Tujuh

10.8K 45 0
                                    

Semalam, Kiara tidak tau kemana perginya Syifa. Karena kepalang ngantuk dia hanya berpikir mungkin Syifa sedang ke kamar mandi.

Tapi, melihat Syifa yang nampak berubah pagi ini membuat Kiara sedikit khawatir. Apalagi melihat wajah Syifa yang nampak pucat dan kantung mata yang terlihat jelas.

Bisa Kiara tebak temannya ini sepertinya menangis semalaman. Tapi, kenapa?? Apa yang membuat temannya ini menangis semalaman?

“Syif....” panggilnya pelan dengan senyuman. “Kamu udah siapin bahan makanan buat makan belom?” tanyanya mencoba mencari topik.

Karena sejak tadi Syifa hanya diam dan banyak melamun.

Syifa mengerjap pelan, lalu dia menoleh dengan senyuman tipis. “Udah kok, kita tinggal masak aja.” Jawabnya mulai meraih panci untuk memasak.

Kiara menatap kepergian Syifa, temannya terlihat sangat ringkih, cara berjalannya pun berbeda. Apa semalam Syifa terjatuh?

Tidak mau berpikir keras, Kia akhirnya menyusul Syifa untuk membantu. Walaupun dia sendiri sedikit kesulitan berjalan karena di gempur habis-habisan oleh Doni, Kiara harus bersikap biasa saja supaya temannya tidak curiga.

Waktu terus berjalan, makanan matang dan semua sudah sarapan. Kini semuanya bersiap-siap pulang setelah menghirup udara pagi yang sejuk.

“Bisa beresinnya?”

Kiara tersentak, dia melotot pada sangat kekasih yang menampilkan cengirnya tanpa rasa bersalah. “Jangan gitu ah, makin cantik akunya jadi sange.”

“Idhannn!”

Tawa Doni menguar, apalagi melihat wajah Kiara yang sudah seperti kepiting rebus. “Apa, Sayang?”

Kiara mendengus dan mencabik saja, tidak peduli dengan sang kekasih yang memang cukup jail. Kemarin memang dia yang suka memancing, tapi hari ini jika dia harus memancing kekasihnya lagi sudah di pastikan dia akan benar-benar tepar.

“Diem deh, aku tuh lagi beresin ini loh!”

Doni menghentikan tawa dan mengulas senyum, dia cubit gemas pipi kekasihnya dan mulai membantu. “Aku aja yang beresin, kamu duduk aja. Aku tau pasti sakit, kan?” tanya Doni menggoda.

Kiara langsung melotot lucu membuat Doni tidak tahan untuk mencium pipinya lagi. Untung saja disekitarnya tidak ada orang, jadi tidak akan ada yang melihat kemesraan tidak tahu tempat itu.

“Idhan.... Nanti kalo ada yang liat gimana ih!?” kesalnya dengan merengek lucu.

Doni tertawa kecil seraya mengusap pipi kekasihnya lembut. “Iya-iya, maafin aku yaa. Sekarang kamu duduk aja, aku bantu, oke??” katanya lembut.

“Emang gak papa? Kamu gak cape? Padahal baru beresin punya kamu sendiri.”

“Mana ada aku cape, kalo buat kamu selalu kuat.” Godanya membuat Kiara tertawa. Dia cubit kedua pipi kekasihnya karena gemas.

“Lutchunya pacar akuuu!” serunya dengan suara imut membuat Doni mengulas senyum tipis. Senang sekali melihat tingkah menggemaskan kekasihnya ini.

“Padahal kamu yang jauh lebih lucu.”

Kiara menyengir malu dan duduk di kursi. “Aku beresin yang lain ya kalo gitu, biar selesainya cepet.” Katanya mengambil barang untuk di masukan tas.

Doni mengangguk saja. “Yang berat nanti aku aja yang bawa.” Katanya.

“Ih gak usah, aku kan gak bawa banyak-banyak juga. Tenda juga bukan aku yang bawa kan. Ini gak berat.”

“Tapi aku gak mau kamu kecapean.”

“Turun gak secape naik, Idhannn.”

Pemuda itu hanya menggeleng saja, dia acak rambut kekasihnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Berdebat dengan Kiara memang tidak ada habisnya.

DOKIA (DONI DAN KIARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang