Hal yang ditakutkan oleh Kinara benar-benar terjadi. Entah setan apa yang merasuki ibunya, sampai menyetujui pernikahan konyol yang diminta oleh Kakek Reygan.
Kinara benar-benar tak habis pikir, kenapa kedua orang tua ini sangat kolot. Mereka hidup di zaman modern, bukan hidup di zaman batu. Pernikahan dan perjodohan konyol seperti ini seharusnya tidak ada. Mereka berhak menentukan pilihan hidupnya masing-masing.
"Kek, yang benar aja, Kek. Reygan aja masih bergantung ke Kakek, masa udah mau dinikahin?" Reygan masih berusaha untuk protes, namun keputusan kakeknya sudah bulat dan tidak bisa dibantah.
"Sampai kamu dewasa, kamu tetap jadi tanggung jawab Kakek. Nggak akan ada yang berubah meskipun kamu udah menikah. Kakek nggak akan nyuruh kamu kerja."
Reygan menghela napasnya. Sekeras apapun ia menolak, ia tidak akan bisa mengubah keputusan kakeknya. Kinara pun sudah pasrah. Ia tidak berani banyak membantah jika itu sudah menjadi keputusan ibunya.
"Kalian nggak bisa nolak lagi. Tadinya Kakek sama Ibu Kinara masih pikir-pikir, tapi setelah lihat foto kalian yang dikirim sama Petras, Kakek memutuskan bahwa kalian harus menikah secepatnya."
Reygan meneguk ludahnya kasar. Lagi-lagi, kesialan menimpa dirinya dan juga Kinara.
Satu jam yang lalu ....
"KINARA!"
Kinara terus berjalan dengan cepat. Mengabaikan Reygan yang terus memanggilnya dan berusaha mengejarnya.
Ketika Reygan sudah berhasil mengimbangi langkah Kinara, tangannya langsung menggapai tangan gadis itu.
"Jangan lewat situ. Sandy sama Novan belum pulang," ucap Reygan memberitahu. Namun Kinara langsung menepis tangannya dengan kasar.
Dan benar saja, tepat setelah itu, Sandy dan Novan tiba-tiba muncul dari dalam kelas. Dengan cepat, Reygan pun langsung menarik tangan Kinara dan menghimpit tubuh gadis itu ke dinding yang ada di sebelah kanan.
"WOI, GAN! BELUM PULANG LO?" tanya Sandy berteriak.
"Diam, jangan gerak," bisik Reygan sambil berusaha menutupi wajah samping Kinara dengan kedua tangannya.
"Gue nggak bisa napas, anjir," kesal Kinara.
"Lo ngapain, anjir? Itu siapa? Kalau mau ciuman jangan di sini," ucap Novan sambil berjalan menghampirinya bersama Sandy.
Namun baru beberapa langkah, mereka sudah dibuat terkejut saat Reygan membentaknya dengan tatapan yang begitu tajam.
"GUE PATAHIN TULANG RAHANG LO KALAU SAMPAI BERANI DEKETIN GUE!"
Mereka berhenti. Menatap Reygan dengan wajah bingung.
"Pergi, anjir! Malah plonga-plongo," kesal Reygan.
Tak ingin membuat temannya semakin marah, Sandy dan Novan bergegas pergi dari sana. Mereka putar balik, dan berlari dengan begitu cepatnya.
Sementara itu, Reygan yang merasa lega lantas melepas himpitannya. Namun bukannya menjauh, ia malah asyik memandangi wajah Kinara dari jarak dekat.
Kinara yang dipandang seperti itu tentu saja salah tingkah. Ia memalingkan wajahnya ke samping, menghindari tatapan Reygan yang sedikit berbahaya untuk kesehatan jantungnya itu.
Reygan tersenyum. Tangannya terulur untuk memegang pipi gadis itu sambil berkata, "Ternyata lo cantik juga."
Tanpa mereka sadari, ternyata sedari tadi ada Petras yang melihat dari kejauhan sambil memotret mereka berulang kali.
Reygan melempar tatapan sinis ke arah Petras yang masih berdiri di samping kakeknya. Sementara Petras hanya tersenyum tipis sambil menundukkan kepala.
"Ibu harap kamu nggak keberatan. Semua ini Ibu lakukan demi kebaikan kamu," ucap Miranda seraya membelai kepala putrinya dengan lembut. "Nggak usah sedih. Sebentar lagi kalian lulus sekolah. Jadi nanti nggak perlu sembunyi-sembunyi lagi," lanjutnya.
"Gimana kalau tetangga pada tahu? Nanti Kinara dikira hamil di luar nikah," ucap Kinara.
"Enggak, nanti Ibu yang jelasin ke mereka."
Kinara menghela napasnya. "Tapi Kinara masih terlalu kecil buat menikah. Kinara belum dewasa, belum ngerti apa-apa," ucapnya lagi.
