Keadaan di pemakaman terlihat sangat suram. Sekarang hanya meninggalkan seorang pria dewasa dengan payung hitam di tangannya dan beberapa pengawalnya yang menunggu tuan di mobil.
Hanya tatapan datar yang dilayangkan oleh pria itu, dia mulai berjongkok dan mencium batu nisan itu, matanya tertutup dengan bibir yang menyentuh batu yang dingin terkena buliran air hujan.
beberapa menit kemudian pria itu juga pergi meninggalkan pemakaman ibunya. Dengan langkah yang cepat dia segera masuk ke dalam mobil diikuti oleh para pengawalnya yang menyambut atasannya itu.
Satoru melepaskan mantelnya yang sedikit terkena air hujan, dia duduk di kursi tengah sambil merapikan rambutnya. "Bagaimana? kau sudah menemukan orang tua (name)," ucap Satoru sambil melihat ke arah Ariel. Ariel dengan cepat mengeluarkan seringainya. "Sudah, Boss. Mereka sudah saya taruh di ruang bawah tanah. Tetapi ketika saya mencari tau tentang Antana dia langsung menghilang, mungkin dia pindah negara." balas Ariel.
Satoru terkekeh, sudah dia tebak pasti pecundang itu akan kabur meninggalkan Mansion dan anak anak buahnya. "Baiklah, segera hidupkan mobil untuk kembali ke mansion."
Supirnya pun segera mengangguk dan menancap gas mobil dan melaju secepat mungkin ke kediaman Gojo. Setelah pekamanan selesai, pria bermarga Gojo itu harus melakukan pengangkatan menjadi ketua klan setelah kematian ibunya.
Dirinya tersenyum ketika mendapatkan pencapaiannya itu, di sisi lain dia juga harus menunda pernikahan karna kematian ibunya itu, bisa saja dia langsung mengadakannya tetapi mengingat jasa ibunya selama ini.
Setidaknya dia juga harus meluluhkan gadis impiannya itu dulu, kan?
***
Satoru menginjak rokoknya yang sudah habis. Kepalanya lalu kembali melihat ke depan, dua orang yang sedang berada di dalam sel. Dia berjalan untuk mendekati orang itu dengan tatapan datarnya."Tolong lepaskan kami!! kami tidak tau apa apa!" teriak Zaidan dari dalam sel itu. Sedangkan mata Yurika sudah memerah karna tidak tau akan ada hal apa lagi yang terjadi.
"diamlah, mulutmu berisik," ledek Satoru sambil memandang remeh kedua orang yang berada di depannya membuat Zaidan semakin marah dengan kelakukan albino di depannya ini.
"hey, sialan! lepaskan kami" ucap Zaidan, kali ini raut pria itu menunjukkan puncak amarahnya.
Satoru tertawa melihat tingkah bodoh kedua orang itu. "Kalian bilang bahwa kalian tidak tau apa apa? jangan membuatku tertawa! lalu jelaskan tentang pencarian yang kalian lakukan kepada (name)."
Zaidan dan Yurika langsung terdiam. Mereka tidak berani berkata kata karna apa yang dikatakan oleh orang di depannya benar. "lagipula (name) tidak ada hubungannya denganmu!" bantaj Zaidan kepada Satoru. Satoru sama sekali tidak memperdulikan orang di depannya, jari kelingkingnya dia gunakan untuk mengorek telinganya.
"Ariel, kau bisa mengurus mereka. Aku masih ada urusan," ujar Satoru yang dibalas anggukan oleh Ariel. Satoru kembali berjalan keluar dari ruang bawah tanah menuju ke perusahaannya.
di sisi lain.
Ariel dengan tanpa kasian langsung menebas kepala mereka yang langsung terpisah dari tubuh. menit menit terakhir kedua orang itu teriak ketika melihat kepalanya sudah tidak berada di badan mereka serta air mata yang keluar.
"darah sialan" ucap Ariel ketika darah mereka mengenai jasnya. dia mengisap rokoknya sambil menginjak nginjak kepala kedua orang itu.
bau darah menyengat di dalam sel penjara itu, kini Ariel membawa kedua mayat itu untuk dibakar.
"Ariel? apakah kau memang sekotor ini sehingga mempercayai omongan Satoru?"
"iya, aku memang sekotor ini. jadi tutup mulut sampahmu itu."
tembakan terdengar dari dalam rumah yang awalnya harmonis itu. kakaknya dia tembak dengan pistol yang berada di tangannya. Tidak ada rasa sedih yang dirasakan olehnya tetapi air mata keluar dari mata coklatnya.
"..kakak?"
TBC.
happy end or sad ending?
KAMU SEDANG MEMBACA
obsessed (satoruxreader) ✔️
Fanficsetiap tubuhku ingin pergi berjalan dari ruangan sampah ini aku terus merasa nyeri pada pergelangan kakiku. sebuah langkah kaki berjalan mendekat ke arahku, ku lihat wajahnya dengan penuh keringat dan darah, wajahku mulai merasa takut lagi 'apakah d...