Delapan

10.7K 44 0
                                    

“Aaaa Idhannn aku mau berangkat hari iniii!”

“Tapi kamu masih sakit, Kia.”

“Ck! Aku itu udah sembuh tauuu!”

“Apaan ini aja masih panas dahinya.”

Kiara kembali berdecak, dia mendongak memelas menatap kekasihnya. “Bosen banget aku tuh di apartemen sendiri.” Rengeknya. “Aku dari kemaren disini terus, gak keluar-keluarrr!”

Doni yang sudah siap dengan pakaian kampusnya hanya bisa menghela napas pelan. “Kan kamu sakit, masa iya sakit mau salto-salto di jalan.” Balasnya ringan membuat Kiara mengerucutkan bibirnya dan tentu saja itu menguji iman Doni. “Ish, jangan gitu, nanti aku gak kuat jadi nerkam kamu bukannya ngampus.”

“Ya udah, terkam aku aja dong kalo gitu.” Tantangnya dengan mata menggerling.

Doni gemas sekali, cowok itu terkekeh dan menangkup wajah kekasihnya yang sejak tadi mendusel di perutnya.

Jadi, sedikit di jelaskan bagaimana posisi mereka saat ini. Kiara—wanita itu sedang duduk bersila di pinggir ranjang, sedangkan Doni berdiri di depannya dan posisinya Kiara memeluk pinggang sang kekasih.

Begitulah posisi mereka yang sangat memudahkan Doni menguyel-nguyel muka bantal Kiara.

“Pacar siapa sih jadi nakal gini??” tanya Doni heran. Heiii, kemana perginya Kiara yang lugu nan polos ituuu??

Ah, Doni lupa. Kan dia yang merubah gadisnya menjadi nakal, liar, juga binal.

Doni bersiul dalam hati, sembari membanggakan diri.
Pencapaian yang sungguh menakjubkan untuknya.
Harus ada apresiasi besar karena keberhasilannya merubah seorang Kiara Falisha.

“Pacar Idhan lah, siapa lagi?” jawab Kiara enteng sembari mengeratkan pelukan.

Doni mengulas senyum mengejeknya. “Tapi sayangnya hari ini kita gak bisa main yang panas-panas dulu sayang, ada kegiatan organisasi yang harus aku selesaiin dulu.”

Kiara langsung mendelik kecil. “Ish! Pasti ketemu Chacha maricha deh nanti!” sengutnya sebal. “Udah deh berangkat sana, aku udah males debat.”

Tawa Doni jelas saja menguar, bagaimana raut wajah cemberut kekasihnya ini membuatnya gemas sekaligus geregetan. Rasanya dia ingin memakan Kiara hidup-hidup atau mengantonginya kemana-mana.

Tidak rela sekali ada yang melihat Kiara merengek, cemberut, tertawa, dan apapun hal-hal lucu lainnya. Hanya Doni yang boleh melihatnya.

Titik, gak pake koma!

Menahan senyum yang sama sekali tidak bisa di tahan melihat kekasihnya yang sungguh menggemaskan. Doni menangkup pipinya dan membuat wajah sang kekasih mendongak ke arahnya. Apa yang ia lakukan tadi awalnya mendapatkan penolakan, tapi setelahnya Kiara membiarkan.

“Emangnya kenapa kalo ada Chachaa??” tanyanya lembut.

Kiara semakin memajukan bibirnya membuat Doni menjatuhkan satu kecupan lembut, hanya kecupan.

Wanita itu sedikit melotot. “Ish!” dengusnya. “Si Chacha kan suka kegatelan minta di garuk kalo ketemu kamu. Pasti nanti dia bakal nempel-nempel terus! Males banget aku, nanti kamu kena bakteri dari ulet bulu itu lagi!”

Doni terkekeh melihat bibir kekasihnya yang berkomat-kamit membicarakan Chacha. Dia gesekan hidungnya membuat sang kekasih mengerang kesal.

“Mau dia kegatelan kaya gimana pun, aku gak peduli kali Ki.” Jawabnya dengan kekehan. “Mana mau aku sama cabe-cabean pinggir jalan, udah pasti aku maunya sama kamu ajalah. Pacar aku aja gemesin banget gini kok, selain gemesin juga....”

DOKIA (DONI DAN KIARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang