4. keluarga Sadipta

10 1 0
                                    

Galleo mengacak-acak rambutnya dengan kasar di rooftop sekolah, ia meluapkan amarahnya dengan teriakan dan menyakiti dirinya sendiri. Haider terus mencoba menenangkan Galleo, namun cowok itu tetap sama.

“GALLEO SAMANTHA!!” Haider memanggil nama itu kala Galleo hanya terdiam.

Galleo hanya terdiam, ia tak menjawab panggilan lelaki itu.

“Please Galleo, jangan kayak gini.” Ucap Haider.

Galleo terdiam dan duduk di lantai dengan tertawa tanpa sebab, dan itulah yang ditakuti Haider. Haider mengusap wajahnya kasar, kini ia sudah lelah menghadapi temannya itu. Galleo adalah anak yang menyembunyikan lukanya dengan candaannya, ia memiliki masa lalu yang kelam. Papanya, adalah satu orang yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Galleo trauma akan kehilangan, sakit dan kehancuran. Itu semua kembali bertaut kala ia harus kehilangan kekasihnya, Grizellyn. Dan mengetahui jika Ayahnya akan memaksanya untuk melanjutkan perusahaannya dimasa yang belum tepat, ia masih ingin sekolah.

“udah Leo, gue minta Lo jangan pernah ada di hidup Galleo. Gue bener-bener gak suka kehadiran Lo di tubuh Galleo.” Ucap Haider.

Leo? Siapa Leo?

“Gue punya hak buat muncul kapanpun itu. Karena gue adalah pribadi kedua setelah orang ini.” jawab Galleo dengan nada yang datar. Haider pun menenangkan Galleo sebisa mungkin namun Galleo lebih dulu meninggalkan Haider sendiri, dan hal itu dilihat Lyora. Ia mengamati dari pintu menuju rooftop. Galleo sempat berpapasan dengan Lyora, tapi ia tak menghiraukan perempuan itu. Galleo meninggalkan Lyora yang bertanya-tanya akan hal yang terjadi sebelum ini.

“Apa maksudnya?”

Lyora menghampiri Haider sembari menyilangkan tangannya di depan dada, ia ingin berbicara bersama Haider untuk menyelesaikan permasalahan ini sekaligus mengetahui jawaban dari pertanyaan nya tadi.

Haider yang sadar akan kehadiran Lyora pun sontak terkejut saat Lyora menepuk pundaknya, dan menatapnya dengan senyuman yang sebelum ini menghilang entah kemana kini kembali di wajah Lyora.

“Haider, gue minta maaf soal–” belum juga ucapannya selesai Haider lebih dulu memeluknya dengan pelukan hangatnya. Lyora membalas pelukan Haider, ia mengingat ucapan Lyora. Ia harus membalas dendam Lyora dengan cara kasih sayang.

“Gue gak permasalahin Lo yang berubah, tapi jangan pernah berubah soal cara Lo memandang gue dan menganggap gue.” Ucap Haider.

Haider mengelus lembut rambut Lyora dan berkata..
“Lo adalah orang yang gue anggep sebagai adek gue, dan gue sendiri berjanji buat selalu jaga Lo. Gue janji akan bales semua orang yang nyakitin lo.” Ucap Haider dengan penuh perasaan dan itu dapat dirasakan Lyora.

“Termasuk Ananta dan Sasa?” Tanya Lyora.

Haider hanya terdiam, ia tak menjawab pertanyaan Lyora.

Lyora pun melepas pelukan itu kala mendengar bel yang menandakan jam pelajaran akan segera dimulai, ia meninggalkan Haider yang masih terbayang-bayang pertanyaan Lyora.

***

Semua murid-murid terpaksa dipulangkan lebih awal karena ada rapat penting antar guru, jadi Lyora menghampiri kelas Marvel  untuk menyuruhnya mengantarkannya pulang. Marvel yang sekarang sedikit punya dendam dengan kakaknya itu menatap kakaknya dengan tatapan lelah.

“Ngapain nungguin? Bukannya kakak bisa naik motor sendiri?” Tanya Marvel dengan tegas, ia masih ingat kala Canna dan Viona mengantarkan Lyora dengan keadaan tidak sadarkan diri.

“Marvel!” Lyora langsung menarik tangan Marvel. Lyora mencoba membujuk Marvel agar ingin mengantarnya pulang sekaligus ingin minta maaf untuk sifatnya sebelum ini.

Playing With Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang