Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan itu artinya Jennie sudah menyelesaikan hukumannya.
"Kamu bisa kembali ke kelas," ujar Chaeyoung yang menghampiri Jennie.
Namun gadis itu hanya menunduk. Dia takut ketika membayangkan sang guru bakalan marah gara-gara dia telat untuk masuk ke kelas.
"Kenapa?" tanya Chaeyoung.
"Sekarang lagi jam pelajaran Pak Jey. Dia pasti marah gara-gara aku telat," jelas Jennie.
"Aku akan menemani kamu," balas Chaeyoung.
Jennie sontak menatap Chaeyoung "Maksud kamu?"
"Aku akan membantu kamu menjelaskan kepada Pak Jey. Ayo ke kelas sekarang," ajak Chaeyoung.
"Apa tidak apa-apa?" ragu Jennie.
Chaeyoung tersenyum bagi menenangkan cewek itu "Jangan takut,"
Jennie akhirnya mengangguk dan keduanya mula berjalan untuk menuju ke kelas Jennie.
Setibanya didepan pintu kelas, langkah Jennie langsung terhenti. Gadis ini kelihatan takut-takut untuk memasuki kelasnya.
Tok tok tok
Namun Chaeyoung malah mengetuk pintu kelas sehingga perhatian seisi kelas langsung tertuju kearah mereka.
Jennie yang malu pula langsung saja bersembunyi dibelakang Chaeyoung.
"Iya Chaeyoung?" tanya Pak Jey.
"Permisi Pak. Saya kesini karena ingin menghantar Jennie," ujar Chaeyoung.
"Jennie?"
Chaeyoung menarik Jennie agar berdiri disampingnya.
"Tadi Jennie telat dan dia dihukum sama ketua osis untuk berdiri di lapangan. Tapi ketua osis harus ketemu sama Pak Hanwo, makanya saya membantu ketua osis memantau Jennie yang menjalankan hukumannya," dengan polosnya Chaeyoung menjelaskan semuanya.
Pak Jey mengangguk paham "Jennie, kamu bisa masuk dan duduk,"
"Terima kasih Pak," cicit Jennie dengan pelan sebelum dirinya bergegas berlalu duduk dibangkunya.
"Ada apa-apa lagi?" tanya Pak Jey karena Chaeyoung masih saja berdiri didepan pintu kelas.
"Bapak tidak bilang kalau saya bisa pergi makanya saya masih disini" polos Chaeyoung yang menatap Pak Jey dengan bingung.
"Baiklah-baiklah, kamu bisa pergi," balas Pak Jey.
Chaeyoung membungkuk sopan "Permisi," ujarnya sebelum melangkah pergi dari sana.
"Anak itu benar-benar polos," keluh Pak Jey.
"Sama polos seperti Jennie nih," sambar Joy.
Pak Jey menatap Jennie yang menunduk itu "Sama-sama polos. Apa mungkin itu jodoh?"
"Omongan adalah doa loh. Bisa-bisanya nanti Bapak kaget kalau mereka benaran berjodoh," sahut Joy membuat Jennie semakin merasa malu.
Pak Jey menggeleng "Ada-ada saja kamu,"
"Pak, lanjutkan pelajarannya dong," pinta Irene yang tidak tega melihat Jennie yang malu gara-gara menjadi pusat perhatian.
"Baiklah, kita lanjutkan pelajarannya," balas Pak Jey kembali fokus menjelaskan materi.
"Lo apa-apaan si Rene. Gue lagi berusaha mengalihkan perhatian Pak Jey. Gue lagi malas belajar nih," bisik Joy sedikit mendumel.
"Lo tidak lihat kalau Jennie sudah malu huh?" balas Irene ikutan berbisik.
Joy sontak menatap Jennie "Eh, maaf Jen," ujarnya cengesan.
Jennie menggeleng "Tidak apa-apa," cicitnya dengan pelan. Dia kembali menunduk memikirkan sosok Chaeyoung.
Astaga, dia lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada cowok itu karena sudah membantunya.
"Pemalu banget nih anak," heran Joy.
"Mendingan dia yang pemalu, daripada lo yang malu-maluin," sambar Jisoo.
"Dasar si chicken," gerutu Joy dibalas kekehan kecil oleh Jisoo.
*
*Sementara itu di kelas Chaeyoung, terlihatlah cowok itu yang kelihatan sibuk membaca novel dengan kaca mata yang dipakai olehnya itu.
Kelas mereka lagi jam kosong makanya Chaeyoung bisa bersantai dengan membaca novel tanpa mempedulikan kericuhan yang dilakukan oleh teman sekelasnya.
"Malam ini kita nongkrong yuk," ajak Wendy.
"Dimana?" tanya Seulgi.
"Di cafe saja lah. Lagian gue yakin si cewek pada mau ikut," sambar Limario.
"Memangnya lo mau bawa Jisoo?" tanya Wendy.
Limario mengangguk "Hitung-hitung pdkt gue sama dia,"
"Lo tidak coba confess?" tanya Seulgi.
"Sudah confess tapi dia pikir gue hanya bercanda," kesal Limario.
"Itu mungkin cara Jisoo untuk menolak cinta lo," ujar Seulgi.
"Bodo amat. Gue akan pastikan dia menerima gue! Tapi sekarang gue bakalan pdkt sama dia duluan," balas Limario penuh semangat.
Seulgi menggeleng dengan pelan sebelum tatapannya tertuju kearah Chaeyoung "Chae," panggilnya.
Namun tidak ada sahutan. Pria yang memakai kaca mata itu seakan tidak mendengar panggilan darinya.
"Chaeyoung!" kesal Seulgi.
"Iya?" sahut Chaeyoung yang akhirnya menatap ketiganya dengan bingung.
"Kita lagi ngobrol nih. Lo malah sibuk sama novel lo itu!" greget Seulgi.
Chaeyoung merasa bersalah "Maaf,"
"Kita lagi bikin rencana untuk nongkrong nanti malam. Lo mau ikut?" tanya Wendy.
Chaeyoung melepaskan kaca mata miliknya "Aku tidak bisa. Nanti malam aku harus menghantar sepupu aku ke bandara,"
"Ital akan kembali ke New Zealand?" tanya Limario.
"Iya," sahut Chaeyoung.
"Ngomong-ngomong, terima kasih karena sudah membantu gue memantau Jennie," ujar Seulgi menepuk pundak Chaeyoung.
"Tidak apa-apa Seul. Aku senang karena bisa membantu," ujar Chaeyoung dengan tulus.
"Chae, lo tidak mau pacaran sama Jennie?" tanya Wendy tersenyum jahil.
"Pacaran?" beo Chaeyoung "Kata Mama, aku tidak boleh pacaran,"
"Kenapa memangnya?" tanya Limario.
"Mama bilang, dia takut aku memilih cewek yang salah," sahut Chaeyoung.
"Mendingan lo pacaran sama Jennie saja. Kalian sama-sama polos. Cocok tuh," sambar Seulgi.
Namun Chaeyoung menggeleng "Aku tidak ingin pacaran. Nanti Mama marah,"
Ketiga temannya itu saling tatap.
Hah~
Chaeyoung bukan saja sosok yang polos, namun dia juga anak Mama.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
School Love Story
FanfictionIni kisah cinta dua remaja polos yang terpaksa menikah diusia yang masih muda gara-gara perjodohan yang sudah dilakukan oleh keluarga. Bagaimana caranya kedua sosok polos itu mempertahankan rumah tangga mereka disaat mereka tidak mengetahui apa itu...