chapter 12: thin line

107 44 1
                                    

[cerita ini dibuat bagi pembaca yang mau menghargai penulisnya, silakan vote dan komen]
🤍🐚

Penolakan Sehun membuat hati Sejeong sakit. Cintanya bertepuk sebelah tangan setelah Sehun mengatakan jika pria itu tak bisa mencintai Sejeong seperti yang diinginkan nya. Sejeong menyadari jika ia terlalu buruk untuk Sehun dan tak pantas tapi ia tak mengira jika penolakannya akan sangat menyedihkan seperti ini.

Nyatanya Sehun bukan hanya tak peduli dengannya tapi juga dengan janin yang tengah ia kandung. Sehun memberikan uang pada Sejeong untuk digunakannya memulai hidup baru, hidup yang Sejeong pikir bisa ia jalani bersama Sehun dan anak-anaknya sebagai keluarga yang utuh.

"Presdir Oh anda akan pergi sekarang?"

Sehun menatap kamar Sejeong yang masih ditutup rapat. Setelah penolakan yang ia lakukan pada cinta Sejeong, perempuan itu mengurung dirinya bahkan tak melihat Sehun yang hendak berpamitan untuk pergi ke luar kota.

Ketukan pintu di luar tak membuat Sejeong bangkit dari pembaringan nya. Perempuan itu terisak sendirian, ia membiarkan Sehun pergi layaknya harapan nya yang telah menghilang.

"Sejeong...buka pintunya sebentar.."

Tok!

Tok!

Isakan menyedihkan Sejeong membuat Sehun tertunduk. Sejak awal harusnya Sehun memperingatkan pada Sejeong untuk tak jatuh hati padanya karena perempuan itu akan terluka.
"Sejeong-ah, aku berangkat dulu. Jaga dirimu..."

Kemudian Sehun menoleh ke Jaehyun yang tampak sedih. Sehun tau kalau Jaehyun kesal dengannya. Tapi mau bagaimana lagi, tak ada cinta yang bisa Sehun berikan pada Sejeong dan anak-anaknya.

🤍🐚

Malam ini Loey pulang ke rumah lebih larut. Ia menarik nafas dalam, setelah membersihkan dirinya ia merasa lebih santai dan berencana tidur lebih awal karena besok banyak pekerjaan yang menantinya.

Baru saja pria itu hendak berjalan naik menuju kamar. Seseorang mengetuk pintu rumahnya, dengan malas Loey kembali turun dan membuka pintu itu. Merasa kesal karena ada orang yang tak ingat waktu untuk bertamu di rumahnya.

Semua kekesalan itu berubah menjadi rasa empati ketika yang bertamu ke rumahnya adalah Sejeong. Perempuan itu tampak menyedihkan dengan wajah yang sembap dan air mata yang mengalir di mata indahnya.

"Sejeong?"

"Aku tidak tau harus kemana lagi, Loey..aku_"

Seperti menemukan keberanian nya, Loey meraih pundak Sejeong. Merangkul perempuan itu, tak mau Sejeong putus asa dan rapuh seperti ini. Sebisa mungkin Loey mau merubah setiap tangisan Sejeong menjadi kebahagiaan.

"Hey, kau baik-baik saja? Kenapa Sejeong-ah? Siapa yang membuatmu seperti ini?"

"Aku pikir aku bisa merubah hatinya, Loey. Aku mencintai dia Loey, tapi dia tidak.."

Punggung Sejeong yang gemetar menandakan seberat apa bebannya malam ini. Tangisan nya mengeras dan begitupun dengan pelukan Loey pada Sejeong.
"From the start he didn't love me, he didn't even like me.

Bukan hanya cinta bahkan Sehun tak pernah menyukai kehadiran nya. Banyak alasan yang harusnya membuat Sejeong sadar tapi entah dari mana perempuan itu punya keberanian untuk menyatakan cintanya.

Malam itu Sejeong memutuskan untuk tetap berada di rumah Loey. Meluapkan kesedihan nya dan sebagai seorang sahabat Loey mendengarkan Sejeong. Ia menghormati Sehun dan tak menyudutkan pria itu meksi hatinya marah setelah Sejeong bercerita Sehun memperlakukan nya buruk.

Ended With Him Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang