Pip! Pip! Pip!
Bunyi berisik dari jam waker membuat gadis yang tengah meringkuk di balik selimut terusik, mengerjapkan matanya sedangkan satu tangannya menggapai-gapai jam weker di nakas sebelah tempat tidur. Mematikan benda itu lalu duduk di atas ranjang sambil mengucek pelan matanya.
Gadis itu menyibakkan selimutnya sambil menguap, berjalan malas sambil melilitkan handuk ke leher. Bunyi gagang pintu yang terbuka, gadis itu keluar dari kamar untuk mandi, bersiap melakukan aktivitasnya hari ini.
Kim Winter. Tapi panggil saja Winter. Gadis berusia 23 tahun yang tinggal sendiri di rumahnya yang sederhana, kedua orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan kereta api 3 tahun yang lalu. Dia membiayai hidupnya dengan menjalankan toko roti milik ayahnya.
Winter masuk ke dalam kamarnya sambil bersenandung kecil, lalu duduk di meja rias dan menyisir rambut panjangnya yang hitam dan sedikit bergelombang. Berdandan dengan make up yang natural, Winter sudah sangat terlihat cantik, tak heran jika banyak lelaki maupun perempuan yang menyukainya, apalagi perangainya yang ceria dan mudah bergaul.
Setelah merapikan tempat tidurnya, gadis itu keluar kamar dengan tas selempang kecil yang dia bawa.
Jam masih menunjukkan pukul 7.15 pagi, Winter mulai sibuk di dapur untuk membuat sarapan. Hanya menggoreng telur dan sosis, lalu membuat nasi goreng ala-ala dengan resep eksperimen rahasianya. Gadis itu tersenyum puas saat satu porsi nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi dan sosis sudah terhidang.
"Not bad..." ucapnya pelan sambil menyuap nasi goreng ke mulutnya.
Setelah selesai sarapan, Winter bersiap untuk berangkat ke toko roti miliknya, dia biasa ke toko roti dengan sepedanya karena jarak dari rumahnya yang lumayan dekat.
Seperti sekarang ini, Winter meletakkan tasnya pada keranjang sepeda yang berada di depan, lalu dengan lincah gadis itu mengayuh sepedanya sambil tersenyum ceria.
"Selamat pagi Winter.."
"Ah selamat pagi Paman Lee.."
"Good morning Winter..."
"Nee, good morning Miss Park.."
Winter kembali tersenyum sambil terus mengayuh sepedanya, semilir angin menerpa wajahnya yang cantik, gadis dengan wajah putih bersih itu bersenandung kecil, sambil menikmati udara yang masih segar.
Tak terasa dia sampai di toko roti miliknya, memarkir sepedanya di parkiran samping toko, lalu masuk ke toko roti lewat pintu belakang. Menyapa beberapa pegawainya yang sudah datang dan mulai bekerja, Winter juga ikut membantu, itu yang membuat ke-empat pegawainya betah bekerja di toko roti milik Winter. Dia gadis yang baik, perangainya membuat semua orang menyukainya.
"Noona? Aku sudah mencatat kiriman barang yang datang kemarin sore, ini catatannya.." ucap Bambam sambil menyodorkan notes ke arah Winter.
"Ahh terima kasih Bambam, aku akan menelitinya.. kau lanjutkan saja pekerjaanmu" balas Winter dan menerima notes dari Bambam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR (WINRINA) ✔️
FanfictionShort story. "Cukup Karina! Tidak pernah ada sejarahnya manusia dan Petrichor bisa bersatu! Jangan pernah mencoba menulis kembali suratan takdir yang sudah tertulis! Tinggalkan gadis itu atau kau akan menjadi Blue Butterfly yang Terkutuk!"