Ketemu kamu pertama kali tuh kayak nemu WiFi gratis pas kuota habis, senangnya gak karuan.
Hargai Semua dan biarkan waktu menyelesaikan cerita.
HAPPY READING♡♡♡Dengan penuh semangat, Shafa selalu antusias melakukan jogging bersama sahabat baiknya, Karan.
Setiap Minggu pagi, Karan tak pernah lupa mengajak Shafa untuk jogging, dengan alasan "Biar tubuh kita selalu sehat dan bugar, Sha," katanya sambil tersenyum lebar.Meskipun cuaca terkadang tidak selalu cerah, semangat mereka tak pernah surut. Jogging bersama bukan hanya soal kebugaran, tetapi juga menjadi momen kebersamaan yang selalu dinanti-nantikan setiap akhir pekan.
Setelah berjogging selama 10 menit, akhirnya Shafa dan Karan memutuskan untuk beristirahat di sebuah bangku taman. Sambil menikmati semilir angin pagi, mereka duduk tenang dan meminum air mineral yang masing-masing mereka bawa.
Taman yang hijau dan udara segar membuat momen istirahat mereka terasa begitu menyenangkan dan menenangkan.
"Fyuhh, capek!" keluh Shafa sembari mengibas-ngibaskan tangannya pada wajah.
"Baru segitu aja udah capek?" Karan menoyor kening Shafa, membuat kepalanya sedikit terdorong ke belakang.
"Ih, sakit, Karan!" Shafa kesal sambil menyentuh keningnya. Melihat itu, Karan tertawa.
"Jir, minuman lo udah habis? Sekali teguk?" tanya Shafa kaget.
"Jangan kaget gitu kali, gue emang haus banget, makanya langsung habis," jawab Karan dengan santai, sembari menaruh botol kosongnya di sebelahnya.
"Lihat nih," ucap Karan sambil memegang botol aqua itu, seolah-olah akan melemparkannya. Shafa memperhatikan arah yang dituju Karan, yaitu tempat sampah yang berada di depan mereka.
Oh ayolah, apalagi yang ingin anak ini lakukan, pikir Shafa sambil memutar bola matanya dengan malas.
Karan melemparkan botol tersebut hingga melayang, tetapi sayangnya tidak sampai ke sasaran.
"Ck, nggak nyampe," keluh Karan kesal.
"Karan! Buang botol aqua itu yang bener!" dengus Shafa sambil beranjak untuk mengambil botol yang tadi Karan lempar, bermaksud menunjukkan cara membuang sampah dengan benar.
Pluk, botol itu pun masuk ke tempat sampah. Karan memperhatikan gerakan Shafa dengan cermat.
"Nih, gini," ujar Shafa sambil menunjuk tempat sampah dengan kedua tangannya.
Karan tertawa melihat wajah kesal Shafa. Shafa, yang merasa diejek, berjalan dengan kesal, menghentakkan kakinya menuju Karan, namun tiba-tiba...
Brukk!
"Aww!" pekik Shafa terjatuh, karena ditabrak oleh seseorang yang kini berdiri di hadapannya dan mengulurkan tangan.
"Hei, maaf, gue nggak sengaja," ucap laki-laki itu sambil tersenyum. Shafa yang sudah kesal, mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa yang menabraknya.
"Jalan tuh pake ma-" ucapan Shafa terhenti saat ia mendongak dan melihat wajah laki-laki itu. Seketika, hatinya berdebar-debar. Sementara itu, Karan yang melihat Shafa terjatuh segera beranjak menghampirinya.
"Hei, ayo bangun," kata laki-laki itu, membuyarkan lamunan Shafa.
"Ah, iya," Shafa menerima uluran tangan tersebut, lalu berdiri dan menepuk-nepuk celana yang kotor.
"Maaf banget ya, tadi gue lagi nelpon, nggak sadar sampe gue nabrak lo," ucap laki-laki itu dengan wajah menyesal.
"Sha, lo kenapa?" tanya Karan yang baru saja datang dengan wajah khawatir.
"Gue nggak apa-apa," jawab Shafa sambil menatap sekilas ke arah Karan, lalu beralih menatap laki-laki di depannya.
"Oh iya, nggak apa-apa kok. Btw, nama lo siapa?" tanya Shafa sambil tersenyum.
"Gue Rendy, salam kenal," jawab laki-laki bernama Rendy itu, sembari mengulurkan tangannya. Shafa melihat tangan yang diulurkan Rendy dan dengan senang hati menjabat tangannya.
"Gue Shafa," ucapnya memperkenalkan diri. Rendy kemudian beralih menatap laki-laki di sebelahnya.
"Lo pacarnya ya?" tanya Rendy pada Karan, yang mendadak kebingungan dengan pertanyaan itu.
" hah? Owh nggak gue Karan sahabatnya Shafa " ucap karan memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangannya,rendy pun menerima jabatan tangan karan.
" Rendy " ucap rendy kembali memperkenalkan diri.
" yaudah gue permisi dulu ya karan,shafa " pamit rendy di angguki keduanya.
Setelah Rendy pergi, Shafa dan Karan memutuskan untuk menyudahi jogging mereka dan pulang ke rumah.
Dalam perjalanan pulang, mereka berjalan santai sambil mengobrol ringan.
"Karan, cowok tadi kayaknya gue suka deh sama dia," ungkap Shafa tiba-tiba, membuat Karan terheran.
"Yang bener aja? Baru juga sekali ketemu," ucap Karan sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Ish, Karan! Iya sih baru pertama ketemu, tapi tadi pas gue deket dia, gue ngerasa ada yang aneh di diri gue," ucap Shafa sambil berjalan mundur di depan Karan, kedua tangannya memegang dadanya, seolah sedang merasakan debaran jantungnya.
Karan hanya bisa menggeleng pelan, merasa bingung dengan perubahan perasaan sahabatnya yang begitu cepat. Sementara itu, Shafa tersenyum kecil, membayangkan pertemuan singkatnya dengan Rendy yang entah mengapa terasa begitu spesial.
"Heh, jalan yang bener! Nanti jatoh!" titah Karan, membuat Shafa kembali berjalan dengan benar di sampingnya.
"Ish, pokoknya gue suka sama dia, Karan!" ucap Shafa dengan tegas, tidak bisa diganggu gugat.
"Karena dia ganteng?" tanya Karan, membuat Shafa menggeleng.
"Enggak gitu. Dia emang ganteng, tapi masih gantengan lo," jawab Shafa, membuat Karan mendelik.
"Ah,Gue nggak bakal terbang cuma karena kata-kata lo. Gue anti gombal," ucap Karan dengan nada serius.
"Siapa yang gombal? Gue cuma ngomong kenyataan," balas Shafa dengan percaya diri.
"Terserah lo deh," putus Karan, menyerah berdebat dengan Shafa yang memang susah dikalahkan dalam berdebat.
Setelah percakapan itu, mereka tidak lagi berbicara.Sampai akhirnya, mereka sampai di persimpangan jalan yang memisahkan mereka, karena rumah mereka tidak searah.
Shafa melambaikan tangan dan tersenyum, sementara Karan membalas dengan senyum kecil, sebelum mereka masing-masing berpisah dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
•••
Terimakasih sudah membaca :>
mohon maaf jika banyak kekurangan karna saya manusia dan manusia tidak ada yang sempurna,boleh di berikan pendapat atas kekurangan yang ada di cerita ini.
See you readers
26 juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
SINCEIRITY
Acak"Aku mau kamu jauhin Karan!" titah Ren dengan nada sedikit bentakan. "Tapi Ren, Karan sahabat aku " ucap Shafa, berharap Ren kekasihnya, akan mengerti. "Pilihan kamu, aku atau dia " Ren memberikan pilihan yang membuat Shafa bimbang. Di satu sisi, ia...