13. Ujian Akan Mengejar

8 1 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat Membaca 💐🙌🏻

Jangan lupa di vote dan komen sebelum baca!!!

***

Udara berlarian di setiap sudut muka bumi. Gelapnya gulita diluar, memberikan angin sepoi berkeliaran di ruang tamu Chandra. Mereka kembali menginap untuk membuat kenang-kenangan.

Canda tawa terdengar melengking, menampakkan tujuh lelaki yang sedang bermain papan hitam putih. Ya, catur. Mereka membuat 2 tim dalam bermain.

Tim pertama Gufta, Jaya dan Dipta. Tim kedua Ratan, Sagara dan Chandra. Manggala menjadi pemandu dalam permainan catur.

Dentingan cangkir berbunyi dan pemuda itu menyeruput kopinya. "Mulai gusy!" Tintah Manggala

Lamanya bermain melahirkan skore seimbang, segenapnya luar biasa hebat.

Lengkingan Chandra bersuara. Menunjuk lawannya dengan raut bahagia. "KALAH, YEAAA"

"Mampus kalah!" Teriak Sagara senang. Gufta mengerjapkan mata heran. "Lah? Katanya 5 ronde?"

"Harap tenang! Ini baru 4 ronde ya. Skore kalian 3-4." Jelas Manggala

Ratan menepuk jidat, menatap tajam timnya. "Mangkanya jangan senang dulu." Timnya menyengir. "Gue lupa." Papar Chandra.

"Gue ke kamar mandi dulu." Cetus Dipta. Mereka mengangguk. "Jangan lama Dip, nanti kita kalah benaran." Teriak Gufta yang dibalas jempol.

Seseorang pemuda kekar berdiri, melangkahkan kaki. Manggala mengerutkan kening "Lo mau kemana?". Tidak ada balasan dari pemuda itu.

"Lah? Gak di jawab." Gumam Manggala yang didengar Gufta. "Kenapa?"

Manggala mengedikkan bahu. Membalikkan pandangan ke arah punggung Jaya. "Jaya kenapa? Dia pergi tanpa ngasih tau."

Kemudian mengarahkan pandangan ke Gufta. "Gue nanya mau kemana, malah gak ditanggapin."

Gufta terdiam, nampak berfikir. "Mikirin apa lo?" Heran Manggala. Gufta melotot dan melirihkan suara. "Gawat!", Selepasnya dia berdiri, melangkahkan kaki dan meninggalkan Manggala yang dilanda ke bingungan.

Bising-bising terdengar dari depan kamar mandi, suara yang berkesan kesal itu mengisi ruangan sunyi. Berapal kata dia ukirkan pada lawan bicaranya. Makian yang ia berikannya, disebabkan sakitnya hati.

"Lo tuh ya! Gue suka Audrey, Dip. Lo juga suka kan? Kenapa gak bilang dari awal...supaya gue gak jatuh terlalu dalam. Lo tau kan sakitnya itu hah?" Ujarnya sedikit membentak.

"Kalau suka tuh bilang, tolol!" Makinya.

Sementara yang dibentak tak hirau, senantiasa menatap raut wajah lawannya dengan datar.

Jaya membenarkan lengan bajunya. "Lo dengar gue gak?" Tanyanya kesal.

"Lo budek?" Jaya berupaya menahan emosinya. "Gue harus sabar..." lirih Jaya.

"LO TUH..." Perkataan Jaya terpotong karena pijakan kaki dari teman lainnya. Dia berdehem, menolehkan kepala ke arah sesuatu.

Seseorang itu menyembulkan kepala di balik dinding. "Kenapa Guf? Lo ngintip dengan cara gitu, kurang elit." Papar Jaya.

Gufta menderetkan gigi, keluar dari persembunyiannya. Tangannya bergerak merapikan rambut. "Lo kenapa? Kenapa ribut bro? Sesama ad..." kali ini perkataan Gufta dipotong karena seketika temannya, si Dipta menempelkan telunjuk pada bibir Dipta sendiri.

Samsara GhargandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang