"Tempat Galen kosong. Duduk disana biar lo lebih leluasa buat ngegoda dia," ucap Aksa lagi. Kini cewek itu menarik lembut tangan Erika menyuruh cewek itu duduk disampingnya menggantikan Anara.Erika tersenyum menang, semuanya berjalan dengan sempurna.
Semua orang benar benar dibuat terkejut dengan ucapan Aksa. Mereka tidak pernah melihat Aksa berkata kasar pada Anara pacarnya dan sekarang.
"Kenapa ini? Ke meja masing masing ujian akan segera dimulai!" seorang guru masuk dengan tatapan mengintimidasi muridnya. Semua langsung berlari kemeja masing masing.
"Anara kenapa masih disana? Duduk di kursi kamu," ucap guru itu lembut pada Anara. Anara hanya berdiri diam membuat guru itu melihat kursi Anara dan betapa terkejutnya ia melihat Erika yang ada disana.
"Erika kenapa kamu disana? Bukannya itu kursi Anara?" tanya guru itu baik.
"Dia yang bakal duduk disini," baru saja Erika ingin menjawab namun terlebih dahulu Aksa.
Guru itu terdiam, ini tidak pernah terjadi sebelumnya, bahkan kursi Anara tidak ada yang berani menyentuhnya dan sekarang.
"Baik lah. Kalo begitu, Anara kamu duduk di kursi samping Galen, hanya itu yang tersisa."
Tanpa menjawab cewek itu mengambil tasnya yang tergeletak mengenaskan dan langsung duduk di samping meja Galen dan ke tiga teman cowok itu.
Guru itu menghela napasnya kasar saat melihat Galen dan temen temennya juga belum masuk. Padahal sekarang ujian lisan.
"Baik lah. Karena ini adalah kelas dua unggul, jadi kalian akan sedikit mengikuti ujian berbeda. Kalian akan diberi waktu tiga jam untuk mempelajari materinya. Satu cewek dan satu cowok, ini bukan ujian individu. Tapi dua orang, dan akan dilihat kekompakan."
"Buk kok dua orang, biasanya gak gini," protes salah satu siswa.
"Iya, kenapa gak kelompok kayak biasa?" salah satu siswi berkulit putih dipojok kelas menyaut.
"Ini sudah peraturannya. Jadi saya akan membaca namanya sekarang," ucap guru itu. Mereka semua mendesah tidak suka, mereka akan lebih senang jika berkelompok seperti biasa.
Kelas dua ini adalah kelas unggulan, hanya anak anak konglomerat yang bisa masuk kelas tersebut. Tidak sedikit dari kelas tersebut memiliki murid pintar, dan hanya orang orang tertentu yang bisa masuk kelas tersebut.
"Putri sama Riski, Aurora sama Zyran, Karina sama Arlan-"
"Buk kok saya sama Zyran sih," protes Aurora. Semuanya menatap kearah cewek itu. Cewek pendiam di kelas, lebih tepatnya cewek itu terlalu malas untuk mengeluarkan suara.
"Gak ada bantahan," ucap guru itu. Aurora memutar bola matanya malas, Zyran akan membuatnya kalah dalam ujian ini. Cowok itu bodoh Aurora tidak suka.
"Anara sama Galen, Erika sama Aksa."
Semua orang menatap Aksa dan Anara. Kedua pasangan itu tidak pernah berpisah namun kali ini. Anara menatap sendu punggung Aksa yang ada di barisan kedua, sedangkan cowok itu terlihat biasa saja wajah tanpa ekspresi.
💩💩💩💩
Jam istirahat pertama membuat semua orang berlari cepat ke kantin, mereka harus mengisi perutnya yang sudah lama berbunyi. Bergulat dengan ujian hari ini membuat mereka kelaparan.
Semuanya berlari, berbeda dengan Anara yang mencari Aksa. Cowok itu sudah keluar kelas membuat Anara menelusuri koridor mencari cowok itu, tatapan terus melihat kearah sekitar hingga tatapannya tidak sengaja melihat Galen. Anara ingin berbicara dengan Galen, namun saat bersamaan ia melihat Aksa dan cewek itu memilih untuk berbicara dengan Aksa terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANARA DAN LUKANYA
JugendliteraturBaca aja lah sebelum terlambat, part akan segera di hapus soalnya! BIASAKAN FOLLOW AKUN AUTHOR UNTUK NOTIFIKASI SELANJUTNYA!!