Perjalanan menuju Jogja kali ini terasa sangat melelahkan bagi Kinara. Bagaimana tidak? Sejak berangkat dari terminal Jakarta, hingga sekarang sudah sampai di Cikarang, Reygan masih tertidur di pundaknya. Berkali-kali Kinara mencoba membangunkannya, namun Reygan selalu kembali tertidur.
"Rey, bangun, Rey. Pundak gue sampai kram rasanya." Kinara mencoba membangunkannya lagi, namun Reygan sama sekali tidak bergeming.
"Pindah posisi aja, deh. Lo duduk di samping kaca, biar bisa senderan."
Masih tak bangun juga, akhirnya Kinara mendorong kepala pria itu secara paksa supaya terlepas dari pundaknya. Dengan cara ini, akhirnya Reygan terbangun juga. Ia berdecak kesal sambil menatap Kinara sekilas, lalu kembali tertidur lagi.
Namun baru beberapa detik Reygan tertidur, ia sudah hampir terjungkal ke samping kiri. Beruntung Kinara menyadarinya dengan cepat, jadi ia masih bisa terselamatkan.
"Udah gue bilang, pindah aja ke samping kaca, biar tidurnya nyaman," omel Kinara dengan wajah kesal.
"Bacot ah," balas Reygan seraya kembali bersandar di pundak Kinara.
Kinara menghela napas pasrah. Akhirnya ia memilih untuk membiarkannya saja, meski pundaknya sudah terasa sakit semua.
Setengah jam kemudian, bus yang mereka tumpangi berhenti di rest area. Kinara yang merasa lega lantas kembali membangunkan Reygan, lalu mengajaknya untuk segera turun dan membeli makanan.
Reygan pergi ke toilet, sementara Kinara menghampiri penjual bakso dan memesan untuk dirinya serta Reygan.
Beberapa menit kemudian, Reygan kembali dengan wajah yang tampak lebih segar. Ia duduk di depan Kinara, lalu mulai menikmati baksonya yang baru saja disajikan oleh sang penjual.
"Ra, ambil tahunya, Ra. Gue nggak suka tahu matang," suruh Reygan.
Kinara berdecak kesal. Tanpa basa-basi, ia langsung mengambil tahu dari mangkuk pria itu dan mencampurkannya ke dalam mangkuknya sendiri.
Mereka berdua mulai menikmati bakso dengan tenang, diiringi dengan suara riuh para penumpang bus yang berlalu lalang.
"Harusnya lo jangan ikut. Gue jadi bingung kalau ketemu saudara-saudara gue. Mau dijawab apa kalau misalnya mereka nanya?" Kinara mulai membuka pembicaraan setelah beberapa menit terdiam. Sementara itu, Reygan masih asyik menikmati baksonya.
"Tinggal dijawab kalau kita udah nikah," balas Reygan dengan begitu santainya.
"Enteng banget kalau ngomong. Gue yang malu kalau jawab gitu," kesal Kinara.
"Kenapa? Lo malu punya suami seganteng gue?" tanya Reygan.
"Iya. Lo diam aja malu-maluin, apalagi kalau bertingkah," celetuk Kinara. Membuat Reygan langsung mendengus kesal.
"Harusnya lo bersyukur. Dari ratusan cewek yang suka sama gue, cuma lo yang berhasil nikah sama gue."
"Itupun karena terpaksa," tukas Kinara. Membuat Reygan langsung tertawa kecil mendengarnya.
"Setidaknya lo beruntung pernah jadi istri gue, walaupun cuma sebentar."
Kinara tak menanggapinya lagi. Menurutnya, apa yang bisa dibanggakan dari seorang Reygan? Ketampanan? Banyak pria yang tak kalah tampan darinya. Kekayaan? Dia hanya pria beruntung yang terlahir dari keluarga kaya raya. Kecerdasan? Dirinya jauh lebih cerdas dari Reygan. Ketenaran? Bahkan ia pernah menolak ketua osis yang tak kalah tenar dari Reygan.
Jadi menurutnya, Reygan adalah pria biasa-biasa saja. Hanya saja, ia tampak sedikit spesial karena memiliki banyak penggemar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNARA (Pernikahan Rahasia)
Teen FictionReygan dan Kinara, dua bocah SMA yang terpaksa dinikahkan oleh kakeknya karena tertangkap basah saat berciuman di sekolah. Keduanya sama-sama tidak saling cinta. Reygan melakukan itu karena mendapat tantangan dari temannya saja. Namun siapa sangka...