2 Tahun Kemudian
"Luc! Ambilkan baju abang dong di kamar!" aku yang sedang bermakan ria langsung kesel. Iyalah, lagi enak-enaknya makan, malah diganggu. Ish. "Iya! bentar." Akupun langsung menuju kamar abang. Sesampainya di kamarnya, aku mengambil baju abang. Bodoamet deh baju jelek, yang penting ngambil.
"Ini bang!" kataku di depan kamar mandinya. Bang Husen langsung mengambilnya dengan tangannya saja yang dia tunjukan dari dalam. Memang kebiasaan. Aku langsung menuju sofa tercintah lalu melanjutkan acara makan-makanku.
Yeay! Pas banget film yang aku suka sedang diputar.TRING! Bunyi BBM-ku langsung terdengar membahana di ruang tv. Sengaja aku pasangkan volume terbesar supaya bisa terdengar oleh aku. 'Luc, lo dimana?' ternyata William.
'Dirumah gue. kenapa?'
'ooh, gue kerumah lo ya. Bosen gue di kampus. Dosennya enggak jelas kemana''okay' dan aku melanjutkan nonton film-ku. Sekitar 30 menit kemudian William datang. "Luc! Minta makanan dong." Aku langsung mendecak sebal dan dia bercengir ria.
Kebiasaan, kalau kerumah dia pasti minta makanan ke aku. "Lama-lama lo beli ya stok cemilan gue sebulan. Kayaknya elo deh yang habisin cemilan gue." dan dia tertawa-tawa enggak jelas. "Eh, btw, lo... tau enggak kabar Jessy sama Roy?" Aku langsung menggerakan bahuku. Aku udah enggak berhubungan lagi sama mereka berdua. Males.
Yayaya, anggaplah gue kekanak-kanakan. Terakhir yang gue tau, setelah gue berantem itu, tiga bulan kemudian Jessy pindah ke LA lanjutin kuliah. Lalu disusul dengan Roy yang pindah ke London. Aku juga bingung kenapa mereka pindah, serempak lagi. Tapi, yaudahlah. Kalau kalian pikir Roy dan Jessy pasti pernah datang ke rumah aku, itu salah. Mereka tidak pernah datang kerumah. Adanya orang tua mereka yang datang kerumah karena ada urusan gitu. Sedih? Tentu. Tapi, ada bagusnya sih mereka enggak datang. Yah, memang sih, aku sama Jessy itu saudara dekat, tapi, entahlah, aku jadi gimana gituu kalau mau ketemu sama Jessy. Untunglah dia di luar negeri.
"Memangnya kenapa?" tanyaku. Dan William juga langsung diam. Lebih tepatnya raut mukanya menunjukan rasa sedih. "Mereka, bulan depan bakalan balik ke sini." Bulan depan? Wow... Tapi, kok sedih William? Aku langsung memasang muka heran. "Bagus dong mereka kesini. Lo bisa ketemu sama Jessy. Kenapa muka lo jadi kusut begitu?" "Mereka kesini..... mau tunangan." Aku langsung menjatuhkan remote tv aku dari genggamanku. Dan suasana menjadi hening setelah William bilang begitu.
Mereka... Tunangan?
Secepat inikah? Tapi, memang sudah ada kemungkinan, kalau mereka bakalan tunangan. "secepat.. inikah?" Air mataku akhirnya turun. Secepat mungkin aku hapuskan air mata ini. William memelukku langsung. "Tenang Luc, tenang." "Kapan mereka bicara mau tunangan?" tanyaku. William
melepaskan pelukannya dan menatap aku, menghembuskan nafas berat. "Mungkin, sekitar 2 bulan yang lalu." Aku menatap dia dengan tidak percaya. "Lo udah tau lama!?" "Enggak! Gue baru tau seminggu yang lalu." Berarti, selama ini.... "Jadi, yang belum tau itu cuman gue!?" "Dan gue." Kata William.
Dan saat itu juga Bang Husen sedang melangkah ke dapur. Aku yang melihat langsung menyusul dia ke dapur dan menarik dia. Bang Husen yang awalnya sepertinya mau mengomel langsung menatap gue dengan pandangan khawatir. "Dek, kenapa dek? Kok kamu nangis?" Bang Husen menghapus air mataku, tapi aku langsung menjauhkan tangan dia dari muka aku. "Sejak kapan abang tahu Roy sama Jessy mau tunangan!?" Bang Husen menatapku dengan tidak percaya. "Luc, biar aba.." "SEJAK KAPAN!?" Aku udah enggak bisa menahan rasa emosi aku. Aku seperti merasa.... Ditipu. Dan kurasa sepertinya teriakanku didengar oleh satu rumah.
Mama, Papa, dan Bang Jose langsung ada di dapur setelah mendengar teriakanku ini. "Ini ada apa, kenapa teriak-teriak?" tanya mama heran. Aku tetap menatap bang Husen dengan tajam. Aku butuh penjelasan. "Um, begini tante, om—" "Kalian jahat." Kataku memotong pembicaraan William.
Semuanya memandang aku kaget atas perkataanku tadi. Sebelum papa mau menghampiri aku, aku langsung pergi dari mereka yang sepertinya diikuti oleh William. Aku mengambil kunci mobil aku dan pergi dari rumah. Rumah yang sangat menyesakan. Aku mengemudikan mobil dengan balap. "LUCIA! PELAN-PELAN!" teriak William tapi aku hiraukan. Aku tidak peduli.
Dan sekarang aku sedang di taman. Yah, lumayan jauhlah dari rumah. Aku sedang memperhatikan danau yang ada di depan aku. Dan pandanganku terhadap danau terhalang sebentar pas Willi ngasih aku minuman. Aku ambil minuman itu lalu aku minum langsung Willi langsung duduk di sebelah aku sambil berdecak. "Gila lo, hebat juga lo nyetir. Sukses bikin gue jantungan" aku hanya menatap dia dengan datar. Lalu melihat danau lagi. Kenapa hidup aku harus begitu mengenaskan gitu? Capek...
"Luc, apa gue balik aja kali ya ke nyokap bokap?" aku langsung melihat dia dengan pandangan bertanya. "Maksudnya? lo mau balik ke Milan?" dan Willi mengangguk. "yah, gimana ya, kalau dipikir-pikir gue juga percuma Luc. Lihatlah sekarang, dua bulan lagi mereka bakalan balik dan bakal tunangan. Dan lo tau juga kan, gue udah enggak pernah berhubungan lagi sama dia semenjak dia udah pindah." Lalu menghela nafas berat. Memang benar.
Lalu kita sama-sama diam dengan pikiran kita masing-masing.DRRTTT DRRRRT Hpku bergetar dan itu pasti panggilan telfon. Aku langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelefon. "ya, halo?" jawabku malas. Dan enggak ada jawaban. "Halloo?" tanya ku sekali lagi. "Siapa Luc?" tanya William heran. Aku mengangkat bahuku. "Enggak tau nih, enggak dijawab. Padahal masih tersambung" dan William mengangguk. "kalau enggak dijawab saya matikan ya" belum aku mau matikan, aku mendapat jawaban dari suara yang enggak aku harapkan untuk di dengar.
"Um, Lucia...." Tubuhku langsung kaku setelah mendengar suara itu. William sepertinya menyadari gerak gerikku. "Luc, kenapa?" dan aku masih diam.
"Roy.."
-----
Halllo! kembali lagi bersama saya!
Sorryy banget kalau sekarang updatenya jarang gitu :( idenya tuh selalu muncul disaat tidak tepat waktunya :(
tapi tenang, aku enggak php kok (?)
pokoknya stay terus yaa! dan btw cerita ini belum tamat kokkk!
dan oh iya! selamat berpuasa ya bagi yang menjalankannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Memories
RomanceLucia menyukai Roy Roy menyukai Jessy Jessy menyukai Roy William menyukai Jessy Kisah ini, ribet sekali ya.