BRUK..
Galen menutup kasar pintu gudang setelah berhasil mendorong tubuh Anara menabrak dinding sana. Anara meringis pelan saat punggungnya terasa sakit.
Galen mendekat kearah Anara, menatap cewek itu tajam.
"Berani banget lo kerumah gue, lo pikir lo siapa?" ucap Galen.
"Lo harus tanggung jawab, gue terus hubungi lo dan lo gak mau respons," ucap Anara. Cewek itu sudah pernah menemui Galen untuk membicarakan tentang kehamilannya, namun cowok itu tidak perduli.
"Udah gue bilang malam itu kesalahan," ucap Galen.
"Kesalahan lo!" sentak Anara mendorong tubuh Galen menjauh darinya. Hanya mereka berdua yang ada di gudang sekarang.
"Lo yang paksa gue lakuin itu, dalam keadaan mabuk lo terus paksa gue!" sentak Anara marah. Kejadian itu kembali berputar dibenaknya.
"Lo tau itu gue, tapi lo tetap lakuin!"
"Gue gak tau itu lo! Gue mabuk!" sentak Galen.
"LO TAU GALEN! BAHKAN LO NYEBUT NAMA GUE!"
Galen terdiam, apa itu benar? Jujur ia tidak mengingat betul kejadian malam itu.
"Gue kerumah lo karena lo juga harus bertanggung jawab atas apa yang lo lakuin malam itu. Gue gak bakal bisa ngerawat bayi ini nantinya," ucap Anara.
Galen memutar bola matanya malas, tangannya ia masukkan dalam saku celananya.
"Sekarang lo mau apa?"
"Nikahin gue."
Ucapan spontan Anara itu menimbulkan gelak tawa dari Galen, tawa itu memenuhi ruang gudang hingga tidak lama tangan Galen mencekram kuat dagu Anara.
"Lo pikir itu bakal terjadi, jangan mimpi. Gue gak bakal nikahin lo!" cowok itu menghempas kuat wajah Anara.
Napas Anara memburu, dadanya naik turun menahan amarah.
"Gini aja," cowok itu mengeluarkan satu kertas dan menyondorkan pada Anara. Anara menatap geli kertas itu, cowok itu pikir ia bisa membeli semua di dunia ini dengan uang.
"Tulis berapapun yang lo mau, dan pergi sejauh jauhnya sama anak lo itu. Jangan coba coba lo masuk dalam keluarga gue," ucap Galen. Anara mengambil kertas itu mengulas senyum Galen, senyum itu tidak bertahan lama hingga akhirnya cowok itu menggepalkan tangannya kuat.
Anara merobek kertas cek uang itu dan membuang kasar.
"Gue gak butuh uang lo! Lo gak bakal bisa bungkam mulut gue dengan uang ini!" sentak Anara membuat Galen marah.
"Tunggu gue beberapa hari lagi, gue pastiin lo bakal nikahin gue!" setelah mengatakan itu Anara langsung keluar dari gudang meninggalkan Galen yang penuh emosi.
Anara tidak akan terpengaruh dengan uang itu. Setelah Galen menghancurkan hidupnya ia tidak akan diam saja, ia pastikan Galen bertanggung jawab atas segalanya.
"ARRRRGHH SIALAN! LO BAKAL MATI KALO MASUK DALAM KELUARGA GUE ANJING!" teriak Galen marah. Dada cowok itu naik turun menahan emosi, tangannya tergepal hebat.
💩💩💩💩
Suasana kelas sudah sangat riuh karena guru yang belum masuk padahal bel sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Semua murid sedang asik dengan kegiatannya masing masing, sama halnya dengan Anara yang duduk di kursinya dengan pandangan kosong kedepan.
Kejadian beberapa jam yang lalu bersama Galen di gudang sekolah membuat ia marah. Bagaimana cowok itu bisa berpikir seperti itu. Anara tidak ingin uang Galen, dirinya hanya ingin cowok itu bertanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANARA DAN LUKANYA
Teen FictionBaca aja lah sebelum terlambat, part akan segera di hapus soalnya! BIASAKAN FOLLOW AKUN AUTHOR UNTUK NOTIFIKASI SELANJUTNYA!!