Miranda tersenyum sambil terus membelai kepada putrinya. "Kata siapa? Kamu udah bisa masak, bisa nyuci, bisa bersih-bersih rumah. Sikap dewasa itu nanti akan tumbuh seiring berjalannya waktu, Sayang. Semakin banyak pengalaman hidup kamu, semakin cepat pula proses kedewasaan kamu," tuturnya.
Melihat interaksi Ibu dan anak itu, Jonas dan Reygan hanya tersenyum. Sebagai anak yang tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang Ibu, Reygan tentu saja iri melihatnya.
"Pernikahan diadakan besok siang di rumah ini. Jangan sampai ada yang tahu. Kita adakan secara tertutup, hanya keluarga aja yang boleh datang," ucap Jonas. Sedangkan sang Cucu hanya bisa menghela napasnya pasrah.
Miranda mengangguk, lalu berdiri dari duduknya. "Kami pamit pulang dulu, Pak," ucapnya. Mereka bersalaman, sementara Kinara yang berdiri di belakang ibunya hanya terdiam sambil memandangi lantai dengan tatapan kosong.
"Terima kasih, Bu Mira. Semoga hal baik selalu menyertai kita sekeluarga," ucap Jonas. Sedangkan Miranda hanya mengangguk seraya tersenyum manis.
Miranda dan Jonas, dua orang tua yang memiliki ketakutan masing-masing. Jonas takut hal yang dialami oleh anak bungsunya akan dialami juga oleh Cucu kesayangannya. Sedangkan Miranda, ia merasakan cemas yang berlebihan semenjak putrinya kepergok berbuat mesum di depan umum. Ia khawatir putri semata wayangnya akan mengalami hal serupa dengan remaja-remaja yang hamil di luar nikah.
Oleh karena itu, mereka berdua nekat mengambil langkah yang cukup berat ini. Yaitu menikahkan mereka berdua diusia yang masih belia.
***
Malam harinya, Kinara menyendiri di dalam kamar. Ia berbaring di atas kasur sambil menatap jendela dengan pandangan kosong.
Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Miranda masuk sambil membawa sepiring makanan.
"Jangan melamun terus. Nanti kerasukan," ucap Miranda sambil duduk di sebelah putrinya. "Nih, Ibu gorengin cireng kesukaan kamu."
Kinara mengubah posisinya menjadi duduk, lalu memeluk pinggang ibunya dengan manja.
"Ibu kok rela sih, Kinara nikah muda," ucapnya.
Miranda tersenyum, lalu mengusap bahu putrinya dengan lembut. "Ibu lebih nggak rela kalau anak Ibu terkena pergaulan bebas," ucapnya.
"Kalau Kinara gagal jadi Dokter, gimana? Kalau Kinara nggak bisa bahagiain Ibu, gimana?"
"Nggak akan ada yang menghalangi kamu buat menggapai cita-cita. Kakek Reygan bilang, kamu bisa lanjut kuliah di universitasnya."
Kinara mengerucutkan bibirnya. Raut wajahnya menyiratkan kesedihan yang begitu mendalam.
"Maafin Kinara, udah bikin Ibu kecewa."
"Nggak papa. Kamu tetap jadi anak Ibu yang membanggakan."
"Kalau pernikahannya nggak bertahan lama nggak papa, 'kan?" tanyanya.
"Heh, belum apa-apa kok udah ngomong kayak gitu," tegur Miranda.
Kinara mengerucutkan bibirnya lagi. "Aku nggak suka Reygan, Bu. Demi Tuhan, benci banget malah."
"Kalau nggak suka, nggak mungkin mepet-mepet terus. Udah, nggak usah bohong. Ibu tahu kok, kamu itu orangnya gengsian."
Kinara melotot tak terima. Enak saja, ia dituduh menyukai biang onar seperti Reygan. Tak ada sedikitpun rasa suka di hatinya, ia hanya menyimpan rasa kesal dan rasa dendam yang begitu besar.
"Bukan aku yang mepet-mepet, tapi Rey-
"Habisin cirengnya. Ibu mau cuci piring dulu," sahut Miranda dengan cepat. Lalu beranjak dari kasur dan berjalan keluar dari kamar.
Kinara mendengus kesal. Setelah menghabiskan cirengnya, ia kembali berbaring dan berusaha memejamkan matanya supaya tidak terus terbayang-bayang hari pernikahannya besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNARA (Pernikahan Rahasia)
Teen FictionReygan dan Kinara, dua bocah SMA yang terpaksa dinikahkan oleh kakeknya karena tertangkap basah saat berciuman di sekolah. Keduanya sama-sama tidak saling cinta. Reygan melakukan itu karena mendapat tantangan dari temannya saja. Namun siapa sangka...