Kedatangan murid baru

5 2 5
                                    

Pertemuan yang gak disangka-sangka kadang bisa bikin kita masuk ke cerita baru yang sama sekali gak pernah ada di bayangan.

HAPPY READING ♡♡♡

“Assalamualaikum,” ucap Karan saat tiba di depan rumah Shafa. Pintu terbuka, dan Amira, ibunya Shafa, menyambutnya dengan hangat.

“Walaikum salam, eh Karan!” sapa Amira.

Karan menyalami tangan Amira seperti biasa. Amira mempersilakan Karan masuk dan duduk di sofa. Setiap pagi, Karan selalu menjemput Shafa, dan Amira sudah terbiasa dengan rutinitas ini.

Setelah beberapa menit menunggu, Shafa akhirnya muncul dari kamarnya.

“Eh Karan, maaf ya lo jadi nunggu lama,” ucap Shafa sambil menghampiri Karan.

“Gak kok, gue baru aja sampai,” jawab Karan sambil berdiri dari sofa.

“ shafa,karan,nggak mau sarapan dulu?” tanya Amira. Shafa menggeleng.

“Kami sarapan di kantin aja ya Ma, soalnya Shafa piket hari ini,” jawab Shafa dengan halus.

“Bentar, Mama siapin bekal aja ya, dua menit,” ucap Amira, lalu bergegas ke dapur untuk menyiapkan bekal.

Tak lama kemudian, Amira kembali dengan dua kotak bekal di tangannya.

“Ini buat kamu, ini buat Karan,” kata Amira sambil memberikan kotak bekal kepada Shafa dan Karan.

“Eh Tante, repot-repot. Karan udah sarapan tadi,” ujar Karan merasa tidak enak.

“Sarapan apa?” tanya Amira.

“Tadi sarapan roti, Tan.”

“Ya sudah, ini buat tambah-tambah biar kenyang. Roti mah sedikit gak bikin kenyang,” jawab Amira membuat Karan tersenyum.

“Iya deh, Tan. Makasih ya bekalnya.”

Mereka pun memasukkan bekal ke dalam tas masing-masing dan berpamitan dengan Amira sebelum bergegas pergi ke sekolah.

Sesampainya di kelas, Shafa segera menaruh tasnya di kursi lalu mengambil sapu untuk melakukan piket kelas, sementara Karan mengeluarkan bekalnya dari tasnya.

“Widih, enak banget nih masakan Tante Mira. Bau-nya bikin perut gue langsung bunyi,” puji Karan sambil menatap bekal nasi goreng yang dibuatkan Amira.

Di kelas hanya ada mereka berdua karena mereka datang lebih awal. Setelah selesai menyapu kelas, Shafa kembali ke tempat duduknya. Melihat Karan makan, Shafa juga merasa lapar dan mengeluarkan bekalnya.

“Enak banget masakan Mama lo, Sha,” puji Karan.

“Yah, masakan Mama gue kan paling the best,” jawab Shafa bangga.

Beberapa menit kemudian, murid-murid mulai berdatangan hingga kelas penuh. Bel berbunyi, menandakan waktu pelajaran akan segera dimulai. Seorang guru matematika memasuki kelas dengan seorang murid laki-laki.

Shafa terkejut melihat laki-laki yang tak asing itu dan segera menepuk-nepuk Karan yang sedang mengerjakan PR-nya.

“Karan, Karan!” panggil Shafa. Namun, Karan tetap fokus mengerjakan PR.

“Karan, lihat!” Shafa terus menepuk-nepuk tangan Karan hingga Karan merasa kesal.

“Ck, sabar Sha. Gue lagi ngerjain PR,” jawab Karan kesal.

“Lihat tuh,” kata Shafa sambil memegang kepala Karan dan mengarahkan agar Karan melihat ke depan.

“Perhatian, anak-anak. Kita kedatangan murid baru,” ucap ibu guru. Semua murid di kelas memusatkan perhatian ke depan.

“Silakan memperkenalkan diri,” kata ibu guru pada murid baru tersebut. Laki-laki itu mengangguk dan tersenyum.

“Hi, kenalin nama gue Rendy Zavian Ghifari. Kalian bisa panggil gue Ren,” ucap Ren memperkenalkan diri.

“Demi apa? Lo liat kan, Karan? Fiks dia pasti jodoh gue!” ucap Shafa sambil tersenyum semangat.

“Belajar yang bener,” tegur Karan sambil menyentil lengan Shafa, membuat Shafa meringis kesakitan.

Setelah Ren memperkenalkan diri, ibu guru meminta Ren duduk di bangku kosong dan memulai pelajaran pertama.

☆☆☆

Pelajaran selesai, waktunya istirahat. Murid-murid mulai berhamburan menuju kantin, sedangkan Shafa merasa malas pergi ke tempat yang padat tersebut. Karan dengan baik hati pergi ke kantin bersama temannya, Faza dan Liam, untuk membelikan makanan dan minuman untuk Shafa.

Ketika tinggal beberapa siswa di kelas, Shafa mendekati Ren yang sedang bermain handphone.

“Hi Ren,” sapa Shafa dengan senyum, membuat Ren menaikkan satu alisnya.

Oh ya, ini gadis yang waktu itu gue tabrak. pikir Ren.

“Hai, Shafa ya?” tanya Ren.

“Iya, gue Shafa yang waktu itu kita ga sengaja tabrakan,” jawab Shafa.

“Gue nggak nyangka kita bakal ketemu lagi,” kata Ren sambil terkekeh.

“Gue juga. Gak nyangka bisa ketemu lo lagi,” timpal Shafa. Ren memandangi Shafa, yang tampak sangat bersemangat dan lucu menurutnya.

“Duduk dulu, jangan berdiri terus. Pegel,” kata Ren. Shafa mengangguk dan duduk di samping Ren.

“Lo murid pindahan dari sekolah mana, Ren?” tanya Shafa.

“Dari sekolah Adgarma,” jawab Ren.

“Oh, sekolah itu. Kenapa pindah kesini?” tanya Shafa.

“Karena rumah gue pindah dekat sini, jadi nyokap gue nyuruh gue pindah sekolah ke sini,” jawab Ren sambil tersenyum.

Tak lama kemudian, Karan datang bersama Faza dan Liam, membawa makanan dan minuman. Mereka duduk di meja Shafa dan Karan, mengambil beberapa bangku untuk ditempatkan di meja yang sama agar bisa makan bersama.

“Sha, lo ngapain di situ?” tanya Karan sambil mendekati Shafa dan Ren.

“Hai bro, kita ketemu lagi,” ucap Ren sambil mengulurkan tangan untuk dijabat, dan Karan menjabat tangan Ren seperti biasa.

“Wah, parah lo Sha. Anak baru mau lo pepet ya?” kata Faza, membuat Shafa mendelikkan matanya.

“Enak aja, gue cuma ngobrol sedikit,” jawab Shafa kesal.

“Salam kenal, gue Faza. Ini Liam,” ucap Faza memperkenalkan diri. Faza dan Ren berjabat tangan, begitu juga Liam.

“Salam kenal, gue Ren.”

“Makan dulu, Sha. Keburu bel masuk nanti,” ucap Karan, membuat Shafa langsung berdiri.

“Eh iya, ayo makan. Gue balik ke meja gue dulu ya, Ren,” pamit Shafa.

Shafa, Karan, Faza, dan Liam mulai makan bersama sambil bercanda. Dari kejauhan, Ren mengamati Shafa dan merasakan sesuatu yang menggejolak dalam dirinya.

Shafa, gue bakal dapetin lo, pikir Ren dalam hati.

Terimakasih sudah membaca :>

mohon maaf jika banyak kekurangan karna saya manusia dan manusia tidak ada yang sempurna,boleh di berikan pendapat atas kekurangan yang ada di cerita ini.

See you readers

27 juli 2024

SINCEIRITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang