Kiara sudah lega, benar-benar lega karena percakapannya dengan Doni tadi di jalan. Kini, dia benar-benar sudah merasa yakin, tidak terpengaruh lagi dengan bualan Ean.
Sebelumnya, Kiara memang yakin sih sama Doni, tapi gara-gara perkataan Ean waktu itu tidak tau kenapa dia jadi goyah dan berpikir yang tidak-tidak pada Doni. Di tambah, kedekatan beberapa saat lalu antara Doni dan cewek yang dia tau namanya Sia.
Gak aneh emang, gak terlalu deket juga. Tapi, Kiara sempat mendapati Sia aneh, sesuai dengan tebakannya cewek itu sedang menarik perhatian sang kekasih. Kiara cukup kesal karena Doni tidak menjauh juga, tapi setelah di kantin kemarin dia berubah menjadi senang karena Doni menolak Sia mentah-mentah.
Jelas Doni melakukan itu, karena perasaan Doni kepadanya memang tidak perlu di pertanyakan lagi.
Tapi, walaupun begitu. Walaupun dia sudah mengenyahkan semua keraguannya, tetap saja rasa gundah di dalam diri Kiara belum juga mereda, apalagi saat teringat tentang pesan Ean.
Kiara menjadi semakin gelisah saja.
Bagaimana tidak gelisah? Kiara tau senekat apa seorang Eandra Farzan.
“Aku harus apa? Apa iya aku harus cerita?” gumannya dengan perasaan tidak menentu.
Di kantin fakultas, Kiara sibuk dengan pikirannya sendiri. Tidak terlalu menyimak kedua temannya yang mengobrol ria sembari makan siang.
Waktu istirahat tersebut, Kiara benar-benar berpikir keras. Dia masih meragu untuk jujur, tapi jika tidak jujur pasti akan semakin rumit karena dia tidak mampu berurusan dengan Eandra sendiri. Dan lagi, serapat apapun dia menutup tentang dirinya dan Ean, semua juga bakal akan tahu jikalau Eandra benar-benar bertindak gila padanya.
Sampai sore harinya, Kiara pulang masih dengan pikiran buntu. Ingin jujur tapi tidak tau harus mengatakan dari mana.
“Besok mau enggak, Ay, jogging? Udah lama katanya kita gak olahraga. Mumpung libur juga, kan? Sebelum kita sibuk acara, olahraga dulu tipis-tipis gitu!”
Seolah di beri petunjuk, Kiara langsung melebar. Dia langsung mengulas senyum lebar saat menemukan waktu yang tepat dia berkata jujur pada Doni.
“Boleh! Di taman deket apart, ya!”
“Siap sayangkuuu! Jangan lupa bangun pagi.”
Saat itu, senyum Kiara terus mengembang. Dia jadi merasa ada petunjuk untuk mengatakan kejujuran pada Doni.
Besok, dia akan menceritakan semuanya setelah olahraga yang mereka lakukan.💫💫💫
“Gimana? Udah ketemu belom? Tuan udah nanya terus.”
“Maaf, Pak. Kita belum menemukan titik terang, permasalahannya tidak terlalu ketara jadi sulit menemukan celahnya. Apalagi sepertinya pelaku benarbenar pandai bermain cantik atau emang belum ada tindakan berlebihan sampai sekarang.”
Orang kepercayaan Doni langsung terdiam, dia berpikir untuk mencari alternatif lain, supaya lebih cepat mengungkapnya. Dia menyandarkan tubuh di pohon taman, mereka baru saja melakukan tugas mengintai sosok mencurigakan di sekeliling Nona Kiara untuk mendapatkan petunjuk.
“Kalau kita sadap ponsel pacar Tuan gimana?” usul sang asisten dengan ragu. “Saya tau ini cukup ekstrem, tapi kali ini kayanya cukup masuk akal karena gak mungkin si penganggu itu tidak menghubungi Nona Kiara.”
Semua nampak diam, memikirkan usulan dari atasannya. Mungkin akan melanggar privasi, tapi ide yang di katakan atasannya memang cukup masuk di akal. Karena rasanya cukup frustasi tidak kunjung menemukan titik masalahnya. Sepertinya mereka memang berurusan dengan seseorang yang ingin mengacau kehidupan kekasih Tuannya. Dan orang tersebut juga bukan sosok yang mainmain.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKIA (DONI DAN KIARA)
RomanceYang orang tau Kiara Falisha adalah gadis lugu, imut, lucu, menggemaskan juga lemot. Tapi di depan seorang Faidhan Doni Advik tidak seperti itu. Pun sebaliknya, Faidhan Doni Advik pun tidak seperti yang terlihat di publik. Pasangan ini sering di seb...