-13-

496 85 14
                                    

Waktu makan siang sudah tiba, dan Jennie bersama Yejin juga sudah selesai memasak. Hyunbin bahkan sudah pulang dari perusahannya setelah mendapat kabar tentang kepulangan anak dan menantunya itu.

"Jadi kamu kesini karena ingin belajar masak sama Mommy?" tanya Hyunbin.

"Iya Dad. Aku harus memasak untuk Chaeyoung," sahut Jennie.

Dahi Hyunbin mengernyit "Chaeyoung? Kamu memanggil suami kamu Chaeyoung?"

"Namanya memang Chaeyoung bukan?" polos Jennie.

Hyunbin menggeleng dengan pelan "Namanya memang Chaeyoung. Tapi dia sudah menjadi suami kamu. Seharusnya kamu memanggil dia Oppa. Atau kamu juga bisa memanggilnya menggunakan nama romantis yang lain,"

"Apa perlu?" tanya Jennie merasa ragu.

"Kalau Jennie tidak ingin, tidak apa-apa kok Dad," sambar Chaeyoung "Aku tidak masalah kalau dia ingin memanggil nama aku doang,"

"Tidak bisa seperti itu Chae. Daddy ingin anak Daddy ini menghormati kamu sebagai suami,"

"Jennie menghormati aku sebagai suami kok. Tidak peduli apa pun nama panggilannya, Jennie sudah menjadi istri yang baik untuk aku,"

Hyunbin tersenyum dan menatap anak bungsunya itu "Daddy bangga sama kamu. Akhirnya anak manja Daddy mengerti apa itu tanggungjawab sebagai istri,"

"Aku lagi belajar untuk menjalankan tanggungjawab aku sebagai istri," sahut Jennie.

"Daddy harap kalian bisa saling bekerjasama," ujar Hyunbin diangguki oleh anak dan menantunya.





Jam sudah menunjukkan pukul 5 petang, dan Chaeyoung bersama Jennie akhirnya berpamitan untuk pulang.

Awalnya, Hyunbin meminta supirnya untuk menghantar anak dan menantunya itu, namun Chaeyoung menolaknya dengan sopan.

Dan sekarang, Chaeyoung bersama Jennie sudah berada didalam bus untuk pulang ke apartment mereka.

"Kenapa?" tanya Chaeyoung ketika melihat Jennie melamun menatap jendela bas.

"Ngantuk," jujur Jennie.

Chaeyoung menepuk pundaknya "Tidur saja disini,"

"Malu," cicit Jennie dengan pelan.

Tanpa aba-aba, Chaeyoung langsung menarik Jennie kedalam dakapannya sehingga kepala Jennie bersandar didadanya "Tidur saja. Tidak ada siapa-siapa yang akan memperhatikan kamu," bisiknya mengelus kepala Jennie dengan lembut.

"Terima kasih," ujar Jennie sebelum memejamkan matanya.

"Apa ini pacar kamu?" Chaeyoung menatap sosok wanita paruh baya yang berbicara dengannya itu.

"Dia istri saya," jujur Chaeyoung.

Wanita itu kelihatan kaget "Kalian kelihatan masih muda," dia tersenyum "Tapi kalian kelihatan cocok. Jaga istri kamu dengan baik ya,"

Chaeyoung tersenyum "Terima kasih,"

Wanita itu ikut tersenyum sebelum kembali fokus menatap ke depan. Sementara Chaeyoung, dia beralih menatap jendela.




Beberapa menit kemudian, bas yang dinaiki oleh mereka akhirnya berhenti. Tanpa membangunkan Jennie, cowok itu langsung saja menggendong sang gadis dipunggungnya.

Jennie juga sama sekali tidak terusik, bahkan dia kelihatan begitu nyaman.

Langkah kaki Chaeyoung mula berganjak keluar dari bas, lalu dia mula berjalan untuk pulang ke apartment.

"Chaeyoung,"

Chaeyoung menghela nafasnya dengan kasar ketika sosok Suzy kelihatan berlari menghampirinya.

"Nuna kenapa bisa ada disini?" tanya Chaeyoung.

"Tadi aku minta alamat apartment kamu dari Mama kamu si," sahut Suzy. Dia beralih menatap Jennie "Kenapa kamu menggendong dia?" serunya dengan tidak suka.

"Memangnya kenapa? Tidak ada yang salah bukan?" balas Chaeyoung.

"Nanti punggung kamu sakit Chae,"

"Tidak sakit kok. Jennie ini ringan,"

Suzy mendengus "Mendingan sekarang kamu hantarkan dia pulang, terus kamu ikut sama aku. Kita jalan-jalan,"

"Tidak bisa Nuna. Aku capek, mau istirahat,"

Suzy menghentakkan kakinya dengan kesal "Kamu kenapa berubah si!? Kenapa kamu seakan ingin menghindar dari aku setelah kamu sudah menikah!?"

Chaeyoung mengedipkan matanya dengan bingung "Bukannya itu memang harus terjadi? Aku sudah menjadi suami orang, jadi aku harus menjaga batasan aku. Aku tidak bisa terlalu akrab sama mana-mana gadis. Aku harus menjaga hati istri aku,"

Kata-kata Chaeyoung bukannya membuat Suzy mundur, namun gadis itu malah tersenyum senang. Dia semakin ingin menjadikan Chaeyoung sebagai suaminya.

"Tapi aku sepupu kamu Chae. Jennie juga pasti tidak akan masalah kalau kamu keluar sama aku. Ayo keluar," bujuk Suzy.

Namun Chaeyoung tetap saja menggelang "Tidak bisa Nuna. Aku pulang duluan ya," tanpa mendengar sahutan dari sang gadis, Chaeyoung langsung saja melangkah pergi dari sana.

"Chaeyoung!" kesal Suzy "Gue malah jauh-jauh kesini, eh dia malah tinggalin gue. Dasar!" gerutnya.







Perlahan-lahan, Chaeyoung membaringkan Jennie diatas kasur empuk mereka itu.

Setelah itu, dia memutuskan untuk mencuci makeup diwajah Jennie dengan berhati-hati agar tidak membangunkan gadis itu.

"Imut," kekeh Chaeyoung ketika menatap wajah polos sang istri.

"Jangan pergi~," rengek Jennie; memegang tangan Chaeyoung tanpa membuka matanya.

"Aku tidak akan kemana-mana kok," balas Chaeyoung.

Jennie mempoutkan bibirnya "Pelukkk,"

Chaeyoung menelan ludanya dengan kasar. Istrinya itu benar-benar imut, dan itu mampu membuat jantungnya berdegup dengan kencang.

"Pelukkkk," rengek Jennie lagi.

Dengan kakunya, Chaeyoung ikut membaringkan dirinya disamping Jennie, lalu dia membawa istrinya itu masuk kedalam dakapannya.












Hello, I'm back🌝



Tekan
   👇

School Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang