18. The Stare

3 1 0
                                    

David tersentak mendengar isi batin Casa. Tunggu, itu bukan tatapan seseorang yang baru bertemu beberapa hari. Wanita di depannya tampak berbeda dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. "Alexa?" tanyanya memastikan.

Lalu kekasihnhya mengangguk, membuat David senang bukan kepalang. Ia bergerak secepat kilat memeluk tubuh Alexa sampai wanita tersebut sulit bernapas. "Aku senang bisa memelukmu lagi, Alexa."

Tampak Alexa menahan sakit. Pria itu mengernyit. Melepas pelukannya dan bertanya, "Ada apa? Sejak tadi kamu hanya diam daripada memanggilku 'sayang'."

Alexa menunjukkan tenggorokannya sendiri. Dia menggeleng sedih karena suaranya tidak mau keluar. David teringat pesan Devon tentang racun pengikat nadi. "Ah, jadi karena racun pengikat nadi?"

Alexa mengangguk lagi.

David berpikir sejenak sembari memandang leher jenjang kekasihnya. "Hmm, Alexa. Bolehkah aku mengubahmu menjadi vampir sekarang?"

Mengubah menjadi vampir adalah kutukan seumur hidup bagi manusia, tetapi juga obat penyembuh yang abadi. Jika mengubah tubuh Casa menjadi vampir, efek racun pengikat nadi akan lenyap. Peredaran darah dalam tubuh akan kembali lancar bahkan meregerasi dengan cepat.

Tiba-tiba dada Alexa terasa sakit seperti seseorang sedang menghantam jantungnya. Wanita itu terjatuh ke pelukan David. "Alexa!" teriak pria tersebut, cemas. Apakah racunnya bereaksi lebih cepat? Devon mengatakan waktu puncaknya adalah pagi hari.

Mungkin sekarang masih tahap di mana tubuh Casa mengalami penderitaan sebelum efeknya benar-benar menghilang. Jika tubuh ini tidak kuat ... David menggigit bibir. Ia takut kehilangan sosok Alexa lagi seperti kejadian ratusan tahun yang lalu.

Mata David perlahan bersinar merah. Namun, sinar tersebut kian gelap. Empat taring runcing tumbuh lebih panjang dari mulunya. Tidak ada cara lain selain memasukkan virus vampir ke tubuh Casa melalui gigitan. David mendekati leher wanita di pelukannya dengan intens, lalu menancapkan taring-taring miliknya.

"Kyaa!" Casa mendorong dada pria tersebut begitu tersadar. Apa yang terjadi? Dia hanya memejamkan mata sebentar, tetapi ketika membuka mata sudah melihat monters bertaring dengan mata semerah darah. Mengerikan! Nyalinya menciut dan sekujur tubuhnya gemetar. Napasnya mulai tidak beraturan. "Hah ... hah ...."

David yang melihat wanita itu berjalan mundur pun sadar, bahwa sekarang Alexa sedang bersembunyi di suatu tempat. Ia mengembalikan wujud manusianya seperti semula. Tanpa mata merah, lalu pertumbuhan taring yang tidak wajar mulai memendek.

Casa merinding mendapat senyum dari David. Dia harus kabur. Itulah yang dipikirkan, namun ruang ini tidak memiliki celah sedikit pun. Andai saja Kai berada di sini ... mungkin calon suaminya itu akan mempertaruhkan segalanya demi keselamatan Casa.

"Kau baik-baik saja?" David mengulurkan tangan, hendak menyentuh wajahnya. Casa tidak sempat menghindar karena pergerakan David amat cepat. TIba-tiba pria itu sudah berdiri di hadapannya kurang dari satu jengkal.

Casa memejamkan mata. Aku takut! Batinnya berteriak memanggil nama kekasihnya. Kai ... cepatlah ke sini. Kumohon!

David menatap datar wajah pucat tersebut. Meski dia bukan Alexa, ia tetap tidak senang mendengar hati Casa memanggil pria lain. Tangannya menyusuri garis rahang wanita tersebut. Alisnya saling tertaut menangkap banyak sekali luka gores.

Casa membuka mata tatkala sesuatu yang lembut dan dingin menyentuh pipinya. Bukan hanya pipi. Hidung, dagu, dahi, berkali-kali David mendaratkan kecupan singkat ke setiap bagian wajah Casa. Matanya membulat sempurna. David tersenyum melihat luka-luka itu pulih tanpa bekas.

"Wajahmu merah, Alexa."

Mulut Casa sedikit terbuka. Dirinya bukan Alexa. Namun, ia tidak bisa melontarkan protes lantaran pita suaranya telah rusak. Wanita bermanik hitam itu berusaha meneguk ludah. Pria yang berada di dekatnya mempunyai rambut panjang serta tatapan yang tidak biasa, sama persis dengan pria yang sering mengunjungi perpustakaan belakangan silam.

Casa tidak berniat melepas sentuhan David. Anehnya dia merasa akrab dengan perlakuan hangat yang dilakukan oleh pria ini. Mendapati wanita itu tidak menepis tangannya, David tersenyum cerah lalu memeluk Casa dengan erat. "Alexa, aku merindukanmu," bisik David seraya mengelus bagian leher yang hendak digigit.

Astaga ... bulu kuduk Casa berdiri saat David mengembuskan napas di area tengkuknya. Terlebih dia bukanlah Alexa. Mungkinkah pria ini yang membawanya ke sini karena mengira Casa adalah Alexa? Atau dia memang sengaja menculik Casa untuk melampiaskan rasa rindu pada Alexa? Entahlah. Belum selesai otaknya mencari jawaban, sesuatu yang dingin menembus lehernya. Tubuh itu terperanjat ketika David menghisap darah yang keluar.

Casa berusaha menolak tindakan tersebut dengan mendorong dada David, namun kekuatan pria ini berkali-kali lipat lebih kuat. Serangan Casa tidak berarti apa-apa bagi David yang seorang vampir. Ia baru teringat bahwa David bukanlah manusia biasa. Dia jelas-jelas monster bermata merah.

David terus menghisap leher Casa sampai tubuh itu lemas tidak bertenaga. Sudah lama sejak terakhir David mencicipi darah manusia. David tidak menyangka rasa darah manusia bisa sangat menyegarkan.

Sedangkan itu, air mata Casa berlinangan di pundak pria monster. Rasanya tadi terlalu menyakitkan saat darah dari tubuh seolah tersedot semua. Namun lama-kelamaan, ia merasakan kantuk luar biasa. David terhenyak ketika tangan yang terus memukulnya mendadak berhenti.

Ia menjauhkan mulutnya dari leher Casa, melihat keadaan wanita tersebut. David bernapas lega karena Casa hanya tertidur. Terdengar dari tarikan napas yang berat. Kedua mata lentik itu basah serta bekas air mata di pipi terlihat jelas. Padahal David tidak pernah mendapati Alexa menangis. Dia pasti melalui kesulitan hari yang panjang dengan tubuh yang lemah.

"Apa ini?" David bergumam pelan sambil menyentuh bibir Casa. Warnanya merah karena darah. Dari bentuk lukanya, mungkin Casa berusaha mempertahankan kesadaran dengan menggigit bibir.

Pria itu mengernyit tidak senang. Lalu ia mengecup singkat bagian yang terluka agar lukanya menghilang. "Umh!"

Tanpa disangka Casa terbangun, memeluk tengkuk David untuk merasakan sensasi lembut lebih lama. Casa pun menggigit bibir David dan menyesap darah yang keluar guna membasahi dahaga. David mengimbangi pergerakan Casa dengan sangat baik. Justru dia jadi tidak ingin melepaskan bibir Casa sampai wanita itu kehabisan napas.

"Ugh," keluh Alexa di sela-sela ciuman. Ia benar-benar kehabisan napas. Tangannya memukul keras dada David supaya dia berhenti. Pukulan Alexa lebih kuat setelah menerima gen vampir dari darah David, tetapi pria di depannya hanya meringis dan terus melanjutkan aktivitasnya.

Sial, kesabaran Alexa sudah tipis. Ia pun dengan kesal mendorong dada David sekuat tenaga. "Dave!" teriaknya syok. Ia langsung menghampiri sosok David yang menghantam salah satu sisi tembok hingga retak. Padahal sekeliling ruangan sudah dilapisi oleh sihir, bagaimana bisa kekuatannya mendorong David sampai sekuat itu?

Alexa tersungkur dan menimpa tubuh David karena tidak bisa mengontrol kecepatan larinya. "Ah, jangan-jangan ini kekuatan vampir?" Ia bertanya sambil menatap sepasang manik di bawahnya. Wajah mereka hanya berjarak lima senti.

Pria itu membalas tatapan Alexa hanya dengan senyuman.

.

.

.

Special CrusherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang