"Maafkan aku Jennie, maafkan aku."
Jennie sedang duduk di tempat tidur kakaknya, sedangkan Hoyeon sedang mondar-mandir dengan gugup sambil meminta maaf atas gangguan mengerikan yang telah dia lakukan.
Sejujurnya Jennie merasa marah, tapi dia juga terhibur dengan reaksi kakaknya.
"Aku akan menggantungmu di pohon Unnie, karena kamu telah menggagalkan salah satu moment terbaik dalam hidupku."
Hoyeon menutupi wajahnya dengan tangannya, dia merasa sangat bersalah.
"Serius, aku benar-benar minta maaf Jennie." Hoyeon terus mengulangi kata-kata itu.
"Aku akan pergi jalan-jalan jika itu yang kamu inginkan.""Tidak perlu, kamu sudah terlanjur membuat aku dan dia panik. Bahkan jika kamu pergi, dia tidak akan mau melakukan apapun lagi denganku."
"Apa dia berumur tiga belas tahun?" Hoyeon mengangkat alisnya.
"Enam belas," Jennie mengoreksi,
"Dia sangat... Pemalu.""Aku benar-benar tidak menyangka kalau kamu akan menyukai orang pendiam dan pemalu seperti itu. Kota ini benar-benar mengubahmu Jennie."
Jennie tersenyum sambil memberikan dorongan lembut di bahu kakaknya. Dia sangat suka bergaul dengannya karena Hoyeon adalah satu-satunya keluarga yang dia punya.
"Sebagai permintaan maaf, aku akan memesan pizza... ajak temanmu untuk ikut makan malam dengan kita."
Setelah mengatakan itu, Hoyeon keluar ruangan meninggalkan Jennie sendirian dengan pikirannya. Gadis itu mencoba mengabaikan fakta betapa hornynya dia setelah pertemuannya dengan Lisa.
Ngomong-ngomong, gadis polos itu masih ada di kamarnya. Jadi, Jennie turun dari tempat tidur lalu berjalan ke kamar tidurnya. Ketika dia membuka pintu, dia melihat Lisa sedang tersesat menatap langit-langit kamar seolah-olah ada rahasia kehidupan di atas sana.
Jennie mengetuk tiga kali untuk mendapatkan perhatiannya, lalu Lisa menurunkan pandangannya dan seketika pipinya merona.
"Apa ibumu kesal karena ada aku disini?" Lisa bertanya dengan suara berbisik.
"Dia kakak perempuanku, dia tadi meminta maaf karena telah mengganggu kegiatan kita."
"Dia tahu?" Lisa seketika memucat, membuat Jennie benar-benar ingin mencium bibirnya saat itu juga.
"Tadi aku tidak bisa menyembunyikan wajah horny-ku sehingga kakakku jadi tahu, aku minta maaf."
Lisa segera mengambil salah satu bantal yang ada di tempat tidur lalu menutupi wajahnya untuk menyembunyikan betapa malu dirinya.
Sementara Jennie memperhatikannya sambil mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dia lakukan dengan gadis pemalu itu.
"Aku harus pergi," kata Lisa dengan suaranya yang terhalang bantal di depan wajahnya,
"Kakakku sedang memesan pizza, jadi kamu harus ikut makan malam bersama kami."
Jennie mengambil kursi untuk duduk tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis yang lebih muda. Baginya Lisa adalah sebuah teka-teki. Kepolosan yang meluap di sekujur tubuhnya membuat Jennie agak kesulitan untuk mencapai tujuannya.
"Apa kakakmu tidak keberatan?"
"Dia sendiri yang menyuruhku untuk mengundangmu."
Lisa mengangguk lalu turun dari tempat tidur dan meninggalkan bantal di tempatnya.
"Kamar mandi dimana?"
"Kamar mandinya dilorong, yang pintunya berwarna putih."
Lisa mengangguk lalu meninggalkan ruangan. Begitu pintu ditutup, Jennie mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu memasukkan nomor "69" untuk melakukan panggilan cepat,

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BITCH (G!P)
Fanfictie[WARNING! 🔞] Lisa menelan ludahnya dengan keras sambil berusaha untuk tetap tenang. "Apa yang kamu lakukan Jennie?" Gadis bernama Jennie tersenyum mesum sambil menggigit bibirnya agar tidak tertawa. "Bermain." jawabnya. Lisa kemudian menunduk d...