Sebuah motor terparkir di depan rumah Shafa. Karan yang berada di luar rumah Shafa terheran-heran. Ia tidak dapat melihat wajah laki-laki yang mengendarai motor itu karena laki-laki tersebut memakai helm yang hanya memperlihatkan matanya.Saat laki-laki itu mematikan motornya lalu membuka helmnya, barulah Karan tahu siapa laki-laki itu.
"Hai, bro!" sapa Ren pada Karan yang tengah duduk di kursi teras.
"Gue kira siapa. Hai!" mereka berjabat tangan dengan akrab.
Shafa pun keluar sambil menjepitkan jepitan di poni-nya agar tidak menghalangi penglihatannya. Seketika, Shafa berhenti ketika melihat hal yang tidak biasa di depannya. Biasanya setiap pagi Karan yang akan menjemput Shafa, kini ada Ren yang sudah berada di sini juga.
"Ren!!" pekik Shafa sambil langsung memeluk Ren yang berdiri di sana. Karan sedikit termundur karena Shafa yang terburu-buru memeluk Ren.
"Kamu kenapa kesini, Ren?" tanya Shafa sambil melepaskan pelukannya.
"Emang kenapa? Kalo aku mau jemput pacar aku, nggak boleh?" tanya Ren dengan menaikkan satu alisnya, senyumnya tampak nakal.
"Boleh kok!" balas Shafa, namun Karan yang berada di samping kanan Shafa hanya terdiam. Kini ia merasa diabaikan. 'Nyamuk banget gue!!' kesal Karan dalam batinnya.
"Berangkat bareng aku ya mulai sekarang?" tanya Ren pada Shafa, membuat Shafa mengangguk sambil tersenyum. Namun, beberapa detik kemudian, ia baru menyadari ternyata di sini juga tidak hanya ia dan Ren, tetapi ada Karan juga. Shafa pun menoleh ke samping kanannya.
"Karan!! Ih, maafin gue, gue nggak ngeh ada lo juga. Saking semangatnya gue dijemput Ren," ucap Shafa beralih mendekati Karan. Karan tersenyum simpul lalu mengangguk.
"Karan, kayaknya gue bakal berangkat bareng Ren aja. Gapapa ya, Ran?" tanya Shafa memastikan, menatap Karan dengan penuh harap.
"O-oh, gapapa kok. Santai aja. Kalo gitu, gue cabut duluan ya," pamit Karan mendekati motornya.
"Ren, jagain Shafa ya. Hati-hati jangan ngebut," pinta Karan, dan Ren mengangguk dengan serius.
"Dadah, Karan!! Hati-hati ya!!" Shafa melambaikan tangannya setelah melihat Karan mulai menjauh dari sana. Ren yang melihat itu merasa sedikit tidak suka.
'Cih,' ucap Ren dalam hati.
Shafa beralih menatap Ren, dan Ren memakaikan helm untuk Shafa.
"Ortu lo mana?" tanya Ren, memperhatikan Shafa.
"Mama sama papa lagi ke luar kota," ucap Shafa. Ren mengangguk-angguk, seolah mencerna informasi itu.
Mereka pun mulai berangkat ke sekolah, suasana di dalam motor terasa hangat. Shafa merasa senang bisa berangkat bersama Ren, sementara di dalam hati Karan merasa ada sesuatu yang mengganjal. Rasa cemburu itu muncul tiba-tiba, dan ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.
☆☆☆
"Selamat pagi, anak-anak," sapa Bu Agil, guru Bahasa Indonesia mereka, dengan senyum ramah.
"Selamat pagi, Bu!!" jawab murid-murid serentak.
Bu Agil mulai mengabsen satu per satu murid-murid, dan setelah itu, ia mulai menjelaskan materi pelajaran. Beberapa lama setelah Bu Agil menjelaskan mata pelajaran Bahasa Indonesia, di akhir ia memberikan tugas kelompok kepada murid-murid.
"Ibu sebutin ya nama-nama kelompoknya," kata Bu Agil.
Kelompok 1:
Dewi
Bima
Faza
Olivia
Kelompok 2:
KAMU SEDANG MEMBACA
SINCEIRITY
De Todo"Aku mau kamu jauhin Karan!" titah Ren dengan nada sedikit bentakan. "Tapi Ren, Karan sahabat aku " ucap Shafa, berharap Ren kekasihnya, akan mengerti. "Pilihan kamu, aku atau dia " Ren memberikan pilihan yang membuat Shafa bimbang. Di satu sisi, ia...