"Cepat cepat masuk! Waktu tinggal lima puluh detik lagi," seorang guru dengan satu tongkat kayu dan stopwatch di tangannya sedang berada di gerbang sekolah mendisiplinkan murid untuk datang awal kesekolah. Guru itu terus menyuruh anak muridnya untuk masuk cepat karena waktu masuk sekolah hampir habis."Empat puluh detik lagi!" pekik guru itu lagi. Semua murid berlari dengan cepat agar mereka tidak terlambat dan dihukum. Sama halnya dengan Anara, cewek itu berusaha untuk berlari secepatnya walaupun perut sedikit terasa sakit. Cewek itu tidak boleh terlambat saat ujian lisan diadakan hari ini.
"DUA PULUH DETIK LAGI!!" pekik guru itu lagi.
Anara mengukir senyum saat gerbang sudah terlihat, cewek itu semakin mempercepat lari karena waktu terus berjalan.
"OI OWOII STOP DISINI!" waktu sudah habis, guru itu menghadang murid yang terlambat.
Anara membalikkan tubuhnya menatap orang orang yang ditahan. Cewek itu menetralkan deru napasnya yang memburu, ia senang karena ia lolos dari keterlambatan. Ia pikir hari ini ia akan dihukum karena terlambat, tapi syukurlah tidak.
Anara membernarkan tas dan juga seragam sekolah yang sedikit berantakan, juga rambutnya. Setelah merasa selesai tidak lupa untuk menarik napas dalam dan membuangnya kasar, sulit untuk bersekolah hari ini karena ia akan bertemu dengan seseorang.
Anara melangkah berjalan dengan pelan, semua murid masih terlihat berlalu lalang di koridor sana membuat Anara sedikit lega jika ujian belum dilaksanakan.
Anara terus berjalan hingga tepat di koridor ia tidak sengaja mendengar.
"Lo liat gak spanduk di pohon samping lapangan pagi ini?"
"Iya anjir. Gila kira kira siapa ya cewek yang hamil di sekolah kita?"
Deg.
Jantung Anara berdetak cepat, tangannya meremas kuat rok sekolahnya. Keringat mulai keluar dari tubuhnya, juga bibir yang bergetar hebat. Wajah Anara terlihat pucat.
"Dia jalang murahan yang malu maluin sekolah kita, gak kebayang sih kalo Aksa tau siapa orang hamil itu yang udah ngebuat nama baik sekolah kakeknya tercemar."
Anara semakin takut sekarang, cewek itu dengan cepat berlari kelapangan dimana tempat spanduk yang ia dengar tadi. Ia tidak bisa membayangkan jika seluruh murid tau jika dialah orang hamil yang di maksud.
Tepat saat Anara berada di lapangan, ia tidak menemukan spanduk itu. Ia mencari seksama dan tidak juga menemukannya.
"Dimana?" gumam Anara.
"Ngapain? Nyari spanduk kehamilan lo?"
Tubuh Anara membeku ditempat, cewek itu enggan untuk membalikkan tubuhnya dan menatap orang itu. Suara familiar itu membuat ia begitu takut, suara yang dulunya begitu lembut padanya dan sekarang begitu dingin.
"Lo takut semua orang tau kelakuan lo dan Galen?"
Anara memejamkan matanya sesaat hingga perlahan ia membalikkan tubuhnya. Tatapan sendu Anara dan tatapan tajam Aksa beradu.
"Seharusnya lo gak perlu takut semua orang tau kelakuan lo. Lo aja berani lakuin itu sama Galen kenapa sekarang takut semua orang tau? " ucap Aksa menaikkan satu alisnya.
Anara menggeleng, cewek itu melangkah lebih dekat dengan Aksa.
"Kamu bener bener gak percaya sama aku, Sa?"
Aksa tertawa terbahak bahak seakan begitu lucu dengan ucapan Anara barusan.
"Percaya? Kepercayaan gue udah hancur setelah lo khianati gue!" sentak Aksa kembali menatap Anara tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANARA DAN LUKANYA
Teen FictionBaca aja lah sebelum terlambat, part akan segera di hapus soalnya! BIASAKAN FOLLOW AKUN AUTHOR UNTUK NOTIFIKASI SELANJUTNYA!!