CHAPTER 6

21 1 0
                                    


Kulihat sinar mentari menyinari pagi
Seperti memberi semangat padaku hari ini, namun Pagi itu Kepalaku masih terasa sakit dan pusing sekali bahkan mataku sedikit perih mungkin karena semalam aku kebanyakan menangis bahkan aku hanya tidur 3 jam malam itu. Pagi itu sebenernya aku masih belum bisa mencerna tentang semua kejadian semalam, aku berharap itu semua hanya mimpi buruk di hari ulang tahunku meski aku tidak bisa pungkiri hatiku memang benar-benar sakit rasanya ketika tahu di khianati oleh orang-orang terdekatku.

Sebenarnya pagi itu rasanya malas sekali beranjak dari tempat tidur
aku merasa hatiku belum sepenuhnya menerima kenyataan pahit itu, rasanya aku ingin tidur seharian di kamar tapi apalah daya pagi itu aku harus tetap berangkat sekolah meski dengan suasana hati yang berantakan. Dengan sekuat jiwa dan raga akhirnya aku berusaha beranjak dari tempat tidur namun aku menyadari sesuatu bahwa Oliv sudah tidak ada di sampingku, mungkin Oliv sedang berada di kamar mandi pikirku. Namun setelah aku hendak membuka pintu kamar aku di kagetkan dengan suara bunyi terompet yang membuat telingaku kebisingan.

" Happy birthday Deira !! " Ujar Oliv dengan raut wajah yang ceria dan sembari membawa kue ulang tahun.

" Hellooo .....!!! Deira Happy birthday kok bengong sih ayoo tiup lilinnya keburu meleleh tau " ujar Oliv

" Ohh iya sorry sorry Liv gue masih ngantuk banget nih jadi ga fokus , gue tiup ya lilinya " ( huuuuufff ) ujarku sembari tiup lilin dan dengan raut wajah kebingungan.

" Sekali lagi Happy birthday ya Ra, doa terbaik pokoknya buat Lo. Gue harap lo selalu bahagia yaa, gue sayang banget sama lo Ra" ujar Oliv sembari memelukku.

Aku hanya terdiam mematung ketika mendengar pernyataan bahwa Oliv sayang sama aku , rasanya menjijikan sekali ketika mendengarnya. Aku tidak habis fikir dengan jalan pikirannya Oliv dari raut wajahnya tidak ada tanda-tanda dia merasa bersalah atau merasa iba melihat sahabatnya baru saja di putusin pacarnya. Padahal Oliv sendirilah dalang dari semua kehancuran ini, dia menghianatiku dengan diam-diam jomblangin Tian dan Salsa temen sekelasnya di SMA bahkan Oliv sendiripun selama ini tau Tian selingkuh dengan Salsa dan tidak sedikitpun memberitahu dan membiarkanku dalam kesedihan dan kebingungan menunggu kabar Tian kala itu. Rasanya aku ingin sekali menampar wajah Oliv namun di sisi lain rasa kecewa dan marah itu terkalahkan dengan rasa sayang aku kepada Oliv, aku tidak mau hubungan persahabatanku dengan Oliv hancur cuma hanya karena soal percintaan. Meski terkadang terbesit di pikiranku tentang kenapa Oliv bisa setega itu denganku aku masih tidak menyangka seseorang yang berprilaku hangat dan manis di depan justru di belakang seperti ular berbisa.

Pagi itu aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan Oliv meskipun aku tidak bisa pungkiri memang hatiku benar-benar sakit sekali. Aku berpura-pura bodoh seperti badut di depannya agar tau penghianatan dia sampai mana terhadapku.

" Terimakasih ya Liv kejutannya, gue juga sayanngggg banget sama lo semoga kita selamanya terus jadi sahabat yaa " ujarku

" Pastinya dong, sahabat forever " ujar Oliv.

" Oh iya Liv, tadi gue dapet info dari temen kampusnya Tian katanya sih Tian tuh lagi deket sama cewe namanya Salsa. Berarti alasan dia minta putus ke gue pengen fokus kuliah itu bohong dong, menurut lo Salsa yg mana ya Liv ? " Ujarku dengan sedikit mengulik dan menyindir halus.

" Haahh .. , yaa ga-ga-ga tau lah salsa yg mana masa nanya ke gue, emang gue CCTV berjalannya Tian bisa tau semua tentang Tian. Udahlah Mending sekarang lo mandi terus berangkat sekolah keburu kesiangan" ujar Oliv dengan terbata-bata dan mengalihkan pembicaraan.

DEIRA & ANGGIT (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang