"lo yakin masih mau kerja disana, lu?" tanya eli menatap khawatir sang sahabat yang sedari bangun tak sedikit pun menampakkan wajah ceria. Muram."kalo nyari lagi takut lama kak, apalagi ibu semalam kirim pesan nanyain aku udah dapat kerja apa belum." jawab lulu sambil menjelaskan ketidak mungkinan dan waktu yang sudah terlalu banyak terbuang jika ia paksakan melamar lagi.
"huh ya udah lo hati hati deh, gw juga mau berangkat." ujar eli dengan seragam olahraga lengkap peluit menggantung di lehernya. Wanita itu ternyata juga baru di terima di sebuah smk yang letaknya sedikit lebih dekat di banding lulu.
"kamu juga kak.."
~
"huhhh...." helaan nafas lulu ke empat kalinya. Dengan jantung yang sudah disko sejak tadi ia berusaha untuk tak tantrum tiba tiba karna sudah hampir tujuh menit dirinya berada di depan pagar.
"pagi pak..." sapa lulu ramah saat kakinya mulai melangkah melewati gerbang dan melewati dua penjaga disana.
Dua pria itu menunduk membalas sapaan lulu tak kalah ramah. "baru kali ini ada guru yang mau nyapa..." bisik di antara salah satu kedua pria itu.
"baju nya sopan dan cantik juga, semoga aja itu guru baru betah." timpal temannya yang di balas tonjokan kecil di lengannya. "paling modus kamu ki!"
"itu juga hehe." kekeh temannya.
Lulu tersenyum ramah setiap menjumpai murid yang berlintas denganya bahkan tak sedikit murid yang menyapa dirinya. Inilah suasana yang selalu ia idamkan saat menjadi guru.
Sampainya ia di ruang guru, dirinya langsung di sambut baik oleh arji dan beberapa guru lainnya kecuali guru guru wanita yang se umuran arji hanya menatapnya datar.
Sistem sekolah benar benar amat rapi dan bersih juga lengkap, bahkan di dalam ruangan guru terdapat kulkas kecil untuk minuman gratis para guru. Dan yang lebih senang nya lagi bagi lulu adalah ruangan masing masing untuk setiap guru. Kecuali jika ingin berkumpul atau rapat dadakan maka mereka bisa memakai meja panjang yang tengah lulu lewati saat ini.
Arji merangkul lulu dan lagi lagi di pinggangnya membuatnya merinding takut. Padahal pria itu hanya tinggal menunjuk ruangan miliknya yang tak jauh berada berhadapan dengan ruangan milik arji.
Saat sudah masuk ke dalam ruangan milik lulu, tangan arji malah mengusap pelan pinggang ramping tersebut membuat lulu mau tak mau harus melepasnya.
"terimakasih pak...." ucap lulu dengan senyum paksa dan perlahan melepas rangkulan tangan nakal arji di pinggang nya.
Arji tersenyum lebar menampakkan gigi nya, "kalau butuh sesuatu tinggal ke depan saja ya disitu ruangan saya." kata arji yang di balas anggukan oleh lulu. "iya pak." jawabnya berusaha menahan kesalnya karna tatapan lekat arji.
"kalau begitu say-"
Ucapan arji tak selesai karna ia yang berbalik badan menatap seseorang yang barusan membuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu.
Kedua laki laki itu bertatapan sengit seolah ingin memukul satu sama lain, padahal keduanya saja jarang berinteraksi selama menjadi guru dan murid. Dan baru kali ini bertegur saat pertemuan pertama kali dengan lulu.
"ngapain kamu di sini?!" tanya arji tak suka yang terdengar jelas dari nada bicaranya. Tapi pemuda di ambang pintu tak menghiraukan dan memilih berjalan mendekati lulu.
"harusnya saya yang nanya, ngapain bapak di ruangan calon istri! saya?!" tekan rafa pada kata calon istri membuat arji melotot kaget.
"gak usah ngawur kamu! Bocah macam kamu memang nya bisa apa!" gertak arji mengepal keras tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
married my teacher ( LuRah )
Fiksi Remaja"jadi guru, berhemat, menabung dan yang paling penting kehidupan tenang setelah di bantai perkuliahan." setidaknya itulah list sabila lulu sebelum dirinya di pertemukan lima murid wajah polos yang menyimpan sejuta rahasia. ketenangan nya yang terusi...