5.

62 12 6
                                    

"Ssshhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ssshhhh...."

"Ahhhhh"

"Ouchhh..."

"Winteo... Ahhhhh.."


Tak!

"Sudah ku bilang jangan memasukkan bubuk cabe terlalu banyak, tapi kau tidak mendengarkanku." ucap Winter yang duduk di sebelah Karina. Petrichor itu masih mendesah karena mulutnya seperti terbakar, akibat memasukkan bubuk cabe terlalu banyak ke ramyeonnya.

"Winteo...." mata Karina sudah memerah, wajahnya juga memerah menahan pedas.

Winter beranjak dari kursi makan, berjalan ke arah kulkas untuk mengambil susu dingin, tidak tega melihat Karina yang kepedasan seperti itu.

"Minum ini.." Winter meletakkan segelas susu dingin dan menyodorkan ke arah Karina.

Karina menggeleng, persis seperti anak kecil.

"Aku mau yang coklat.." ucapnya sambil memberikan puppy eyesnya, membuat Winter tidak bisa menolak permintaan Peri di depannya.

"Dasar Peri aneh...! Terkadang dia bisa menjadi dewasa hingga membuatku hanyut dalam kata-katanya, tapi terkadang dia bisa seperti anak kecil yang sangat menggemaskan.." monolog Winter pelan sambil berjalan ke arah kulkas.

Winter membuka kulkas, lalu mengambil sekotak besar susu coklat, namun tiba-tiba dia terhenyak kaget saat sepasang tangan sudah memeluk perutnya dari belakang. Untung saja kotak susu itu tidak jatuh, Winter kembali menaruhnya di dalam kulkas lalu menutupnya.

"Apa yang kau lakukan???" tanya Winter, dia tau Karina yang memeluknya dari belakang.

Bau hujan langsung tercium, bau yang membuat Winter tenang.

"Aku hanya ingin memelukmu.." jawab Karina, lalu membenamkan kepalanya pada leher Winter, membuat gadis itu menutup matanya sekejap.

"Karina... Kau membuatku geli..." Winter memegang tangan Karina yang masih setia memeluk perutnya, Karina hanya berdehem sambil terus menciumi leher dan pundak Winter.

"Kau wangi jika bangun tidur seperti ini.." ucap Karina, lalu menghentikan kegiatannya. Winter dengan cepat membalikkan badannya, hingga tangan Karina kini bertengger di pinggangnya yang ramping. Kedua tangan Winter berada di atas pundak Karina. Winter memperhatikan wajah Karina yang tengah tersenyum.

"Tadi kau seperti orang kerasukan karena kepedasan hum... Kenapa sekarang terlihat baik-baik saja?" tanya Winter sambil memicingkan matanya.

Karina tertawa kecil, pelukannya pada pinggang Winter semakin mengerat. Tubuh mereka semakin dekat satu sama lain. Karina menatap Winter dengan intens, membuat gadis itu salah tingkah dengan pipinya yang bersemu. Karina yang lebih tinggi dari Winter sedikit menarik kepalanya ke bawah, pandangan mereka bertemu, entah keberanian dari mana, tangan Winter terangkat dan membelai pipi Karina.

PETRICHOR (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang