"lo di usir?" rafa mengangguk pelan menjawab pertanyaan nino. Mereka sekarang sedang berkumpul di tempat mereka biasanya. Duduk saling berhadapan kecuali olin yang tidak hadir karena suatu urusan."lo bisa tinggal di bascamp aja sih raf," ujar regi di samping galio yang hanya diam menyimak sambil menunggu momen yang pas untuk bicara.
"masa harus ninggalin istri gue? Suami macam apa gua?" rafa menggeleng tak setuju, bagaimana pun ia sudah menikah dan tanggung jawabnya besar.
"masalahnya lo nipu dia, terus harus nikah paksa sama lo. Kalo jadi dia gua juga ogah kali nerima lo jadi suami, dan harusnya lo udah di penjara!" ucap nino sedikit menggebu, bahkan wajah kesalnya paling kentara dari wajah rafa.
"nino bener, dia juga butuh waktu berfikir." celetuk galio dan hanya helaan nafas yang terdengar dari rafa.
"buat sementara lo di sini, besok lo temuin bini lo sambil bawa apa kek buat bujuk. Dan minta maaf sebagaimana lo harusnya begitu merasa bersalah." saran nino.
"thanks guys." ucap rafa lemah hingga perlahan bersandar pada sofa sembari memejamkan matanya.
"dari pada suntuk di sini mending gangguin olin ngedate." seru regie dengan senyum tengil yang di balas hal serupa oleh nino.
"gasss!"
~
Eli menatap geram ke arah lulu sedari sejam yang lalu terus meremas rambut kepalanya dan mondar mandir tak jelas. "kalo lo khawatir ngapain tadi lo usir dia?"
Lulu berhenti, lantas menengok eli yang sedang asik mengunyah kripik di kasur. "tadi emosi, dia boong bilang aku hamil di depan keluarga dia. Terus ngebentak ibu nya sendiri dan sekarang malah bolos sekolah."
Eli menggeleng saja, tak mengerti kemana isi pikiran lulu. "coba lo tenang dulu, ambil nafas yang dalam terus tahan lima jam."
"mati dong aku kak!" decak lulu sebal. Ia berjalan gontai dan melempar tubuhnya begitu saja di samping eli duduk membuat si empu memekik kaget karena kripik di depannya hampir di tindih oleh lulu.
"suruh aja dia sewa kos di depan kita noh. Biar lo seneng bisa pantau dia." usul eli membuat lulu langsung duduk tegap menatap ke arahnya.
~
"tau gini ogah nyusul ni bocah kesini." gumam nino sembari menatap mual ke arah dua sejoli yang sedang asik bermesraan.
"gausah iri no, itu kan ada nala? Samperin gih."
Nino menatap sebal regi di sebelahnya, pemuda jangkung anak basket itu tak henti henti menjodohkan nya dengan gadis bernama nala. Ya walau ada sedikit ketertarikan setiap ia melihat nala. "nala...." panggil nino tiba tiba membuat regi hampir menyembur minuman yang ada di mulutnya.
Nala di sebelah adik olin menoleh, menatap nino dengan alis terangkat sebelah seakan bertanya ada apa.
"mau nemenin gua beli sesuatu gak?"
Mereka yang duduk melingkat di meja bundar dalam restoran tersebut pun langsung menatap nino dengan pikiran masing masing. Ada yang kaget dan ada yang penasaran.
Nala nampak berfikir sejenak dengan menggigit bibir bawahnya sedikit dan di akhiri anggukan kecil. "boleh..." jawabnya dan keduanya pun langsung berpamitan untuk keluar.
"dia udah, tinggal lo berdua." celetuk rafa pelan yang tertuju untuk kedua teman nya yang tentu kalian tau untuk siapa.
Galio tak ingin ambil pusing tentang berpacaran, karna menurutnya itu suatu hal yang membuang buang waktu dan tidak ada manfaatnya. Itu pikirannya beberapa tahun lalu sebelum akhirnya ia tau bahwa ada gadis yang menyukainya, bahkan gadis yang sudah berteman lama dengan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
married my teacher ( LuRah )
Teen Fiction"jadi guru, berhemat, menabung dan yang paling penting kehidupan tenang setelah di bantai perkuliahan." setidaknya itulah list sabila lulu sebelum dirinya di pertemukan lima murid wajah polos yang menyimpan sejuta rahasia. ketenangan nya yang terusi...