1

624 364 67
                                    

BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA
Happy reading

Tandai typo
.
.
Hari Senin, dimana hari ini adalah hari pertama untuk Bulan Valerie L, Bulan tidak tahu kepanjangan L di namanya. Kini sebut saja Bulan, ia sedang berjalan menuju sekolahnya. SMA Galaksi High School dimana sekolah yang memasuki daftar sekolah elit dan paling terkenal di Jakarta, berisi anak-anak konglomerat dari berbagai daerah di Indonesia.

"Pantas saja SMA ini terkenal, desain bangunannya saja seperti istana, aku beruntung bisa mendapatkan beasiswa di sekolah ini, semoga saja aku cepat mendapat teman" ucap Bulan yang tidak berhenti berharap. Ia sangat berterima kasih kepada gurunya yang sudah mendaftarkan beasiswa untuknya karena sang guru tersebut mengetahui bahwa bulan merupakan anak broken home. Tapi suatu kejadian yang membuatnya terpaksa tidak mengikuti MOS dan masuk telat selama beberapa bulan setelah dinyatakan lulus.

Flashback
"Akhh, sakit, tolong hentikan"
Bulan merintih kesakitan saat vina menjambak kuat rambutnya

"Alah segini aja udah nangis" Remeh seorang siswi dengan tangan yang masih setia menjambak rambut bulan.

"Iya nih, lemah banget sih Lo lan"

"Udh cupu, broken home, lemah lagi" celetuk salah satu siswi yang lain.

"Hahahaha.." semua murid yang melihat tertawa.
Kejadian itu terjadi di lapangan sekolah, siswa siswi yang melihat itu seperti sudah terbiasa. Lebih parahnya tidak ada seorang pun yang berniat membantu Bulan, mereka justru menertawakan nya seperti sedang melihat film nyata seakan-akan sayang untuk di lewatkan. Dan bagaimana dengan guru-guru?bukannya mereka tidak peduli hanya saja mereka tidak seberani itu, mengingat Vina merupakan anak kepala sekolah bahkan untuk melaporkannya pun hanya berujung sia-sia

"Udah yuk, mending kita pergi" ajak Amel yang merupakan teman Vina

" Iya nih, gw juga udh puas" ujar Vina dan langsung melepas tangannya dari kepala bulan dengan kasar hingga membuat bulan terjatuh dari posisinya.

Mereka pun pergi meninggalkan Bulan termasuk para murid yang melihat.

Hikss hikss
Bulan menumpahkan semua air matanya yang sudah terbendung sedari tadi. Selama ini Bulan mencoba tetap bertahan, tapi untuk saat ini ia gagal dan menumpah kan semuanya. Perlindungan itu hancur, ia menumpahkan kesedihannya membuktikan bahwa Bulan selalu berusaha tetap tegar dan tersenyum. Kalau bisa ia ingin menemui ibu dan ayahnya yg sudah pergi mendahului bulan tapi ia sadar bahwa itu akan sia-sia, ia hanya bisa berdoa.

"Lo gapapa?" Seketika tangis bulan berhenti, ia mendongak melihat seorang siswi dengan tersenyum menjulurkan tangannya berniat membantu bulan berdiri. Ia pun menggapai tangan siswi itu dan berusaha berdiri.

"Iya, aku gapapa, shh" ujar Bulan dengan sedikit meringis menahan rasa sakit di ujung bibirnya yang berdarah akibat tamparan Siska yang masih terasa.

Mendengar ringisan Bulan, dengan segera ia melihat wajah dan melihat bibir Bulan yang mengeluarkan darah.

"Bibir Lo berdarah Bulan, bisa-bisa dengan enteng Lo bilang gapapa" ujar gadis itu dengan nada khawatir dan segera membantu Bulan berjalan menuju UKS.

Sampainya di UKS, ia dengan segera mengambil kotak p3k dan mengeluarkan alkohol. Ia meneteskan alkohol ke kasa, dengan telaten membersihkan luka Bulan sambil meniupnya menghilangkan rasa perih. Dirasa udah bersih, gadis itu kembali mengambil sesuatu di kotak p3k dan mengeluarkan obat merah dan perban yang
digunakan untuk menutup luka.

"Lo mending istirahat di sini aja dulu sampai di rasa mendingan" ujar siswi itu

"Iya, makasih ya"

"Sans aja, mau gw temenin ga?" Tanyanya yang dibalas gelengan oleh Bulan.

"Ga usah, kamu pergi aja ke kelas, takutnya nanti kamu dimarahin lagi" kekeh Bulan yang tetap pada pendiriannya.

"Huft yaudah deh gw pergi dulu ya"
Pasrah nya dan pergi meninggalkan Bulan seorang diri.

Karena bosan, Bulan berjalan dengan sedikit pincang di karenakan kakinya yang masih terasa sakit. Ia berjalan menuju pintu UKS. Bertepatan dengan terbukanya pintu UKS, terdengar bel yang menandakan pelajaran berhenti dan waktunya para murid beristirahat. Bulan tidak berjalan ke arah kantin, melainkan pergi ke rooftop"

" Ibu ayah, Bulan kangen, dunia sangatlah kejam Bu. Bulan ga sanggup. Ga ada yg menginginkan Bulan di sini, ga ada yang bisa bulan jadikan sandaran untuk menumpahkan semua derita yang Bulan rasain, ga ada yang meluk Bulan di saat Bulan sedih, ga ada yang memberi Bulan semangat di saat Bulan putus asa, ga ada yang yang ngasih dukungan di saat Bulan putus asa" di sini Bulan mencurahkan penderitaan nya mendongak ke atas langit se akan-akan sedang berbicara dengan kedua orang tuanya yang sudah di atas meninggalkan Bulan sendirian di dunia yang kejam ini.

Rooftop lah yang menjadi tempat di mana Bulan menenangkan pikirannya. Jika ditanya tempat mana yang di sukai Bulan di sekolah maka dengan jujur ia menjawab rooftop.

Ia melihat ke bawah dimana para murid bersenda gurau dengan temannya, bisa di bilang ia iri. Bulan tidak memiliki teman di SMP itu, pernah ia mencoba berkenalan dengan salah seorang siswi tapi justru Bulan di maki oleh nya.

Setelah di rasa tenang, ia pun menuju tangga.

Prokk prokk prokk
Langkah Bulan terhenti mendengar suara tepukan tangan seseorang, ia pun menoleh ke arah samping.

"Disini ternyata, Lo tau? Kita daritadi nyari Lo" ujar Vina tersenyum miring.

"Kenapa kalian nyari aku" tanya bulan berusaha menutupi ketakutan nya.

"Waw ga usah takut dong, kita ke sini....seperti biasa" jawab Vina tersenyum misterius melirik Amel dan Syifa.

Mereka yang mengerti maksud Vina pun segera menahan kedua tangan Bulan dengan Amel di kanan dan Syifa di kiri.

Krek...krekk..
Dengan santai Vina memotong rambut Bulan menggunakan gunting.

Brak bruk srek
Tanpa aba aba Vina mendorong Bulan hingga terjatuh dari atas tangga dan membuat Bulan berguling ke bawah membentur lantai. Setelah melakukan itu mereka bertiga segera pergi dari sana. Darah keluar dari dahi Bulan disertai memar di beberapa bagian tubuhnya. Bulan merintih menahan rasa sakit yang luar biasa.

Baru tadi keluar UKS dan masih terasa sakit ia sudah mendapat luka baru yang lebih parah. Ia tidak mengerti kenapa semua orang begitu membencinya. Apa yang aku lakukan hingga membuat mereka seperti senang setelah memberi luka di tubuhku, batin Bulan menitikkan air mata.

Seorang murid yang tidak sengaja melihat Bulan dengan darah dan luka di tubuhnya pun segera melaporkan ke guru untuk di bawa ke Rumah Sakit. Kejadian itulah yang membuat ia harus melakukan operasi sekaligus di rawat di sana selama beberapa bulan.

Flashback end

BRUK!

BULAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang