

***
"Perlihatkan kekuatan mu, kubur dalam lah kelemahan mu"

- Chandrakanta

***

"Dewasa itu?" mengangkat gulungan kertas yang dibuatnya. Guna untuk pelengkap saat melantunkan sebuah senandung. Ke-kreatifannya ini layak diapresiasikan.

Serentak menjawab tegas. Meninggikan telunjuk ke atas. "Harus kuat!"

"Kita apa?" tunjuk Manggala pada satu persatu dari mereka dan membenarkan letak posisi gitar yang akan ia petikkan.

Kita beranjak dewasa...

Jauh terburu seharusnya...

Bagai bintang yang jatuh...

Jauh terburu waktu...

Mati lebih cepat...

"Mati lebih cepat!" teriak lepas mereka.

Dewasa, pijakannya harus lebih kuat. Menjadi dewasa tidak semenyenangkan yang dibayangkan saat masa kanak-kanak. Tidak ada keringanan sekiran. Berat, banyak hal yang patut dipertanggungkan. Meluap cobaan yang menyemburkan seseorang kedalam sungai uji.

Jaya memutarkan sebuah lagu, yang sangat relate dengan latar belakang mereka.

Perlahan akan...

Ku ajarkan cara...

Menanam menuai...

Baik buruk di dunia...

Ku warnai tanganmu yang mati

Biar kau lihat dunia tak lagi menyakiti...

Dan ku bisikkan asal kau tahu bagaimana...

Rasanya bahagia sepenuhnya sampai
Ku merasa lega kau merasa lega
Ku sampai di sana...

Perlahan telah...

Kau ajarkan cara...

Menerima rasa...
Baik buruk yang kupunya...
Kau panggil jahat yang menyelimuti

Sampai kutahu dunia tak lagi menyakiti...

Dan kubisikkan asal kau tahu bagaimana...

Rasanya bahagia sepenuhnya sampai
Ku merasa lega kau merasa lega...
Ku sampai di sana...

Perang telah usai...

"Perang telah usai!" nafas Dipta berdesir lelah. Mereka berjerih payah menghalangi hujan yang sekiranya membasahi kulit hangat mereka.

"Belum usai, bego!" hardik Gufta. Mengetok lantai pelan, geram. Membentuknya tawa yang meledak.

Chandra menutup layar ponselnya. Dia berdiri, kemudian berkata, "Lanjut gih, lagu lain"

Samsara GhargandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang