chapter 8: call him call!

170 54 12
                                    

[cerita ini dibuat bagi pembaca yang mau menghargai penulisnya, silakan vote dan komen]
⚠️

Sebagai permintaan maaf nya Sejeong tinggal di rumah Loey. Mengurus Yuan ketika Loey sakit dan merawat pria itu karena Sejeong merasa tak tega jika Nyonya Park yang mengurus mereka karena perempuan itu sudah tua.

"Apakah Sehun tidak apa-apa jika kau disini malam-malam seperti ini?" tanya Loey, ia senang dengan kehadiran Sejeong di apartemen nya. Tapi pria itu merasa tak enak setelah tau jika rumah tangga Sejeong hampir rusak karenanya.

Sejeong mengangkat bahunya. Perempuan itu pikir Sehun akan baik-baik saja. Pria itu tak butuh dirinya. Sehun pasti bersenang-senang jika Sejeong tidak ada di rumah.
"Dia akan baik-baik saja. Lagipula dia tidak butuh aku"

Meja makan yang tampak ramai dan hangat membuat Yuan bahagia. Bocah itu merasa seperti ibunya ada disini.

"Aku suka jika Bibi Oh disini. Makanan Bibi Oh enak sekali, Yuan suka"

"Benarkah? Bibi besok akan membuat bekal untuk Yuan juga"

"Asik!!!" seru Yuan bahagia. Sekarang ia tak perlu makan masakan ayahnya yang kurang garam ataupun makan makanan instan. Bibi Oh memang memberi banyak kebahagiaan bagi dirinya juga sang Ayah.

"Kau terlalu memanjakan nya, Sejeong"

"Aku suka memasak Loey, aku senang jika ada yang menyukai makanan ku" bela Sejeong merasa tak terbebani dengan permintaan Yuan. Sejeong malah merasa senang dapat memasak untuk orang yang menyukai makanan buatannya.

Melihat ada kesempatan yang terbuka lebar untuknya. Loey tak boleh tinggal diam, pria itu tersenyum lebar. Sepertinya akan sangat beruntung baginya memakan bekal makan siang buatan Sejeong setiap hari.

"Aku juga menyukai nya. Buatkan aku juga!"

🤍🐚

Usai larut malam, Sejeong memutuskan untuk pulang. Setelah memastikan Yuan sudah tidur, membuat makan malam, dan membantu Loey minum obat. Perempuan itu memutuskan pulang, ia masih punya pikirannya untuk tak tidur di tempat Loey meski sebenarnya Sejeong ingin benar-benar kabur dari rumah Sehun.

"Astaga, aku terkejut!" teriak Sejeong memegangi dadanya. Perempuan itu baru saja menghidupkan lampu di ruang utama dan melihat Sehun yang berdiri bersedekap dada menatapnya.

Tak mau berurusan dengan Sehun. Sejeong segera melangkah pergi berusaha mengabaikan wajah marah Sehun padanya. Ini terlalu malam untuk melayani kemarahan pria itu.

"Lepaskan!" tegas Sejeong ketika Sehun menahan tangannya untuk tak pergi. Ia menemukan keberanian untuk melawan Sehun.

"Aku lapar"

Helaan nafas terdengar dari Sehun ketika Sejeong menepis tangannya kasar. Padahal Sehun hanya ingin makan karena malam ini ia belum makan malam.
"Duduklah, kenapa tidak memesan makanan saat aku tak ada?"

"Aku hanya ingin menunggumu, kau sudah makan?"

Sejeong mengangguk. Ia sedikit merasa bersalah karena meninggalkan Sehun di rumah tanpa membuatkan pria itu makan malam. Sejeong juga tak mengira jika pria itu menunggunya.

"Sudah"

"Bersama Loey?" Sehun mamastikan. Tak ada suara marah atau kekesalan dari pria itu. Hanya ada suara lemah dari Sehun. Seperti menyayangkan karena ternyata Sejeong sudah makan dengan orang lain.

Ended With Him Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang