4

377 284 22
                                    

Happy reading

Tandai typo.
.
.
.
.
Bulan bersiap-siap dan berlari lalu melompat. Ia berhasil berdiri tegak di atas Pyramid itu dengan dibantu kedua tangan 4 anggota lain agar Bulan bisa berdiri. Bulan merentangkan kedua tangannya ke atas. Sedangkan Alexa dan Gisel tersenyum smirk dan dengan gerakan cepat, mereka menarik kembali ke-dua tangannya yang memegang kaki kiri dan kanan Bulan. Alhasil Bulan kehilangan keseimbangannya, begitu juga dengan ke-dua anggota lain yang bertugas sama seperti Alexa dan Gisel karena kekurangan tenaga. Dan ia pun jatuh membentur lantai dingin di bawah sana.

bagaimana ya itu rasanya?

Bayangkan kalian terjatuh dari ketinggian 2,5 meter itu, pasti sakit sekali rasanya.

Sama yang sedang dirasakan Bulan saat ini. Ia terjatuh dengan posisi yang tidak bisa dibilang nyaman. Bulan meringis menahan sakit dan perih secara bersamaan dibagian kaki kanannya. Sedangkan Sang kapten bukannya membantu justru memarahinya karena Bulan membuat formasi Pyramid itu gagal di bagian akhir.

Zalika yang masih berada di tempatnya tanpa belas kasih pun menyindir."Cepat berdiri!, ga usah lebay deh. Cuman jatuh doang gak sampai mati".

Bulan tersenyum kecut melirik Zalika."Gue istirahat dulu ya, kaki gue sakit."

"Gak ada istirahat buat Lo. Sekarang Lo balik ketempat dan ulang bagian Lo yang gagal!."

Sebenarnya ia berani dengan Zalika. Tapi karena Zalika dan antik-antiknya itu bakal membuat beasiswanya dicabut pun membuat nyalinya ciut seketika.

***

Jam ekstra sudah berakhir. Bulan bergegas menuju ruang UKS untuk mengobati kakinya.

Ia membuka pintu yang menjadi pembatas antara koridor dan UKS.
Sepertinya ia tidak menyadari jika ada orang lain berada di ruang yang sama dengannya. Tadi saat Bulan membuka pintu dan menimbulkan suara nyaring, orang itu menghentikan kegiatannya yang sedang merapikan alat-alat kesehatan, lalu ia berbalik melihat siapa yang berkunjung. Seketika dahinya mengernyit heran, 'bagaimana bisa Bulan ada disini, bukankah ekstra sudah berakhir sedari tadi' pikirnya.

Ia pun lantas bertanya."loh, kenapa Bulan?kok belum pulang?."

Bulan yang mendengar seseorang bertanya dengan menyebut nama panggilannya menoleh.

"Eh mba Mia. Gue gapapa kok." jawabnya dengan senyuman diwajahnya berharap Mia tidak curiga.

Bukannya percaya dengan jawaban itu, justru semakin membuat Mia curiga. Lantas ia melirik kaki Bulan yang menjadi bibit kecurigaannya sedari tadi. Pasalnya tadi ia melihat Bulan jalan tergopoh-gopoh dan sedikit mengeluarkan ringisan dari mulutnya.

"Astaga!." Seru Mia melihat noda merah di legging Bulan yang di ketahui adalah darah yang keluar dari lukanya. Mia membantu Bulan untuk duduk di salah satu ranjang yang memang sudah tersedia di sana. Gadis berusia lima belas tahun itu melangkahkan kakinya menuju etalase yang berisi berbagai macam obat dan alat-alat medis. Matanya menelusuri satu per satu obat di dalamnya yang dapat digunakan untuk mengobati luka Bulan.

Sebelum itu, ia membantu Bulan mengangkat leggingnya ke atas agar nodanya tidak semakin banyak menempel di legging. Akhirnya Mia sudah menemukan apa yang di carinya dan dengan telaten, ia mengobati kaki kiri sang adik kelasnya itu. Sesekali ia meniup lukanya berharap dapat mengurangi rasa perih.

"Nah, sudah, gimana?sudah mendingan kan sakitnya." tanya Mia memastikan.

Bulan melirik bagian lukanya yang sudah tertutup hansaplast dengan rapi dan mendongakkan kepalanya menatap Mia yang berada tepat di depannya.

BULAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang