8.

47 10 0
                                    

"Apa kalian benar-benar akan melakukannya di depanku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apa kalian benar-benar akan melakukannya di depanku?"

Suara itu sukses membuat Karina dan Winter seketika menjauh satu sama lain. Winter dengan tergesa merapikan piyamanya yang kini sudah setengah terbuka karena ulah Karina, sedangkan Karina hanya berdiri mematung dengan raut wajah pucat pasi, menatap sosok pria yang berdiri tegap sambil menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam.

Karina maju selangkah dengan langkahnya yang kaku, seakan melindungi Winter dari sesuatu yang akan terjadi beberapa menit ke depan.

"Appa..." ucap Karina dengan sorot matanya yang tidak seperti biasanya, bahkan kini kedua tangannya mengepal karena takut.

Winter menelan ludahnya saat tau siapa pria yang berdiri di hadapannya dan sang kekasih, dia beringsut dan berdiri di belakang kekasihnya itu.

Sowon maju untuk lebih dekat dengan putri semata wayangnya, sorot matanya tidak berubah, tetap tajam, seolah-olah sedang menguliti Karina hidup-hidup. Winter semakin beringsut di belakang Karina, sedangkan Karina benar-benar tidak bergerak dari posisi semula.

"Pulanglah, kau sudah selesai bukan bermainnya?" ucap Sowon dengan suaranya yang berat, namun dari suaranya itu Karina tahu bahwa ayahnya sedang menahan amarah.

"Appa, aku....."

"Kau tidak ingin pulang? Apa kau akan terus berada disini? Bersama manusia ini?" Sowon menghela nafasnya.

"Jangan membuat Appa bertindak kejam padamu Karina.." sambung Sowon dengan raut wajahnya yang sedingin es.

"Appa... Aku mencintainya..." kata-kata itu akhirnya meluncur juga dari bibir Karina, membuat Sowon semakin menatapnya dengan tajam. Sayap kupu-kupu Karina mulai mengembang, dia maju selangkah dan berdiri di hadapan Sowon, lalu kemudian bersimpuh di bawah Raja Astrosius itu.

"Appa aku mohon... Aku benar-benar mencintainya.. aku rela melakukan apapun asal aku bisa bersama dengannya, dan Appa kau boleh menghukumku tapi tolong jangan sakiti dia.. aku mohon Appa.." air mata Karina tak terasa menetes.

"Karina..." Winter memanggilnya lirih, membuat Sowon kini menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

"Bangun!!" sentak Sowon sambil menendang Karina, hingga Peri Hujan itu terpelanting. Winter berlari menuju Karina sambil membantunya berdiri, air mata sudah meluncur bebas di pipi putihnya.

"Terpaksa Appa akan membuatmu pulang dengan cara kasar." Sowon melangkah ke arah Karina, namun dia dengan sigap mengembangkan sayapnya dan melindungi Winter.

Karina menggeleng, masih bersikeras bahwa dia tidak akan pulang. Hal itu membuat Sowon benar-benar murka, Sowon tahu jika Karina memang pembangkang, tapi membangkang hanya karena seorang manusia, tentu membuat emosi Sowon di ujung tanduk.

Dengan kecepatan kilat, rentetan petir yang memanjang menyambar tubuh Karina, lalu petir itu melilit tubuh Karina hingga Petrichor itu berteriak kesakitan. Winter berteriak histeris dengan air mata yang sudah berderai, memohon ampun pada Sowon untuk melepaskan lilitan petir yang melilit tubuh kekasihnya. Rintihan dan teriakan yang keluar dari mulut Karina sama sekali tak di hiraukan oleh Sowon, dia malah semakin menarik lilitan petir itu hingga jeritan Karina memenuhi ruangan di rumah Winter.

PETRICHOR (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang