Kehidupan setelah perkuliahan.
"jadi guru, berhemat, menabung dan yang paling penting kehidupan tenang setelah di bantai perkuliahan." wanita dengan kaca mata itu menatap layar laptopnya dengan senyum mengembang."si gile, baru juga lulus ngelamarnya langsung ke sekolah elite." seru wanita yang lebih tua satu tahun dari teman disebelahnya. Sahabat seperjuangannya ketika merantau ke jakarta dan masuk dalam satu kampus bahkan kelas yang sama.
Jelita saputri, kerap di panggil eli. Wanita itu menatap tak percaya pada temannya sabila lulu yang memasang tampang tanpa dosanya. "coba coba hehe, siapa tau keterima kan?"
"coba coba sih coba coba...tapi lo tau gak ntu sekolah ketat nya kayak apa kalo soal pilih memilih yang mau masuk kesana? Bahkan murid nya aja cuma 300 lebih orang doang di sekolah semegah itu.
Wajahnya mendadak menekuk cemberut. Sambil menatap layar laptopnya dengan biodata lengkap dirinya yang sudah terkirim ke sekolah yang ingin ia lamar.
"ya gimana kak, udah kekirim dan ini pun bukan lamaran pertama tau! Aku kemarin udah nyoba ke beberapa sekolah biasa tapi penuh dan ini kesempatan terakhir karna ada pengumuman kalo butuh guru,"
Eli yang mendengar langsung menepuk kepala lulu dengan bantal. "lo gak waras kata gua, tapi serah deh, padahal niatnya mau sama lo ngelamar di smk belakang."
Lulu langsung mendelik sinis pada eli yang terlihat kembali menatap ponsel nya dengan menyebut nyebut nama artis entah idol yang lulu tidak tau. "bilang aja gak mau pisah huuuuu." sorak lulu sebal.
~
Jantung lulu berdetak tak karuan, ia bahkan sudah menghembuskan nafas kasar cukup banyak.
"neng jadi turun?" pertanyaan ojol di depan menyadarkan lulu dari ke terdiamannya.
Lulu segera turun dari motor melepas helm lantas mengeluarkan selembar uang dengan nominal 50ribu. Ongkos yang lumayan karna memang berjarak jauh dari kos nya. "nih pak makasih." sang ojol menerima dengan senyum ramah sambil menyambut helm di tangan lulu.
"semoga keterima lamarannya ya neng." lulu mengangguk sambil membalas senyum itu, tak sia sia curhatnya di atas motor di doakan pula.
"amin pak, makasih."
Lulu berjalan santai menyebrangi jalan yang memang sepi karna sekolah tersebut jauh dari perkotaan dan hanya ada satu jalur menuju sekolah dan jalur pulang. "cari siapa ya mbak?" tanya pria yang bertugas menjaga ketika lulu telah sampai di depan gerbang.
"saya ngelamar di sini pak dan katanya di suruh datang hari ini." jelas lulu hingga sang petugas berseragam serba hitam itu membukakan dirinya pintu. "terimakasih pak." ucap lulu sopan yang di balas sedikit bungkukan dari petugas itu.
Mata lulu terpukau kendati kakinya melangkah masuk menyusuri sekolah dengan senyum manisnya. Sekolah yang bersih bahkan tanaman di setiap sudut tertata rapi dan enak untuk di pandang.
Beruntung jam kedatangannya di saat murid telah melaksanakan pelajaran, ia hanya tak ingin ada yang mengomentari dirinya norak kala melihat sisi luar sekolah ini. Luarnya saja sudah memanjakan mata, apalagi dalamnya.
Lulu tiba tiba berhenti sambil menepuk jidatnya pelan, ia lupa menanyakan dimana letak ruangan guru dan terpaksa harus menyusuri lorong sekolah sampai ia bertemu seseorang untuk di tanyai.
Dengan tubuh yang tak terlalu tinggi dan langkahnya yang pendek membuat lulu cepat letih. Bukan letih karna usia melainkan lorong sekolah yang sudah seperti labirin tak berujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
married my teacher ( LuRah )
Novela Juvenil"jadi guru, berhemat, menabung dan yang paling penting kehidupan tenang setelah di bantai perkuliahan." setidaknya itulah list sabila lulu sebelum dirinya di pertemukan lima murid wajah polos yang menyimpan sejuta rahasia. ketenangan nya yang terusi...