Karakter, latar, dan alur cerita dalam karya ini adalah hasil imajinasi penulis. Meskipun mungkin terinspirasi dari peristiwa nyata, tidak ada niatan untuk menggambarkan orang, tempat, atau kejadian tertentu secara akurat. Cerita ini ditujukan untuk hiburan semata.
• • •
Jocelyn terbangun dengan rasa nyeri di lututnya. Ia meringis saat mencoba bangkit dari tempat tidur. Peristiwa kemarin masih membekas di ingatannya. Jatuh di jalan setapak, lutut berdarah, dan pertolongan dari Jason, tetangga barunya yang tampan.
"Jocelyn, sudah bangun?" Ibunya mengetuk pintu kamar. "Ayo sarapan, nanti terlambat sekolah."
Jocelyn segera bersiap. Ia mengenakan seragam sekolahnya, kali ini dengan lebih hati-hati agar tidak terjatuh lagi. Setelah sarapan, Jocelyn diantar ayahnya ke sekolah. Ia berharap bisa bertemu lagi dengan Jason, tapi pemuda itu tidak terlihat di sekitar rumahnya.
Di sekolah, Jocelyn disambut hangat oleh Sarah. Mereka duduk bersama di kelas dan mulai mengobrol. Sarah banyak bercerita tentang kehidupan di desa, tentang teman-teman sekelasnya, dan tentang guru-guru yang unik.
"Kamu harus ikut kegiatan ekstrakurikuler, Jocelyn," saran Sarah. "Di sini banyak kegiatan seru, seperti pramuka, tari tradisional, dan paduan suara."
Jocelyn mengangguk. Ia memang ingin mencoba hal-hal baru di desa ini.
"Nanti aku kenalin kamu ke teman-temanku yang lain," kata Sarah sambil tersenyum. "Mereka pasti senang punya teman baru."
Jocelyn merasa sedikit lebih baik. Ia tidak lagi merasa sendirian di sekolah ini.
Setelah jam pelajaran selesai, Jocelyn memutuskan untuk berjalan kaki pulang. Ia ingin menikmati pemandangan desa yang indah. Jalan setapak yang kemarin membuatnya terjatuh kini sudah ia hafal. Jocelyn berjalan dengan hati-hati, menghindari batu-batu yang berserakan.
Saat melewati persimpangan jalan, Jocelyn melihat seorang pemuda sedang duduk di bawah pohon rindang. Pemuda itu terlihat sedang membaca buku. Jocelyn mengenalinya sebagai Jason.
"Hai, Jason," sapa Jocelyn.
Jason mendongak, terkejut melihat Jocelyn. "Oh, hai Jocelyn. Kamu sudah baikan?"
"Sudah, terima kasih," jawab Jocelyn sambil tersenyum. "Aku tidak menyangka akan bertemu kamu lagi di sini."
"Aku juga," kata Jason. "Aku sering lewat sini kalau mau ke sawah."
Jocelyn dan Jason mulai mengobrol. Mereka bercerita tentang pengalaman masing-masing di sekolah. Jocelyn menceritakan tentang Sarah, teman barunya, sementara Jason bercerita tentang teman-teman sekelasnya yang suka bermain sepak bola.
"Kamu mau ikut aku ke sawah?" tanya Jason. "Aku mau bantu ayahku menanam padi."
Jocelyn mengangguk. Ia penasaran ingin melihat bagaimana kehidupan petani di desa.
Jason dan Jocelyn berjalan bersama menuju sawah. Sepanjang jalan, mereka terus mengobrol. Jocelyn merasa nyaman berada di dekat Jason. Pemuda itu ramah, sopan, dan menyenangkan diajak bicara.
"Kamu suka tinggal di desa?" tanya Jason.
"Masih berusaha menyesuaikan diri," jawab Jocelyn jujur. "Tapi aku mulai menyukainya. Pemandangannya indah, udaranya segar, dan orang-orangnya ramah."
"Iya, aku juga suka tinggal di desa," kata Jason. "Hidup di sini sederhana, tapi damai."
Mereka sampai di sawah. Ayah Jason sedang sibuk menggarap tanah. Jason memperkenalkan Jocelyn pada ayahnya.
"Ini Jocelyn, tetangga baru kita," kata Jason.
"Selamat datang di desa kami, Jocelyn," kata ayah Jason sambil tersenyum. "Semoga betah ya."
Jocelyn membalas senyuman ayah Jason. Ia merasa diterima di desa ini.
Jocelyn membantu Jason menanam padi. Ia tidak terbiasa dengan pekerjaan ini, tapi ia berusaha melakukannya dengan baik. Jason sabar mengajari Jocelyn cara menanam padi yang benar.
Matahari mulai terbenam, Jocelyn dan Jason selesai menanam padi. Mereka duduk di pematang sawah, menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah.
"Terima kasih sudah mengajakku ke sawah," kata Jocelyn. "Aku senang bisa belajar hal baru."
"Sama-sama," jawab Jason. "Senang bisa membantu."
Jocelyn dan Jason terdiam sejenak, menikmati suasana yang tenang. Hanya ada suara jangkrik dan gemericik air dari saluran irigasi.
"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Jason.
"Iya, sudah mulai gelap," jawab Jocelyn.
Jason mengantar Jocelyn pulang. Sepanjang jalan, mereka terus mengobrol. Jocelyn merasa semakin dekat dengan Jason. Pemuda itu seperti oase di tengah gurun, memberikan harapan baru bagi Jocelyn.
Sesampainya di rumah, Jocelyn mengucapkan terima kasih pada Jason. Ia merasa bersyukur bisa bertemu dengan pemuda yang baik hati seperti Jason. Mungkin kepindahannya ke desa ini adalah sebuah berkah tersembunyi.
![](https://img.wattpad.com/cover/373777506-288-k875676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dying Wish
RomansaJocelyn, gadis SMA ceria dari kota, harus pindah ke desa terpencil karena penyakit yang mengancam hidupnya. Di desa itu, ia bertemu dengan Jason, pemuda desa yang baik hati dan penyayang. Persahabatan mereka tumbuh menjadi cinta yang tulus di tengah...