Sebelas

7.2K 38 0
                                    

“Ah, kenapa gak bilang coba kalo udah habis KB nya??”
Sembari meringis, Doni menggerutu. Dia meremas rambut Kiara pelan saat kekasihnya bermain-main di bawah sana.

“Aku baru inget kemaren abisnya.” Jawabnya sembari memainkan sesuatu di tangannya sesekali menjilat manja. “Ih, Idhan capee!” lanjutnya kesal karena tidak selesai-selesai dari tadi.

Doni menggerutu pelan. “Udah tau akunya keluar lama, tapi kamu gak mau kita masuk.” Sengutnya. “Sakit ini asal kamu tau kalo gak keluar. Kenapa sampe kelupaan sih, Ki? Biasanya juga langsung konsultasi ke rumah sakit kan buat perpanjang? Akh! Pusing banget gue!” lanjutnya berseru kesal.

Kiara terdiam, memang sedang panas-panasnya tadi dia menghentikan permainan keduanya karena teringat KB yang dia jalani sudah habis masanya. Dan berakhir tangan dan mulutnya yang bekerja akibat penolakan dia untuk bermain inti.

Sebenarnya bukan hanya karena KB yang dia jalani sudah habis masanya yang menjadi kan alasan kenapa dia tidak mau. Tapi, dia juga masih meyakinkan diri karena pengaruh kata-kata menyakitkan Ean. Dia sedang memastikan, apakah Doni memang tulus kepadanya? Walaupun sebenarnya Kiara yakin, selama ini Doni memang begitu tulus mengikuti apapun yang dia mau, yang dia perintah. Tidak menyakitinya juga.

Tapi, semua itu ada imbalannya, kan? Tubuhnya di jamah berkali-kali. Hubungan mereka sangat melampaui batas orang pacaran, bahkan cukup liar. 

Beberapa malam terakhir Kiara masih suka kepikiran hal buruk. Sampai dia kepikiran bagaimana jika video syur yang dia lakukan bersama Doni di sebar ketika cowok itu marah atas penolakannya? Kiara takut memikirkan itu. Karena sesempurna apapun seorang Doni, Kiara tau Doni juga manusia biasa. Yang bisa aja mengancam dirinya karena sudah tidak mau lagi di sentuh.

Dan berusan, Kiara baru melihat Doni yang kesal dan menurutnya cukup kasar kalimatnya. Jujur saja, perasaannya cukup terluka. Dari kalimat barusan, seakan dia hanya seorang pemuas disini. Tapi buru-buru Kiara menggeleng, mungkin pikirannya aja yang buruk karena terlalu overthinking. Karena wajar Doni menggerutu, dia sendiri kalau tidak di keluarkan merasa tidak lega.

“Ki? Sayang?”

Kiara langsung tersadar saat merasakan usapan lembut di pipinya. Dia mendongak, menatap Doni yang menatap dirinya dengan bingung dan cemas. Wajah sangenya tadi sudah berubah, bahkan saat dia menunduk milik Doni sudah tidak setegang tadi.

“Idhan, ini....”

“Biarin,” jawabnya. “Kamu kenapa?” tanyanya bingung.

Kiara mengerjap, dia menipiskan bibirnya. “Gapapa, ini aku lanjutin lagi, ya. Tadi aku gak kena gigi, kan? Aku belom biasa. Maaf, ya....”

Kok tiba-tiba vibesnya berubah ya. Gak erotis lagi kaya tadi. Mendadak Doni jadi mellow dan merasa bersalah gitu. Apalagi menatap wajah Kiara yang terlihat polos, dia kaya penjahat gitu karena udah minta Kiara memuaskan dirinya begini.

Doni menjilat bibir bawahnya. Mendadak dia tidak nafsu lagi, justru sedih. Dia merasa, kayanya beberapa saat lalu dia kelewatan deh. Mungkin pernah beberapa kali Kiara melakukan ini, tapi Kiara pernah mengeluh tidak bisa karena tangannya pegal, dan mulutnya juga pegal. Kadang mual pengen muntah.

“Ay, jangan di terusin.”

“Gapapa Idhan, kasihan kamu kalo gak keluar. Maaf ya, aku gak bisa layanin kamu sekarang.”

Layanin?

Doni tertegun, kenapa kesannya Kiara justru seperti jalang begini? Kalimat yang Kiara ucapkan membuat Doni tidak nyaman.

Buru-buru dia memasukkan miliknya, tentu hal itu membuat Kiara bingung di posisinya.

“Kenapa? Aku gak bener ya maininnya? Tadi salah, ya? Kamu kesakitan?” tanyanya bingung melihat Doni yang memakai celananya. “Maaf, ya, Idhann aku belom biasa.”

DOKIA (DONI DAN KIARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang