Chapter 08: ANARA DAN LUKANYA

4.2K 196 25
                                    

Tolong biasakan untuk menekan bintang dan komen, jangan baca dong. Tolong hargai karya kami yang tak seberapa ini. TERIMAKASIH!!!

HAPPU READINGG🤍🤍🤍

💩💩💩💩

"Ternyata lo disini."

Suara familiar itu tidak mengalihkan Galen sama sekali. Ia tetap dengan posisinya juga dengan kedua mata yang terpejam.

Arlan duduk disamping Galen, menoleh menatap wajah tidak ingin hidup itu. Arlan kemudian merebahkan tubuh sama seperti Galen dan menatap langit yang begitu cerah hari ini.

Langit yang cerah namun tidak dengan hidup Galen.

"Kenapa? Papa lo mukul lo lagi?" tanya Arlan. Galen masih dengan posisinya dan tidak membuka suara sedikitpun.

Sebenarnya Arlan begitu penasaran dengan apa yang terjadi tadi kelas, namun sepertinya belum saatnya ia menanyakan itu. Namun dari raut wajah Galen beberapa hari ini terlihat begitu gelisah, dan Arlan yakin itu adalah ulah papanya sendiri.

"Kayaknya keluarga lo emang gak pernah nganggep lo ada. Dari kecil lo selalu hidup sendiri, bahkan kedua saudara lo gak pernah ada di samping lo saat om Atlas nyiksa lo. Bahkan mereka senang liat lo tiap hari babak belur," ucap Arlan membuka topik.

"Gue terus mikir, kenapa ada orang tua yang begitu jahat pada anaknya. Apa terlahir bodoh itu satu kesalahan fatal, semua orang punya kepintaran yang berbeda-beda."

Arlan sungguh tidak habis pikir dengan jalan pikir Atlas papa Galen. Pria itu terus menuntut Galen untuk bisa mencapai kepintaran seperti Aksa dan Citra yang terus mendapat peringkat satu disekolah bahkan memenangkan semua mendali emas.

"Gue liat lo gak bodoh bodoh amat, bahkan lo selalu dapat peringkat ke tiga di kelas."

Arlan kini menoleh menatap wajah Galen, cowok itu masih setia menutup kedua matanya.

"Ga, lo boleh kok ke kerumah gue terus, orang tua gue juga senang saat lo ter-"

"Hamil."

Arlan menghentikan ucapannya saat satu kata itu keluar dari mulut sahabatnya. Arlan terkekeh kemudian kembali menatap burung burung yang berterbangan bebas di udara.

"Hamil apaan anjir, orang Bunda gue udah gak bisa punya anak," ucap Arlan menggeleng kepalanya.

"Gue hamilin anak orang, dan gue gak bisa bertanggung jawab," ujar Galen. Kedua matanya yang tadinya terpejam kini terbuka sempurna, menatap Arlan yang terdiam mencerna apa yang dirinya ucapkan.

"L-lo hamilin cewek? Gak usah bercanda deh, gue tau lo suka main cewek tapi lo gak bakal seberani itu buat ngehamilin," ucap Arlan tertawa di akhir kalimatnya.

Seorang Galen menghamili perempuan itu tidak mungkin, cowok itu tidak akan berani atau ia akan mati ditangan papanya. Begitu lah yang Arlan pikirkan.

"Malam itu, gue mabuk berat dan gak sengaja ngelakuin hal bodoh."

Arlan yang tadinya terkekeh pelan kini menatap Galen serius, cowok itu berdiri dari duduknya dan bersandar di pembatas rooftop.

ANARA DAN LUKANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang