Setelah resmi menjadi istri Reygan secara agama, Kinara dilarang oleh ibunya untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Sementara ini, ia harus ikut Reygan tinggal di rumah kakeknya. Nanti jika ingin pulang ke rumah ibunya, ia harus mengajak Reygan juga. Semua ini Miranda lakukan agar tidak ada kecanggungan diantara mereka.
"Nggak mau, Bu. Kinara mau ikut pulang aja. Nanti Ibu di rumah sama siapa?" rengek Kinara dengan raut wajah yang terlihat seperti ingin menangis.
"Ibu bukan anak kecil, Kinara. Udah, nggak usah khawatir. Ibu banyak temannya di rumah," balas Miranda sambil melepas genggaman tangan Kinara.
Kinara mengerucutkan bibirnya kesal. "Nanti Ibu tidur sama siapa?" tanyanya.
"Ya sendiri."
"Minta temenin Tante Risa."
"Emang Ibu anak kecil? Udah ah, nggak usah lebay. Ibu mau pulang sekarang, cucian di rumah udah numpuk."
Wajah Kinara semakin cemberut. Air mata yang sedari ditahannya pun mulai jatuh. Sedangkan Miranda hanya tertawa kecil sambil menariknya ke dalam pelukannya.
Tangisan Kinara pecah dipelukan ibunya. Ia marah pada dirinya sendiri. Kenapa ini semua harus terjadi? Kenapa ia harus menikah dengan Reygan? Kenapa ia harus berpisah dengan ibunya? Kenapa ia harus meninggalkan ibunya sendirian di rumah? Semua seolah berputar menjadi satu di otak Kinara.
"Udah, ya. Taksi Ibu udah datang. Nanti kalau mau pulang ke rumah, pulang aja, tapi ajak Reygan juga," ucap Miranda sambil mengusap air mata putrinya.
Kinara mengangguk pelan, meski berat, ia tetap melepas pelukannya. Kemudian ia membiarkan ibunya berpamitan pada Reygan dan beberapa orang lainnya.
Sambil terisak-isak, ia menatap kepergian ibunya yang sudah pergi bersama taksinya.
"Ayo masuk," ajak Reygan.
Kinara mengusap air matanya. Ia menoleh ke belakang, mencari keberadaan kakeknya yang ternyata sudah tidak ada di sina. Kini hanya tinggal ia dan Reygan saja yang berada di depan rumah.
"Duluan aja. Gue masih pengen di sini."
Reygan menghela napasnya. Tanpa banyak bicara lagi, ia langsung menggandeng tangan gadis itu dan menariknya untuk masuk ke dalam rumah.
"Lo tidur di kamar tamu aja," ucap Reygan.
Kinara mengangguk pasrah. Ia sendiri juga enggan tidur sekamar dengan Reygan.
Namun tiba-tiba Jonas datang dan menyahut pembicaraan mereka.
"Peraturan siapa itu? Kalian berdua harus tidur satu kamar, nggak boleh pisah."
Reygan menatap kakeknya dengan wajah malas. "Kasur Reygan sempit. Nggak muat ditidurin berdua," ucapnya ketus.
"Jangan banyak alasan. Ajak Kinara ke kamar kamu sekarang!"
Reygan berdecak kesal. Dengan raut wajah yang terlihat sangat terpaksa, ia pun mengajak Kinara untuk segera menaiki tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
Sampai di depan pintu kamar, Reygan membukanya dan membiarkan Kinara masuk lebih dulu. Kemudian setelah itu, ia ikut masuk dan menutup pintunya.
"Nanti gue buatin peraturan. Sekarang gue mau mandi dulu," ucap Reygan. Sedangkan Kinara hanya mengangguk sambil berjalan ke arah sofa panjang yang ada di kamar itu.
Sambil menunggu Reygan selesai mandi, Kinara menatap sekeliling kamar, mencoba membiasakan diri dengan lingkungan barunya.
Kamar Reygan tentu jauh lebih luas dari kamarnya. Namun ia kurang menyukai nuansanya yang menurutnya terlalu maskulin.
Berbeda dengan kamarnya yang serba biru dan pink, kamar Reygan lebih cenderung berwarna hitam dan abu-abu tua. Bahkan foto-foto yang dipajang di dinding bukan fotonya sendiri, melainkan foto bola dan para pemainnya. Namun meski begitu, tidak terlihat norak sama sekali, karena semua isi yang ada di kamar Reygan terbuat dari bahan-bahan premium.
"Mandi aja kalau mau mandi. Gue mau turun ke bawah."
Kinara tersentak kaget saat melihat Reygan yang tiba-tiba keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuh bawahnya saja. Kinara yang merasa malu, tentu langsung memalingkan wajahnya. Meski ia sudah resmi menjadi istri Reygan, namun ia masih belum sanggup untuk melihat pemandangan seperti ini.
"Handuk lo yang warna merah. Jangan pakai punya gue, mahal soalnya."
Kinara berdecih. "Sombong sekali," pikirnya.
***
Selesai mandi, Kinara kembali duduk di sofa sambil memainkan handphonenya. Ia bingung harus melakukan apa, ia masih merasa asing dengan tempat ini.
Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Reygan masuk sambil membawa selembar kertas di tangan kanannya. Ia menghampiri Kinara, lalu menyerahkan kertas tersebut kepadanya.
"Apa ini?" tanya Kinara.
"Surat perjanjian," jawab Reygan
Kinara mengerutkan keningnya bingung. Kemudian ia lantas membaca tulisan di kertas tersebut.
Undang-undang pernikahan Reynara:
1. Pernikahan hanya bertahan sampai lulus sekolah.
2.Pernikahan dirahasiakan dari semua orang, kecuali keluarga.
3.Reygan boleh pacaran, tapi Kinara tidak.
4.Kinara tidak boleh dekat dengan laki-laki lain, untuk menjaga perasaan Kakek.
5.Kinara harus tidur di sofa, tidak boleh tidur di kasur Reygan.
6.Kinara tidak boleh berpakaian seksi.
7.Setelah cerai, Reygan dan Kinara harus saling melupakan dan pura-pura tidak kenal.
8.Setiap ada yang melanggar, harus membayar denda sebesar 500.000 rupiah.
"Perjanjian tolol!" umpat Kinara dengan nada ketus, tegas bercampur kesal. Ia melempar kertas tersebut ke wajah Reygan, lalu memalingkan wajahnya ke samping sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ini mah enak di lo doang. Gue yang rugi," protesnya kesal.
"Bodo amat, emang gue pernah mikirin perasaan orang? Udah cepat, tandatangani kertasnya." Reygan memaksa Kinara untuk memegang pulpennya. Lalu ia meletakkan kertas tersebut di atas paha gadis itu, dan menyuruhnya untuk segera menandatanganinya.
Kinara berdecak kesal. Karena malas berdebat, akhirnya ia terpaksa menurutinya. Dengan gerakan lambat dan enggan, ia mulai menandatangani kertas tersebut. Hingga membuat Reygan langsung tersenyum puas melihatnya.
"Sip. Nanti gue simpan di pigura biar bisa dibaca setiap hari," ucap Reygan seraya mengambil kertas tersebut dari tangan Kinara.
Kinara memutar bola matanya malas. Belum ada sehari ia menikah dengan Reygan, tapi sudah dibuat kesal seperti ini.
"Lo tega, biarin gue tidur di sofa setiap hari?" tanya Kinara.
"Kenapa? Lo mau gue yang tidur di sofa? Enak aja. Ini kamar gue, bukan kamar lo," balasnya dengan wajah tengil. Membuat Kinara semakin geram melihatnya.
"Semua ini terjadi gara-gara lo. Kenapa jadi gue yang sengsara?"
"Terima aja, mungkin udah jadi takdir lo."
Kinara menghela napas lelah. Melihat Reygan akan pergi dari kamar, ia pun lantas berkata lagi. "Gue masih nggak habis pikir sama lo. Kemarin lo tiba-tiba deketin gue, terus ngungkapin perasaan lo ke gue, terus dengan lancangnya lo cium gue, sampai akhirnya kita berakhir diposisi kayak gini, tapi lo sama sekali nggak merasa bersalah dan malah nyiksa gue dengan peraturan kayak gini. Sebenarnya hati lo itu terbuat dari apa?"
Reygan berbalik dan menghampiri Kinara lagi. Kemudian, ia membungkukkan badannya dan berbisik di telinga gadis itu.
"Gue nggak pernah suka sama lo. Kemarin itu cuma tantangan dari Sandy aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNARA (Pernikahan Rahasia)
Teen FictionReygan dan Kinara, dua bocah SMA yang terpaksa dinikahkan oleh kakeknya karena tertangkap basah saat berciuman di sekolah. Keduanya sama-sama tidak saling cinta. Reygan melakukan itu karena mendapat tantangan dari temannya saja. Namun siapa sangka...