10. Bunga Tidur

24 2 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Selamat Membaca 💐🙌🏻

***

"Kejar lah mimpi itu setinggi bintang namun jangan sampai kamu tenggelam."

-  Ghargandi

***

Kemarin adalah hari yang melelahkan bagi ghargandi, membuat mereka tidur dengam sangat lelap. Namun mereka tak lupa bahwa hari ini masih sekolah.

Mata sipit yang memerah itu terbangun dari mimpi indahnya. Tubuh yang ia baringkan, lekas bangkit. Melarikan diri ke toilet, meraup wajah pada air mengalir. Muka bantal yang dimilikinya membuktikan, kalau dia baru bangun tidur.

Pemuda itu menolehkan pandangan ke arah jam yang berdetak. Menunjukkan pukul 6.30.

Dia bergumam santai, seraya membenarkan rambut acak-acaknya. "Oh, masih jam 6.30."

Pemuda itu memandang lagi ke arah jam. Matanya melebar, detak jantungnya berdetak lumayan kencang. "Mampus...telat."

Tubuh jangkung nan berkulit putih, bergegas mandi dengan santai. Bersambilan bernyanyi.

"Jangan panik, jangan panik. Gak akan telat." Dia berdangdutan, menggoyangkan pinggulnya.

"Tapi bohong...telat banget ini." Sambungnya.

Tangannya mematikan keran air yang diputarnya. Mengambil handuk yang bergantung di gantungan dinding. Kemudian melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi.

Matanya menyapu setiap sudut, mencari keberadaan simbok dan maminya.

"Lah? Sepi banget? Serius?" Gumamnya.

Dia tak memperdulikan, kembali mencari kaca dan menatap pantulan dirinya. Membenarkan dasi seraya berucap pada diri sendiri. "Sagara ganteng! Ganteng banget sagara ini."

"Siapa sih yang gak kepincut dengan gue?" Sombongnya.

Ruangan itu menggelap. Berganti dengan suara berisik dari kereta. Kereta-kereta itu berlagu seperti biasanya. Berjalan sesuai dengan rotasi yang telah diketahui.

"Gue jalan-jalan dulu deh, sebelum kereta datang." Sagara Berjalan mengelilingin setiap sudut.

Ramai-ramai khalayak menunggu antrian nomor mereka. Suara berisiknya kereta bercampur dengan manusia di sekitar.

Tubuh jangkung itu memaikan ponselnya. Cacing-cacing diperutnya meronta, seakan berteriak ingin sebuah makanan. "Gue laper! Makan dulu lah."

Sagara mengeluarkan roti di tas yang dia bawa dari rumah. Memasuki roti itu kedalam mulutnya. Mengucapkan syukur. "Alhamdulilah ngobatin rasa lapar gue."

Dia bangkit dari tempat duduk, berjalan kesana kemari mencari suasana indah. Matanya mengerjapkan, menangkap sosok yang tampak dikenalinya.

Mulut itu tergerak ingin mengeluarkan suara. "Woi!" Sagara berteriak dari kejauhan. Namun nihil, tak ada balasan.

Sagara mengaruk kepala. Melipat kedua tangannya. "Ah mungkin gak dengar."

Sementara dari sebrang sana. Lelaki itu duduk, menunggu kereta yang ia pesan. Dia melamun seraya mengemil chiki di tangannya.

Samsara GhargandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang