.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Selamat membaca 💐🙌🏻
***
"Istirahat yey!" Seruan di kelas 11 MIPA 3 yang melangkahkan kaki dengan cepat sebab laparnya menggebu.
"Tan, gue duluan ke kantin." Teriak teman kelas Ratan.
Istirahat telah tiba, tepat pukul 10.10 WIB. Para murid berhamburan ke kantin. Ramainya insan membuat bau keringat menyeluruh. Mereka saling mendorong, berebut antrian. Banyaknya antrian di kantin menghasilkan amarah melunjak.
Terik matahari hari ini sangat menyilau, menyinari setiap sudut gelap. Air keringat pemuda itu bercucuran dikarenakan berdiri di tengah lapangan, dengan menaruh telapak tangan di kepala dan menghadap bendera.
"Buk, maafin kami buk!" Ujar Sagara menghela nafasnya yang kesekian kalinya.
Mata sipit temannya itu, menggerakkan kaki. Mulutnya bercelotoh, memohon ampun pada sang guru. "Buk udah buk! Kami nyerah buk...hukum apa aja buk, selain ini."
"Buk, Gufta gak salah buk. Tolong buk suruh dia masuk kelas aja!" Teriak Jaya berkali-kali tetapi tidak ada respon sekalipun.
Sang guru diam tak berkutik, tanpa suara. Membuat mereka menyerah, mencoba kuat.
Beberapa anak ghargandi sedang di hukum sebab adanya kesalahan. Chandra dan Sagara di hukum sebab tak mengerjakan tugas rumah, ditambah dengan pikiran licik yaitu berencana ingin bolos. Jaya dalang dari otak berencana bolos.
Konyolnya, kesalahan Gufta dikarenakan dirinya memberikan absen izin, itu Jaya yang menyuruhnya. Tetapi dia benar-benar tidak tau bahwa mereka berkeinginan ingin bolos. Namun sayangnya guru itu memang tak menyukainya sedari awal, jadi dia tidak mendengarkan penjelasan dari Jaya, Chandra dan sagara.
"Buk, udah ya buk?" Tanya Jaya yang sedari tadi diam. Wajahnya kian memerah sebab sinar mentari yang memberikan cuaca melampau panas.
"Tetap berdiri! Selesain sampai selesai." Tegas guru itu.
Warna kulit tan itu mengelap keningnya yang dialirin segenap keringat. Hawa panas mengelilingin tubuhnya. Bibir pucatnya terlihat. Mata sayup itu berupaya menahan untuk terus terbuka. Pijakkan kakinya seakan ingin roboh. Sekujur kepalanya berkunang-kunang.
Brugh...
"Gufta!" Teriak Jaya, Chandra dan Sagara bersamaan. Serta teriakkan dari para murid lainnya yang sedang berada di sekitar lapangan.
Ya...pada akhirnya Gufta terjatuh pingsan. Histeris membuat keterkejutan temannya. Bahkan para gadis turut berteriak, namun di tolak oleh temannya.
"Biar gue aja ya! Makasih udah mau nolongin temen gue," ujar Jaya yang kemudian mengangkat tubuh Gufta ke uks sekolah.
Rahang Sagara mengeras, kian emosinya berkumpul. Genggaman tangan semakin menguat, membuatnya kehilangan kendali. "Lo tu ya buk! Semena-mena jadi guru. Gue bilang Gufta gak salah ya gak salah! "
"Ngeyel." Lirih Sagara.
Langkah kakinya pergi meninggalkan guru yang menghukumnya kini tercenggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samsara Ghargandi
General FictionPemuda yang saling menguatkan dari kejamnya dunia. Mendengarkan satu sama lain tanpa adanya keegoisan. Samsara Ghargandi memiliki arti, terdiri dari 2 kalimat. Yaitu 'samsara' berarti lingkaran kehidupan dan ghargandi merupakan singkatan dari nama...