"Selamat pagi, semua!" sapa Shafa ceria, wajahnya tak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang sedang ia rasakan.
"Bahagia banget muka lo, ada apa nih?" tanya Bila penasaran, memicingkan matanya ke arah Shafa seolah mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
Shafa melirik kursi Ren di sudut kelas, namun kosong.
"Ren belum datang ya?" tanya Shafa sambil menoleh ke arah Oliv dan Bila.
"Udah, itu tasnya. Tapi nggak tahu tuh orang ke mana," jawab Oliv santai, membuat Shafa mengangguk kecil.
Shafa tersenyum penuh rahasia dan mendekatkan dirinya ke arah dua sahabatnya. "Sini deh, gue ada cerita seru," ucap Shafa berbisik, membuat kedua temannya langsung penasaran dan merapat ke arahnya.
"Apaan sih? Spill dong!" tanya Bila dengan mata berbinar, sudah tak sabar ingin tahu apa yang membuat sahabatnya tampak sangat bahagia pagi ini.
"Gue seneng banget! Semalem gue habis date sama Ren, aaaa!" Shafa tidak bisa menahan rasa bahagianya, suaranya memecah ruangan kecil di sekitar mereka.
"Hah, serius? Ren ngajak lo kencan? Gercep banget!" Bila menatap Shafa tak percaya, mulutnya sedikit terbuka.
"Ada yang mau melepas status jomblonya nih," goda Oliv sambil menyikut lengan Shafa, membuat gadis itu tertawa kecil dengan wajah sedikit memerah.
Di tengah kehebohan kecil itu, Liam dan Faza yang duduk tidak jauh dari mereka mulai penasaran. Mereka melirik satu sama lain sebelum memutuskan untuk bergabung dengan percakapan seru itu.
"Ada apa nih? Kenapa pada heboh banget?" tanya Faza sambil menyandarkan tubuhnya di meja Shafa, ikut penasaran.
"Kepo lo! Ini urusan perempuan!" Oliv menjawab cepat, seolah tak ingin berbagi rahasia mereka dengan cowok-cowok itu.
Shafa menunduk sambil tersipu, pipinya semakin merah ketika mengingat momen manis semalam. "Gue seneng banget. Semalem, Ren manis banget, dia perhatian banget ke gue. Gue nggak bisa berhenti senyum sendiri. Duh, kenapa nih gue?" keluh Shafa sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Shafa memang belum pernah merasakan apa itu cinta sejati. Pacaran saja belum pernah, dan mungkin kali ini adalah pengalaman pertamanya. Perasaan yang dia rasakan begitu baru dan asing, namun begitu indah.
"Heleh, baru gitu aja udah girang. Itu mah manis di awal doang. Jangan gampang percaya, Sha," ucap Karan tiba-tiba, suaranya terdengar datar tapi tajam, membuat Shafa kesal.
"Ih, Karan, lo tuh selalu gitu deh! Nggak bisa seneng sedikit buat gue?" balas Shafa cemberut, melipat tangan di dadanya.
"Apa sih, gue cuma ngasih tau lo aja," Karan mengangkat bahu, kemudian menidurkan kepalanya di atas meja, tampak tak peduli dengan suasana hati Shafa.
Tiba-tiba, Tiwi, salah satu teman sekelas mereka, datang tergesa-gesa. "Sha!" panggilnya, wajahnya tampak penuh semangat.
"Kenapa, Ti? Lo kayak terburu-buru gitu," tanya Bila heran.
"Sha, lo disuruh ke lapangan sama Ren. Gue ke sini buat nyampein pesen dia," jawab Tiwi, membuat Shafa dan teman-temannya saling bertukar pandang dengan bingung. Bahkan Karan yang tadinya malas-malasan langsung duduk tegak.
"Ayo, Sha! Kita ke sana sekarang!" ajak Oliv antusias.
Mereka semua bergegas meninggalkan kelas menuju lapangan. Saat tiba di sana, mereka melihat ada kerumunan murid yang berkumpul membentuk lingkaran besar. Suasana semakin membuat mereka bertanya-tanya.
Mereka mencoba menerobos kerumunan itu, dan di tengah lingkaran tersebut, berdiri Ren dengan senyum lebar. Di tangannya, sebuket bunga merah muda yang indah terlihat kontras dengan seragam sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINCEIRITY
De Todo"Aku mau kamu jauhin Karan!" titah Ren dengan nada sedikit bentakan. "Tapi Ren, Karan sahabat aku " ucap Shafa, berharap Ren kekasihnya, akan mengerti. "Pilihan kamu, aku atau dia " Ren memberikan pilihan yang membuat Shafa bimbang. Di satu sisi, ia...